Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2017

AADC2: Sekedar Renungan Ringan

Minggu malam, setelah menemani Asa tidur, saya berniat membaca-baca sebentar di ruang keluarga Rumah Cahaya. Tanpa sengaja, papa Asa memencet remote TV dan tertampillah film Ada Apa dengan Cinta 2 di sebuah stasiun TV nasional. Maka, saya pun menonton AADC2 untuk pertama kalinya. Sayang sekali tidak dari awal. Tapi masih lebih lumayanlah, karena rupanya film belum terlalu jauh diputarnya. Saya sangat bersyukur karena sepertinya melalui film ini ada sesuatu yang penting yang hendak disampaikan oleh Tuhan pada saya secara pribadi. Saya anggap ini sebagai hadiah kejutan dari berakhirnya perayaan hari ‘Sabat’ pribadi saya. Saya menangkap tema besar yang hendak disampaikan melalui film AADC2 ini adalah ‘berdamai dengan masa lalu untuk menyambut hari esok’. Ada banyak pertanyaan menggelitik bagi saya mengenai film AADC2 yang saya tonton malam ini. Mengapa AADC2? Mengapa Jogja? Dan mengapa Rangga dan Cinta harus bertemu kembali? Itulah sebagian pertanyaan besar yang menggelitik hati sanubar

Surat untuk Ibu (7): Tips untuk Luka Hati

Ytk Ibuku yang dikasihi Tuhan Yang kukasihi Dan yang mengasihiku Shalom! Apa kabar, Ibu? Kiranya Ibu, bapak, dan Yoyo baik-baik saja dan tansah binerkahan di Rumah Pelem Kecut, rumah kemuliaan Tuhan. Kiranya roh, jiwa, dan tubuh Ibu dan seisi rumah Ibu terpelihara aman sentosa di dalam Tuhan Yesus Kristus yang mahamulia. Segala puji, hormat, syukur hanya bagi Tuhan kita, Yesus Kristus, amin! Di penghujung hari ini, aku ingin menyampaikan ungkapan kasih dan kepedulianku kepada Ibu. Khususnya mengenai apa yang kusaksikan hari ini di "Gua Adulam". Aku menyaksikan betapa Ibu berusaha keras untuk tidak berlarut-larut sakit hati dan kepahitan karena perkataan orang lain. Dengan jujur Ibu mengakui bahwa Ibu sering terngiang-ngiang oleh ungkapan-ungkapan orang lain yang begitu tajam dan dalam melukai hati Ibu. Dan dengan jujur pula Ibu mengakui betapa lama dan sukarnya sembuh dari hal tersebut. Untuk kejujuran Ibu itu, aku sangat menghargai dan salut. Karena tidak mudah untuk be

Surat untuk Ibu (6): Introvert

Ytk Ibu di tempat Shalom! Selamat sore, Ibu! Apa kabar? Hari ini bagiku sangat luar biasa, Bu! Bagaimana tidak? Semalam aku membuat target pencapaian kerjaku selama seminggu ini, meliputi PPK CP terintegrasi, rencana audit rekam medis tertutup, dan audit klinis evaluasi CP lama. Aku pikir cukup padat daftar pekerjaanku itu. Aku belajar untuk fokus pada satu hal demi satu hal. Pikiranku kuatur sedemikian rupa supaya berkonsentrasi pada hal yang sedang kulakukan saat itu, tidak memusingkan hal-hal lain sebelum dan sesudahnya. Entah bagaimana, satu per satu target (bahkan lebih) bisa kulakukan. Dan aku bisa enjoy dan santai. Rasanya puas sekali, Bu! Apakah Ibu juga demikian hari ini? Terima kasih, Ibu, telah memberiku ruang dan kesempatan untuk bisa fokus pada hal-hal yang sedang kukerjakan hari ini tadi, sehingga satu demi satu bisa kutuntaskan. Terima kasih, Ibu, telah dan selalu berusaha memahami kecenderunganku dalam bekerja. Secara umum, aku cenderung lebih ke arah introvert. Bagi