Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Bersyukur untuk Vertigo Bapak, Refleksi Tujuh Tahun

Bapak opname lagi karena vertigo. Sejak Jumat sore, bapak resmi menjadi pasien rawat inap di bangsal saraf. Syukurlah vertigonya terjadi saat bapak tidak sedang menyetir mobil atau sendirian. Bapak waktu itu sedang bekerja di kamar operasi sehingga segera tertolong. Singkat cerita, bapak dipondokkan lagi setelah tujuh tahun berlalu sejak serangan vertigo hebat itu. Terhitung sudah tiga kali bapak terserang vertigo hebat. Yang pertama saat aku sedang dalam fase depresi yang kelam. Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Bapak yang vertigo berat dan harus dibawa ke rumah sakit tidak membuat hatiku tergerak untuk melakukan hal baik. Depresi yang jahat telah melumpuhkan kebaikan hati yang TUHAN tanamkan di dalamku. Bersyukur, ada anggota keluarga besar yang mau menolong dan memperhatikan bapak. Serangan kedua adalah saat aku menjelang masuk masa koasistensi. Waktu itu aku sudah bebas dari cengkeraman depresi, namun masih sedikit apatis dan kurang semanak. Lihat saja posting

Pemahaman Baru tentang Bipolar: Desain Ulang Pola Pikir

Syukur kepada TUHAN untuk pemahaman baru yang kuperoleh mengenai diagnosis bipolar yang kusandang. Selama ini aku berpikir bahwa diagnosis bipolar ini adalah sebuah stigma yang membedakanku dari orang-orang pada umumnya. Dengan stigma tersebut, aku seperti sudah ditandai untuk menjadi objek tontonan dan pertaruhan antara TUHAN dengan yang bukan TUHAN. Dan aku pun menjalani kehidupanku setiap waktu dengan rasa waspada ekstra, berjaga-jaga penuh supaya tidak kalah dengan pihak yang bukan TUHAN. Pendek kata, bipolar bagiku adalah suatu beban yang harus kupikul sepanjang hayat. Kini, pandangan tersebut diperingan dengan satu pemahaman baru. Bipolar tidak lagi semata-mata menjadi beban bagiku. Bipolar menjadi semacam rahmat dalam penyamaran. Entah bagaimana, pikiranku terbuka untuk menyadari bahwa sebenarnya TUHAN sedang mendesain ulang pola pikirku dengan adanya bipolar itu. Kesadaran ini berawal dari menyimak baik-baik obrolan para ibu Kalyca melalui fasilitas grup WA. Waktu itu, ibu-

Ingat Bersyukur

Daya ingatku tidak bagus-bagus amat. Aku sering lupa banyak hal. Tapi satu hal yang selalu kuingat yaitu bersyukur. Dengan bersyukur, aku dapat merasa bahagia lebih lama. Dengan bersyukur, aku merasa dunia tidak jelek-jelek amat. Dengan bersyukur, aku semakin menyadari betapa Tuhan itu sungguh amat baik. Bersyukur adalah sikap yang bagiku sangatlah vital untuk memiliki kehidupan yang penuh makna. Tanpanya, hidup dapat dengan mudah tergelincir ke sisi kelam. Kita jadi mudah bersikap sinis, apatis, dan nyinyir terhadap segala sesuatu. Hal-hal yang kita lihat dan dengar sehari-hari dapat membuat kita terjebak dalam sikap pesimis berlebihan jika saja bersyukur tidak kita jadikan gaya hidup. Misalnya saja berita-berita seputar dunia, negara, dan profesi yang hari-hari ini dipenuhi oleh teror, kekecewaan, dan kemarahan yang dilampiaskan melalui hiruk pikuk dunia maya (dan nyata). Lihat saja status-status dan komentar-komentar yang saling sindir dan saling hujat setiap saat menanggapi peris

Teguran-Nya Menyadarkanku

TUHAN itu sungguh baik. Dia menegurku dengan lembut sehingga aku disadarkan bahwa aku telah tertipu dan terpikat. Ya, aku telah tertipu dan terpikat oleh ajaran dunia yang menyerupai kebenaran firman TUHAN. Sungguh licin caranya menipu dan memikatku itu, tanpa kentara. Tapi, sungguh lembut pula cara TUHAN menegurku, yaitu dengan melalui firman-Nya. Firman-Nya sungguh nyata lebih tajam dan berkuasa. Dan saat aku tersadar telah tertipu, aku pun hanya bisa bergumam, "Oooo... gitu to..." (jadi ingat pelajaran tentang mengatasi penipuan di School of Healing level dua ^^). Bagaimana aku bisa tertipu? Dan bagaimana cara TUHAN menyadarkanku? Begini ceritanya... Seminggu ini aku keranjingan dengan yang namanya 'law of attraction' yang gencar dikumandangkan oleh penulis buku RAHASIA (terjemahan). Aku mencoba mempraktekkan prinsip sederhana itu. Rasanya sangat enak dan membuatku ketagihan. Aku mencoba memikirkan hal-hal yang menyenangkan bagiku dan mengimaninya sungguh-sungguh

Memetakan Kehidupanku dalam-Nya

Ini bukan tentang aku sebenarnya. Ini adalah tentang Dia dan pekerjaan-Nya dalamku. Apa yang sedang kupersiapkan untuk hari ini adalah langkah kecil bagi keberhasilan rencana-Nya yang mulia. Hidupku adalah proyek-Nya yang sudah sangat cermat dipersiapkan bahkan sebelum dunia dijadikan. Semenjak aku ada dalam hati dan pikiran-Nya, saat-saat ini sudah terancang dengan amat rapi. Jemari tangan-Nya dengan sabar menenun dan merenda setiap detil dalam aspek kehidupanku. Tujuannya adalah hal yang begitu indah dan mulia. Detik ini adalah mata rantai yang terjalin dalam benang merah maksud tujuan itu. Siapakah yang bisa menceritakan gambaran besar pekerjaan-Nya dari awal sampai akhir? Aku hanyalah satu noktah kecil yang rapuh namun dipakai-Nya untuk melengkapi mahakarya yang abadi itu. Tanpa aku pun sebenarnya Dia tetap bisa berkarya. Tapi entah mengapa Dia tetap memilih untuk menyertakanku dalam keagungan karya tangan-Nya. Yang aku tahu hanyalah bahwa Dia baik dan berbuat baik, maka jiwaku m

Sekali Lagi Tentang Belajar

Saat aku sedang menuliskan tulisan ini, aku sedang duduk di kursi belajar. Tepatnya di depan meja belajar hasil rancangan Mas Cah. Meja belajar kali ini sangatlah unik dan spesial. Terbuat dari kayu (tidak tahu namanya) kekuningan, sederhana, namun sangat nyaman. Buku-buku beraneka tema tersusun dengan rapi di rak-rak yang menghiasi meja tersebut. Lampu belajar tergantung di sisi kiriku, menerangi dengan optimal sehingga mataku dapat membaca dengan nyaman. Inilah tempat ternyaman untuk belajar di rumah Cahaya. Membicarakan meja belajar membuatku ingin berbagi cerita tentang proses belajarku. Aku memahami proses dan kegiatan belajar sebagai duduk di depan meja belajar untuk membaca buku pelajaran dan menulis sesuatu. Bayangan aku yang sedang asyik duduk menulis di meja belajar itu sudah terpatri sejak aku kecil dulu. Bagiku, saat-saat ternyaman dan terasyik itu adalah saat sedang belajar. Di situ aku bisa hanyut larut dalam asyiknya menjelajah dunia ide (meminjam istilah Plato) dan se

Refleksi Hasil Belajar Seminggu

Setelah sukses dengan kesibukan  seminggu penuh makna, aku mau sedikit merefleksikan apa saja yang kulalui. Bagaimana aku bisa menyelesaikan semua hal tersebut? Sederhana saja, yaitu dengan melakukan perencanaan sebelum bekerja. Aku menuliskan apa saja yang akan kulakukan hari itu dan batas waktu penyelesaiannya. Setelah menuliskannya di secarik kertas, aku mengerjakannya satu per satu dengan penuh perhatian dan semangat. Kemudian, aku membubuhkan tanda centang pada poin atau item yang telah selesai kukerjakan. Rasanya sangat menyegarkan, sangat jauh dari jenuh karena rutinitas. Aku sama sekali tidak merasa sedang melakukan hal-hal rutin yang menjemukan. Sebaliknya, semua hal yang kukerjakan serasa penjelajahan jiwa yang sangatlah menarik. Banyak hal yang singgah dalam benakku yang sedang dalam modus pembelajaran. Dengan menumbuhkan dan menggelorakan semangat belajar, segala hal yang kukerjakan berubah menjadi bahan pelajaran. Aku yang tidak suka atau alergi dengan istilah 'beker

Semangat, Hasrat, dan Minat

Aku harus bersyukur kepada Tuhan, sang sumber ide dan semangat. Berkat anugerah-Nya yang tak terkira dan tak terduga, aku dimampukan untuk mengatasi kecemasanku  dengan cara-cara yang kreatif. Berkat anugerah-Nya pula, aku boleh mengalami dan merasakan yang namanya determinasi dan usaha, ketekunan dan daya juang, di samping doa dan keberserahan total pada-Nya. Singkat kata, ora est labora , demikian istilah yang selalu kuingat dari Pendalaman Alkitab para dokter RS Bethesda dulu. Bukan hanya ora et labora , melainkan ora est labora . Artinya kurang lebih begini, doa yang melandasi setiap kerja, atau kerja yang dinafasi oleh doa. Setiap kerja yang kita lakukan dengan sepenuh hati itu adalah wujud nyata dari doa yang sungguh-sungguh. Seminggu ke depan sudah kuatur jadwal kegiatanku dengan penuh pertimbangan. Ada tenggat waktu dan target yang mesti kupenuhi. Aku mesti mengatur waktu dan energi dengan pas untuk dapat mengerjakan hal-hal berikut ini secara sangkil dan mangkus: melakuka

Ngobrol dengan Bu Yohana

Hari-hari ini aku merasa hidupku berjalan dengan penuh makna. Maksudnya adalah tidak ada waktu yang berlalu dengan sia-sia. Setiap tindakan dan pekerjaan yang kulakukan terasa penuh semangat dan energi. Mungkin ini efek dari membaca habis dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya buku Myelin  karya Rhenald Kasali. Lebih dari itu, aku pun menjadi lebih kreatif dalam berkata-kata. Hal ini diaminkan oleh bu Yohana Martini, perawat senior di RS Bethesda, pagi menjelang siang hari ini. Pagi tadi, saat aku sedang asyik membaca-baca E-book, Bu Yohana menyela. Ia mengajakku ke ruang pertemuan F untuk membantu menyusun Root Cause Analysis (RCA) temuan Tim PKRS berkaitan dengan pengisian form edukasi dan informasi.  Dua masalah temuan Tim PKRS dicari akar masalahnya kemudian dicari langkah koreksi dan pencegahannya. Di situlah ide-ide kreatifku muncul. Bahasa dan kosakata yang kupakai terasa sangat berenergi. Aku cenderung mengusulkan hal-hal sederhana yang memotivasi dan mengi

Sedikit Cemas

Sedikit cemas, itu yang kurasakan saat ini. Seorang temanku mengatakan bahwa akan ada semacam acara orientasi (yang dinilai) besok, semacam magang. Yang membuatku sedikit cemas adalah ketidakbiasaanku menggerakkan otot dalam bekerja. Aspek psikomotorikku kurang terlatih karena selama ini aku keasyikan di zona nyaman. Aku perlu mempersiapkan diri secara khusus untuk mengaktifkan psikomotorikku. Cara termudah adalah dengan rajin melakukan pekerjaan rumah tangga, mulai dari hal-hal sederhana terlebih dahulu. Dengan melakukan pekerjaan rumah tangga, aku melatih kepekaanku terhadap lingkungan sekitar. Pekerjaan rumah tangga membuatku bergerak dengan lebih sigap, gesit, dan disiplin. Apalagi, dalam rumah tangga, aku juga berinteraksi dengan orang terdekat. Di situ aku bisa berlatih aspek sosial. Dua hal yang kudapati semakin menyenangkan karena makin terbiasa adalah mencuci piring dan menyeterika. Aku menemukan keasyikan tersendiri dari melakukan dua hal itu. Memang sih pada awalnya terasa

Semangat untuk Kembali Menulis

Dari perayaan kecil dengan belanja buku  murah di Gramedia Warehouse hari Sabtu kemarin, aku beroleh berkat tak terhingga. Berkat itu berupa semangat yang menyala-nyala (kembali). Aku disemangati oleh Tuhan melalui buku yang kubaca. Terima kasih untuk penulis buku yang sedang kubaca, Prof Rhenald Kasali. Buku yang sedang kubaca saat aku menulis ini adalah ' Myelin'--Mobilisasi Intangibles menjadi Kekuatan Perubahan . Entah mengapa setiap kali aku membaca tulisan sang Prof, aku selalu merasa tersemangati oleh optimismenya yang begitu tinggi. Sekali lagi terima kasih kepada Tuhan untuk pribadi luar biasa ini. Mengenai buku Myelin, aku sangat tertarik dengan bagian ' knowledge management '. Di situ dijelaskan betapa pentingnya kegiatan dan proses menulis pengalaman dan pembelajaran. Suatu pengalaman yang berharga akan sangat sayang jika hilang tanpa jejak. Pengalaman itu akan semakin memberi dampak jika ditulis sehingga banyak orang yang beroleh transfer pengetahuan. Men

Buku, Buku, dan Buku

Hari ini aku merayakan keberhasilan kecilku dalam seminggu. Keberhasilan-keberhasilan kecil memang perlu dirayakan secara pribadi untuk menyemangati diri sendiri. Kalau bukan kita, siapa lagi? Setelah berhasil mencapai target, aku merayakannya dengan hal sederhana yaitu pergi ke perpustakaan dan membaca. Aku memilih empat buku yang hanya kubaca bagian-bagian awalnya saja. Cukup menyegarkan pikiran dan mengenyangkan hasratku untuk mereguk berbagai macam informasi dan pengetahuan. Waktu satu jam di perpustakaan cukup membuatku santai sekaligus memperoleh kembali energi. Memang betul, aku ini orang introvert sejati yang memerlukan waktu menyendiri untuk mengembalikan energiku. Kemudian, perayaan berlanjut dengan memborong buku di warehouse Gramedia di daerah Tajem. Aku, mas Cah, dan Asa menyusuri lorong-lorong penuh buku bagus, diskon besar-besaran. Kami memilih-milih buku untuk Asa. Untuk diriku sendiri, aku memilih tujuh buku yang menarik perhatianku dan kurasa cukup relevan dengan ke

Meditasi untuk Memenuhkan Pikiran

Setelah tulisan tentang  kebuntuan  yang ringkas, saat ini aku mau menuliskan lagi sesuatu sebelum beristirahat. Ini tentang penyebab kebuntuan itu. Kemungkinan besar salah satu penyebabnya adalah pikiran yang tidak fokus, alias mengembara ke mana-mana. Menurut artikel dari Lumosity yang kubaca, pikiran yang mengembara itu selain menyebabkan tidak fokus ternyata juga mengurangi kebahagiaan seseorang. Aku akui bahwa aku kurang fokus dalam banyak hal. Pikiranku terisi oleh berbagi macam pernak-pernik yang menurutku penting tapi kurang tertata dengan sistematis sehingga nampak berupa potongan puzzle yang belum tersusun. Amburadul, mawut, kalau orang Jogja bilang. Mungkin ini sebangun dengan status Jogja yang kabarnya sedang istimawut ya ^^ just kidding ^^ Kebalikan dari pikiran yang mengembara adalah pikiran yang fokus atau penuh pada saat 'ini'. Apa pula itu pikiran yang fokus dan penuh? Bahasa Inggris mengistilahkannya sebagai 'mindfulness', yang sampai saat aku menuli

Buntu...

Saat ini aku sungguh-sungguh ingin menulis tetapi tidak ada ide yang bisa kutuliskan. Ibarat mau menulis dengan bolpoin yang sudah siap di tangan, tapi tintanya tidak bisa keluar atau habis. Beberapa cara sudah kulakukan untuk mendobrak kebuntuan ini. Aku sudah membaca-baca beberapa artikel yang kuharap mampu memancing ide-ide untuk keluar. Aku juga sudah mencoba melatar-belakangi suasana dengan memutar musik-musik untuk membantu konsentrasi. Tidak lupa, aku berdoa singkat dalam hati kepada Tuhan sang sumber ide supaya aku bisa menulis kembali. Karena menurut nasihat para pakar penulisan tidak baik untuk menanti inspirasi jika ingin produktif dalam menulis, maka kucoba untuk menulis saja apa adanya di sini kali ini. Sebenarnya ada banyak hal yang bisa dituliskan. Dan ada berbagai macam bentuk tulisan. Bisa berupa artikel, cerpen, surat, atau bentuk yang lain. Bisa berisi curhat, kesan batin, pengetahuan baru, hal-hal yang menarik yang dijumpai hari ini, dsb. Hanya saja sering aku tid

Fase dalam Kerja

Aku mendapati bahwa sibuk begerak dalam kerja itu ternyata lebih menyenangkan daripada bermalas-malasan. Melakukan pekerjaan sekecil apa pun itu ternyata jauh lebih memuaskan daripada tertidur tanpa tujuan. Aku mendapati kemerdekaan yang sejati dalam bekerja penuh arti. Kemerdekaan semu nan palsu adalah saat aku membiarkan kemalasan yang jahat menjerat. Tanpa terasa, kemalasan itu dapat membelenggu jiwa sehingga tahu-tahu sudah berada dalam penjara depresi yang melumpuhkan. Sebaliknya, aku akan beroleh kebahagiaan yang sejati jika kugerakkan seluruh keberadaanku untuk mengerjakan hal-hal kecil sederhana yang kujumpai di depan mata.             Dalam proses bekerja nikmat itu, aku mendapati ada semacam fase ‘engaged’/melekat dan fase ‘withdraw’/surut yang merupakan tapal batas dari fase tenggelam dalam keasyikan kerja yang saleh. Fase ‘engaged’/pelekatan adalah saat aku hendak mulai mengerjakan sesuatu. Rasanya seperti agak berat di awal. Rasa berat itu ada dalam pikiran. Rasa berat

Di Mana Engkau?

Yesus, di mana Engkau saat ini?  aku baru saja melahap kekelaman  cerita-cerita sedih nan miris  di sudut ruang dan waktu  kemudian aku teringat akan Engkau  Kristus yang menerobos sejarah  sebagai titik terang di tengah gelap  sejarah yang berulang dan berulang  dalam kisah pilu manusiawi  Kristus, Engkau hadir dan mengintervensi  begitu lembut hampir tak kentara  tampak jauh namun dekat  Immanuel  Yesus, Engkaulah Kristus itu  saat kemuraman menggelayuti hati  kutujukan pikiranku akan Engkau  yang saat ini baru berupa bayangan  namun akan segera nyata             “Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu.” (Yesaya 60:2)

Pujian Kemenangan

Saat aku di kamar mandi sore ini, aku nyaris jatuh dalam pikiran-pikiran negative nan suram. Begini ceritanya. Kilasan-kilasan bayangan tentang ketidakmampuan dan ketidakberdayaanku jika tanpa Mas Cah menyerangku dengan diam-diam, terslamur di antara ‘suara’ pikiranku. Maka, kuambil cara seorang konvergen untuk menangkalnya. Aku ucapkan kebenaran firman-Mu dengan bersuara sampai telingaku mendengar. Aku ucapkan firman-firman-Mu yang menyatakan bahwa Engkau selalu besertaku, bahwa dalam-Mu aku cakap menanggung segala perkara, bahwa Engkaulah gembalaku. Kemudian pujian iman dan pengagungan kunaikan dengan teguh dan mantap sehingga bayangan-bayangan negative itu tidak merasuki pikiranku. Sambil mandi keramas, sambil memuji dan menyembah-Mu dengan bahasa manusia. Aku merasa sedang memenangkan pertempuranku karena kukenakan selengkap senjata-Mu berjubahkan pujian. Dahsyat! Terima kasih, Bapa. Haleluya!!!             Kesimpulanku hari ini: ·          Ada waktu untuk berpikir secara

Konvergen dan Divergen

Selamat petang, Bapa—Yesus—Roh Kudus! Wow, dahsyat hari ini! Sore ini aku WA-nan sama Pak Ias, masih membahas tentang cara berpikir convergen dan divergen. Aku tertarik untuk meneliti (iseng) tentang cara berpikir konvergen dan divergen dalam masyarakat pada umumnya. Apa pula itu konvergen dan divergen? Ini penjelasan singkatnya, terinspirasi dari film Divergent banget ceritanya: 1.       Cara berpikir konvergen adalah cara berpikir dengan berbicara kepada diri sendiri sehingga lebih focus dan terarah. Orang itu sendirilah yang mengarahkan pikirannya hendak ke mana. 2.       Cara berpikir divergen adalah cara berpikir dengan mendengar diri sendiri sehingga lebih acak dan sporadic. Arah pikirannya sukar ditebak dan sering dianggap sebagai ide yang melompat-lompat (padahal sebenarnya tidak). Mengapa aku tertarik? Karena, aku mendapati diriku cenderung berpikir secara divergen, alias lebih banyak ‘mendengar’ suara hati (dan suara-Mu). Sedangkan dua orang yang kutanyai yaitu Pak

Berpikir secara Divergen

Kupikir-pikir dan kurasa-rasakan, cara berpikir demikian (aktif berbicara kepada diri sendiri) itu seperti memfokuskan diri pada satu hal atau konvergen. Itu baik untuk forum diskusi yang sedang berusaha mencari solusi. Tapi untuk keseharian, sepertinya kurang pas bagiku. Selama ini aku terbiasa berpikir secara divergen, ala cewek yang seperti bakmi, dan aku tidak mengalami masalah yang berarti dengan itu. Aku bukannya ‘pasif’ dalam arti negative, melainkan ‘aktif’ menyeleksi apa pun yang ‘kudengar’ dalam pikiran. Mungkin ini cara berpikir yang kurang dipahami oleh para ahli intelektual ya. Tapi, bukankah Einstein pun juga demikian? Bukankah para pemikir ‘out of the box’ itu juga berpikir secara divergen? Dan, menurutku, sepanjang tidak merusak diri sendiri maupun orang lain, bukankah cara berpikir divergen itu adalah cara jitu untuk menemukan solusi? Ah, jadi ingat film Divergent, hehe.

Eksperimen Pikiran

Selamat pagi menjelang siang. TUHAN, kali ini aku sedang bereskperimen dengan pikiranku. Aku mencoba untuk lebih aktif dalam berpikir dengan cara berbicara kepada diri sendiri alih-alih mendengarkan diri sendiri. Ini aku praktekkan sesuai dengan apa kata buku ‘Out of The Blues’ karya Dr. Wayne Mack yang sedang kubaca kembali. Aku membaca kembali buku ini karena aku merasa depresi sedang berusaha menaklukkanku hari-hari ini. Dr. Mack menulis di bukunya ini supaya kita jangan pasif tetapi aktif dalam pikiran. Aku sedang mencobanya. Rasanya sedikit menakutkan, Bapa, karena aku seperti rawan terserang kebingungan. Waktu kucoba untuk membaca artikel di kopibrik, agak susah untuk konsentrasi karena aku terlalu sibuk dengan pikiranku yang aktif. Jika ini tidak berhasil, aku tetap bersyukur karena setidaknya aku sudah mencoba. Tidak ada sesuatu yang sia-sia. Amen.

Jogja Istimewa

Selamat pagi! TUHAN… Jogja asat, Jogja ora didol. Apa kabar kota Jogja? Meskipun terlambat, aku mau menyumbangkan sesuatu untuk kota ini. Aku mau berdoa kembali lebih sungguh. Kali ini aku memohon hikmat-Mu supaya aku diberi ide atau sesuatu yang bisa kulakukan untuk kesejahteraan kota ini, itu. Aku rindu Jogja tetap nyaman dan makin nyaman. Aku rindu para pemimpin kota dan provinsinya benar-benar mengayomi dan merakyat. Aku rindu melihat rakyat berdaya yang manunggal dengan para abdinya. Aku rindu melihar dan mendengar kabar baik dari kota Jogja. Bukan hanya kabar tentang hotel dan mal yang berdiri menggusur semesta Jogja. Bukan hanya terpisahnya para abdi dari rakyatnya. Bukan hanya tercerabutnya spirit kota Jogja yang ramah dan hangat. Tolong, TUHAN, berikanku wawasan dan hikmat yang kuperlukan untuk kota Jogja ini. Karena Jogja begitu istimewa di hati-Mu.

Hikmat dari Nonton RED

Sugeng dalu, Gusti Rama Prabu. Aku tadi sore lihat film RED bersama Mas Cah di Rumah Cahaya. Film yang dibintangi Bruce Willis ini bercerita tentang seorang pensiunan CIA yang masih sangat handal. Ia berjuang mempertahankan hidupnya, cintanya, dan menegakkan kebenaran serta keadilan dengan caranya. Ada banyak hal menarik yang menjadi bahan refleksiku secara pribadi. Beberapa di antaranya adalah ini: 1.        Tokoh utama film RED ini sedang jatuh cinta dengan seorang perempuan muda yang tidak tahu apa-apa. Karena diincar oleh pihak yang berkepentingan, maka si perempuan pun ikut-ikut menjadi target untuk dihabisi. Hal ini mirip dengan TUHAN yang jatuh cinta pada mempelai-Nya yang sering tidak tahu apa-apa. Tahu-tahu si mempelai berada dalam kondisi di tengah-tengah pertempuran dahsyat sehingga mau tidak mau ia pun harus ekstra waspada jika ingin selamat. Satu-satunya cara untuk tetap aman adalah selalu berada di dekat si RED. Demikian juga dengan kita mempelai-Nya. Kita harus