Postingan

Menampilkan postingan dari 2010

Kemenangan Hari Ini, Once More!!!

Hari ini sungguh luar biasa. Aku mengalami kemenangan. Kemenangan yang sungguh indah. Aku menang terhadap pikiran-pikiran negatif dan bad mood yang merongrong jiwaku tadi siang. Bagaimana bisa? How come? Thanks to Jesus Christ, the Lord my God... and thanks to Mas Cah, me beloved one... Begini ceritanya... siapkan mata dan telinga anda untuk menyaksikan... ^^ Pulang dari Bethesda, aku merasa bahwa diriku adalah manusia paling dungu dan bego. Aku gak bisa berkomunikasi verbal dengan baik. Apa pun yang kulakukan tidak ada yang betul. Sangat-sangat tidak memuaskan. Aku merasa tidak dianggap ada. Aku merasa dipandang sebelah mata, atau bahkan mungkin tidak dipandang sama sekali. Aku merasa kecil dan tidak sehebat rekan-rekan sejawatku. Di antara semuanya, aku merasa akulah yang paling hina dina, paling miskin-buta -telanjang, paling memalukan, paling lemah daya pikirnya, dsb dll. Sehingga, aku menarik kesimpulan--entah benar entah salah--bahwa aku telah salah tempat. Tidak seharusnya aku b

Bajawa-Ende, 6 Desember 2010--bukan tempat dan waktu penulisan

Gambar
Hari ketiga. Bajawa, 6 Desember 2010. Pagi-pagi seperti hari yang sudah-sudah, Mimi Imut bangun, mandi, dan siap-siap. Kali ini rencananya mau ke RS Bajawa dan ke Dinkes. Makan pagi di hotel dengan menu yang cukuplah untuk mengganjal perut. Mimi imut pakai baju yang agak resmi sedikit, nggak sekedar kaos oblong. Bawahan tetap black jeans dengan sepatu kets yang sudah agak mendingan gak bau kecut. Ibu, Pak Heru, dr. Rahardjo, dan Pak Adi semuanya pakai batik. Wah, kompak ya. Seperti mau kondangan. Maklum, hari ketiga ini mau ketemu direktur RS Bajawa untuk membicarakan program sister hospital. Inilah inti acara kita selama ini, saudara-saudara. Jadi bukan hanya capek-capek hiking dan jalan-jalan! Hehe... RS Bajawa. Rumah Sakit tipe C dengan kontur yang naik turun. Sister hospital. PONEK. Dan sebagainya. Dan sebagainya. Mimi imut cuma mendengar segala sesuatu yang dibicarakan oleh rombongan secara sambil lalu saja. Solanya memang Mimi imut cuma penggembira di sini. Tugas Mimi imut hanya

Bajawa, 5 Desember 2010--bukan tempat dan waktu penulisan

Gambar
Wuaaaa... Mimi imut kewalahan mau menuliskan perjalanan hari-hari selanjutnya di Flores, NTT. Setelah pengalaman hari pertama yang cukup melelahkan, capek di jalan, Mimi Imut pun tepar gak sanggup bangun untuk menunaikan tugasnya menulis di hari-hari berikutnya. Jadi, mohon maaf kalau tulisan kali ini tidak on the spot. Semoga masih hangat-hangat tahi bebek, maksudnya ceritanya masih cukup segar dalam ingatan dan kesan yang ditangkap Mimi Imut. Here we go. Hari kedua. Tanggal 5 Desember 2010. Mimi imut bangun pagi-pagi sekali, mandi, dan siap-siap. Mau ke manakah gerangan? O rupanya rombongan Mimi imut mau berhiking ke danau Kelimutu. Jarak antara Ende dengan Kelimutu sekitar 2-3 jam perjalanan naik mobil. Untung mobil kali ini lebih akomodatif (baca: nyaman) dibandingkan mobil yang dipakai driver untuk menjemput dari bandara kemarin. Sopirnya pun ganti, bukan lagi om Ignas yang kurang banyak cerita (sopir kok gak banyak cerita ya ^^) melainkan Pak Markus yang lebih friendly dan lebih

Ende, 4 Desember 2010 jam 18.00 WITA

Gambar
Akhirnya, setelah tanpa proses yang rumit2 atau terlalu pikir panjang, Mimi Imut pun ikut juga pergi ke Flores dari tanggal 4 sampai 7 Desember 2010. Tanpa terlalu berharap yang muluk-muluk, Mimi Imut berangkat menemani ibu dengan satu tekad bulat yaitu untuk mendapatkan pelajaran berharga yang bisa dituliskannya sebagai oleh-oleh. Mimi Imut tidak berharap akan mendapatkan kenyamanan ataupun kemewahan selama perjalanan ke timur ini. Sebaliknya, Mimi Imut ingin memanfaatkan waktu yang ada untuk menyerap apa pun sebaik-baiknya supaya bisa membagikan sesuatu yang berharga, sekecil apa pun itu, melalui laporan tertulis tidak wajib ini. Dengan diiringi doa singkat yang tidak bertele-tele, Mimi imut pun berangkat dengan penuh rasa syukur dan percaya diri bersama rombongan. Mari kita ikuti bersama perjalanan Mimi Imut. Pada hari Sabtu, tanggal 4 Desember 20101, di rumah Pelem Kecut, Mimi Imut terbangun dengan perasaan masih terkantuk-kantuk karena semalam tidurnya tidak terlalu nyenyak. Maklu

Imanku dalam Pergumulan

Pak Yusup minta aku mempersiapkan presentasi untuk les terakhir ini, hari ini. Tema yang harus kusiapkan adalah "short term & long term plans", sedangkan buat Yoyo "next project". Berhubung aku masih hidup dan kerja secara serabutan, maka kupandang tugas kali ini cukup banyak membantuku untuk memikirkan secara lebih serius dan sistematis tentang rencana hidupku. Sampai sekarang aku merasa masih belum menemukan minat sejatiku. Yang baru kelihatan sekarang adalah terbukanya satu kesempatan untuk melakukan hal baru yaitu mengajar anak-anak main piano. Di samping itu, menulis apa saja yang terlintas dalam kepalaku di mana pun dan kapan pun aku sanggup. Yang masih belum kelihatan adalah apa yang harus kuambil untuk melanjutkan jenjang karier di masa yang akan datang. Sudah berkali-kali aku katakan bahwa aku nggak suka jadi klinisi. Lalu mengapa aku jadi dokter di sini? Kenapa aku nggak berani melangkah menuju apa yang benar-benar kusukai? Hmmm... Susah juga menjawab

Minat Sejati? Hmmm...

Ada begitu banyak keinginanku saat ini. Keinginan jangka pendek untuk melakukan sesuatu yang tidak sia-sia. Salah satunya adalah menuliskan uneg-unegku di sini saat ini. Bukan uneg-uneg yang suram dan mengerikan sih. Cuma pingin membagikan sedikit cerita saja. Bukan cerita mungkin tepatnya. Sekedar bunga rampai kehidupan. Aku sebentar lagi akan memulai kegiatan baru. Apakah itu? Tidak lain tidak bukan yaitu mengajar anak-anak main piano di sekolah musik sawokembar. Wew. Kok bisa? Gimana tuh ceritanya? Jadi begini. Beberapa hari yang lalu, aku terima message di fb dari seorang pengurus sekolah musik sawokembar yang intinya meminta kesediaanku untuk membantu mengajar anak-anak main piano. Mereka kekurangan pengajar, katanya. Seorang pengajar akan segera bekerja di luar kota. Dan ketika omong-omong sama pak Paulus, kepala sekolah musiknya, beliau bercerita dengan gaya meyakinkan seorang guru bahwa terbersit nama Yohana (namaku) saat memikirkan siapa yang dapat membantu mengajar. Dibantu d

Perjalanan Jogja Nanggulan yang Menyenangkan

Hari ini aku mencetak satu prestasi. Nggak terlalu spektakuler sih. Cuma bisa bertahan nggak ketiduran di mobil sewaktu perjalanan pulang pergi Jogja Nanggulan-Nanggulan Jogja. Perjalanan dari Jogja ke Nanggulan, tepatnya ke BP Maranatha, diiringi oleh alunan rancak musik pujian yang diputer di Sasando 90.3 fm, thanks to Pak Sopir yang mohon maaf aku lupa namanya. Nggak ada yang terlalu menarik untuk diceritakan di sini. Perjalanan pulangnyalah yang lebih menarik. Dijemput tepat jam 13.00 WIB di BP, oleh pak supir yang lain yang sekali lagi mohon maaf aku lupa namanya, aku menghabiskan perjalanan pulang dengan melek semelek-meleknya. Thanks to pak sopir yang mengajakku ngobrol. Bisa-bisanya aku ngobrol ngalor ngidul tentang kecerdasan, kesuksesan, minat bakat, dan seputar kepuasan hidup. Pak sopir itu awal mulanya nanya gimana caranya supaya bisa pinter, karena dia punya anak yang masih duduk di bangku SMA. Dia prihatin dengan nilai bahasa Indonesia anaknya yang dikatakan cukup njompla

Reveal

Terbuka kembali satu sisi kehidupanku yang telah lalu dan mungkin terkubur. Mungkin ini salah satu penyebab mengapa aku sampai mengalami goncangan jiwa sedemikian rupa. Aku diingatkan akan hal ini setelah aku membaca sedikit dari novel Doctors. Aku ingat, usia 18 adalah usia di mana aku lulus SMU dan mulai masuk kuliah. Di usia itu pula, aku sedang begitu antusias dan semangat untuk mengejar hal-hal rohani. Mungkin lebih tepatnya, supaya dipandang rohani. Entahlah. Yang jelas, ada ketidakseimbangan jiwa yang kronis. Di satu sisi aku begitu ingin tampil serohani mungkin, di sisi lain aku kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang terdekatku. Begitu keras dan kaku. Ketika beban hati semakin bertambah dengan hal baru, yaitu mulai pacaran back street, sementara masih ada ambisi yang kuat untuk ingin selalu menjadi nomor satu, maka semakin dekatlah aku pada kegoncangan jiwa. Seandainya waktu itu aku bisa bersikap jujur dan terbuka, bukannya sok kuat dan sok rohani, mungkin aku gak akan meng

Captivated

Ya Tuhan Yesus... bagaimana rasanya menanggung beban seluruh dunia di pundakMu? Bagaimana rasanya merasakan kepedihan dan kesia-siaan seluruh umat manusia di hatiMu? Aku baru membaca sedikit buku novel tebal berjudul Doctors karangan Erich Segal. Gila, sungguh gila. Benar-benar top markotop. Sungguh-sungguh mantap. Aku sampai kekenyangan dibuatnya. Maksudku, aku sampai kemlakaren. Jiwaku mendapatkan makanan berat yang membuatku merasa amat sangat kenyang kenying. Aku menjadi larut dalam haru biru perasaan yang campur aduk. Campuran antara kekaguman dengan kengerian. Aku merasakan pahit manisnya kehidupan manusia yang fana dan sia-sia. Kesia-siaan yang tergambar melalui cerita fiksi yang didasarkan oleh hasil riset dan pengamatan yang amat jeli. Ditambah dengan perenungan yang cukup dalam tapi tetap ringan untuk bisa dipahami oleh orang awam. Baru membaca sebagian kecil novel itu saja sudah membuatku merasa seperti memikul beban dunia. Hiperbolis ya. Maksudku, aku seperti dibukakan kemb

What Should I Do?

Aku merasa seperti kurcaci di tengah raksasa. Aku merasa diriku adalah orang paling bego di tempat di mana aku berada. Mungkin perasaan-perasaanku ini tidaklah benar 100%. Mungkin aku hanya kurang percaya diri saja. Tapi yang jelas, aku sungguh merasa terasing di sini. Meskipun aku ada backing yang kuat terutama dari Tuhan dan keluarga serta orang-orang yang mengasihiku, aku merasa sangat-sangat tidak layak berada di sini. Aku kembali merasa salah tempat. Aku kembali memikirkan tentang prospek masa depanku. Mungkin menurut orang lain begitu cerah dan gemilang, tapi di mataku ini sungguh mengerikan dan menegangkan. Sungguh aku perlu memetakan kembali kekuatan dan kelemahanku. Aku perlu mawas diri lebih lagi sebelum melangkahkan kakiku. Dimulai dari pertanyaan dr. Laksmi, apakah aku akan jadi pegawai tetap nantinya. Kurang lebihnya begitu. Pertanyaan yang sederhana dan lugas itu begitu mengena. Pertanyaan itu sukses membuatku meragukan kembali posisiku. Kembali berkecamuk dalam hatiku ap

What For

Kadang terbersit pertanyaan, mengapa aku sampai harus mengalami goncangan jiwa yang sedemikian besarnya. Kalau mencontoh sikap simbah putri Giyono, bukan pertanyaan "mengapa" yang seharusnya terucap melainkan pertanyaan "untuk apa". Maka dari itu, aku ubah pertanyaanku menjadi: untuk apa sampai aku harus mengalami goncangan jiwa yang sedemikia besarnya? Segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku ini tentunya nggak pernah terlepas dari campur tangan Tuhan. Mulai dari sejak aku dibentuk di kandungan ibuku, lahir, tumbuh besar, sampai sekarang ini, bahkan sampai nanti, Tuhan senantiasa memeliharaku. Aku semakin bertumbuh dalam pengenalanku akan Dia. Ingin rasanya aku menuliskan perjalanan hidupku itu dengan runtut dan teratur, sebagai dokumen kehidupan yang dapat aku baca-baca kembali. Syukur syukur bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Tapi aku masih belum memulainya juga karena kurang disiplin. Yah, mungkin sekarang lah saatnya untuk memulainya. Tuhan kiranya memberi

Salvation

Meskipun capek, aku tidak merasa terintimidasi. Aku merasa cukup nyaman dengan diriku sendiri. Hari ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Tuhan. Dari pagi sampai siang pasien yang datang relatif sedikit, tidak sebanyak waktu Senin kemarin. Siang ini pun masih belum terlalu banyak pasien yang datang. Keluhannya pun masih dalam batas kompetensiku. Puji Tuhan. Tadi ada satu pasiennya ibu yang datang untuk kontrol. Post coloctomy. Aku nggak begitu mudeng dengan perjalanan penyakitnya. Sepertinya dulu aku juga yang periksa itu simbah di IGD, aku lupa. Tapi aku cukup senang dengan sikap si simbah. Beliau begitu tenang dan pasrah sama Tuhan Yesus. Nggak nggedumel, nggak menyerah, tapi penuh dengan ungkapan syukur yang nampak dari wajahnya. Karena sikapnya yang luar biasa itu, aku pun dengan pe de nya memperkenalkan diriku sebagai anak dari ibuku. Beliau pun sangat senang dan semakin sumringah. Beliau bercerita banyak tentang pengalamannya operasi dan bagaimana beliau senang kalau ibuku tersen

Reportase

Aku sudah menghabiskan lebih dari 200 ribu rupiah untuk membeli buku-buku yang kuharapkan bisa mengenyangkan lapar jiwaku. Buku yang pertama kubaca adalah novel tebal berjudul Doctors karangan Erich Segal. Aku berharap mendapatkan gambaran yang konkret dan memberiku semangat tambahan dalam menjalani kehidupanku sebagai seorang dokter. Aku kan sudah berulang kali gembar gembor bahwa aku nggak suka menjadi dokter dan aku nggak cocok jadi klinisi. Mungkin dengan membaca novel ini, aku mendapatkan inspirasi yang mendorongku untuk terus maju sampai aku mendapatkan minat sejatiku. Amin. Buku berikutnya yang akan aku baca adalah Eat, Pray, Love yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku sudah nonton filmnya. Meskipun demikian, aku masih merasa kurang puas. Aku ingin menyelami lebih dalam lagi pergumulan batin yang dialami oleh si penulis. Siapa tahu aku pun mendapat masukan yang berharga sehingga semangatku untuk hidup semakin dikuatkan. Amin. Selanjutnya, aku mau membaca buku dwilogin

Tiredness

Capek, Tuhan... aku pingin tidur nyenyak... tapi bagaimana mungkin? Di tempat ini, BP Wonosari ini, tidur nyenyak tanpa gangguan merupakan kemewahan tersendiri... Aku sering mengalami lagi enak-enaknya tidur, ada saja pasien yang datang... tidur yang terganggu itu lebih nggak enak rasanya daripada nggak tidur sama sekali... dan aku mendapati bahwa suatu kenikmatan itu adalah berupa jatuh tertidur... Meskipun demikian, aku bersyukur, Tuhan... dan meskipun ada banyak alasan untuk mengeluh, aku mau tetap bersyukur saja... Aku bersyukur karena aku masih bisa merasa capek... aku bersyukur karena di tengar rasa capekku ini, aku masih bisa menuliskan sedikit uneg-unegku... Nggak jadi masalah kalau aku kurang banyak omong sama orang lain, itulah kelemahanku... Yang penting aku masih bisa menuliskan sepatah dua patah kata meskipun miskin arti, itu kelebihanku... aku belajar untuk nggak terlalu berfokus kepada kelemahanku. Aku mau berfokus tertutama kepada kelebihan yang Tuhan anugerahkan kepada

I Miss You

Tiada kata yang terucap... hanya hati yang merindu... karena lebih baik hati tanpa kata daripada kata tanpa hati... tiada nada yang terdengar... hanya jiwa yang menyanyi... semua ini karena aku begitu merindukanMu... karena aku tahu Engkau yang terlebih merindukanku... Engkau yang terlebih dahulu mengasihiku... Engkau yang pertama kali menunjukkan kasih kepadaku... aku hanya merespon... aku hanya bisa ini... mungkin tak sebanding dengan apa yang telah Engkau berikan... sangat jauh dari yang bisa kubayangkan... tapi semoga ini bisa mengisi ruang kosong dalam hatiku... terima kasih, Tuhan... Engkaulah sahabat sejatiku... Engkaulah yang terbaik bagiku... Engkau baik, dan jiwaku benar-benar menyadarinya... Haleluya...

Just Giving Thanks

Kalau hatimu dipenuhi rasa rindu, bersyukurlah... itu tandanya kamu masih sehat... itu tandanya kamu masih dipenuhi rasa cinta... itu tandanya kamu masih hidup... Kalau kamu begitu merindukan Tuhan tapi tak tahu apa yang mesti dilakukan, bersyukurlah... itu tandanya Tuhan sedang menunjukkan sayangNya kepadamu... itu tandanya Tuhan sedang mengusik hatimu yang sering terlalu asyik dengan dirimu sendiri... Itu tandanya kamu masih peka terhadap suaraNya... Jika kamu membaca tulisan ini dan kamu merasa ini sangat mirip dengan konidisimu, bersyukurlah... itu tandanya bukan suatu kebetulan kamu ada... itu tandanya hidupmu bukanlah suatu kecelakaan... itu tandanya Tuhan itu ada... Mari... kita berikan waktu yang ada ini untuk sejenak menikmati kebersamaan dengan Tuhan... inilah saat terindah... saat di mana kita berdiam dalam keheningan dan kekudusan hadiratNya...

Kangen

Aku merasa amat sangat kangen sama Tuhan Yesus. Bagaimana ya melukiskannya? Suatu kerinduan yang amat sangat besar sedang melanda hatiku saat ini. Entah kenapa. Aku merasa ingin sekali melakukan sesuatu, entah apa itu. Semacam ruang kosong dalam hatiku yang minta diisi tapi hanya satu yang dapat memenuhinya, yaitu pribadi Tuhan Yesus sendiri. Tapi bagaimana caranya ya? Aku sudah coba telpon mas Cah, dan ternyata mas Cah nggak bisa membuatku merasa terpuaskan. Memang harus Tuhan Yesus sendiri yang kuhubungi. Ok deh. I'll try... Mimi: Tuhan Yesus... God: Ya, Mi... Mimi: aku kangen... God: sembayang... Mimi: lho kok ikut-ikut gayaku? God: hehe... Mimi: Tuhan Yesus.. God: Ya, Mi... Mimi: piye ini? aku harus bagaimana? God: ya sembayang dulu... Mimi: dulu apa sekarang? hehe... God: hehe... Mimi: Tuhan Yesus... God: Ya, Mi... Mimi: yuk, ngapain kek... aku ingin berdua denganMu, nih... God: ya ayo... Mimi: sekarang ya... God: ok... Mimi: sip... God: ^^ Yah begitulah kira-kira dialog yang

Blessing in Disguise ^^

Berkat di balik bencana. Ada udang di balik bakwan. Hehe... begitulah kira-kira... ya, di balik suasana duka dan nestapa yang menggantung akhir-akhir ini akibat bencana alam di Indonesia, pastilah ada berkat tersembunyi yang tinggal tunggu waktunya saja untuk disingkapkan. Saat tirai terbuka, saat itulah suasana duka sontak berubah menjadi sukacita yang tak tergambarkan. Salah satu berkat yang menurutku layak untuk dirayakan adalah diundurnya jadwal ATLS. Advanced Trauma Life Support. Jadwal ATLS yang sedianya akan dilaksanakan tanggal 26-28 November 2010 ini terpaksa diundur hingga sekitar Januari 2011 akibat kondisi tanggap darurat bencana Merapi yang masih belum tahu kapan akan berakhir. Bagiku yang berpembawaan santai, ini merupakan berkat tersendiri. Karena, aku bisa punya waktu yang lebih panjang untuk belajar. Aku nggak suka diburu-buru oleh dead line. Makanya, dalam hatiku, aku mengucap syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus atas diundurnya jadwal ATLS ini. Meskipun de

BP Maranatha

Sekarang gantian donk BP Maranatha unjuk gigi. Di sini jauh lebih tenang dan tenteram dibandingkan dengan BP Wonosari (untuk mengatakan lebih sepi ^^). Bayangkan, sehari di sini bisa cuma dapat satu saja pasien. Rekor tersedikit!!! Bravoo!!! Tapi ya konsekuensinya, penghasilan yang kudapatkan pun jauh lebih kecil dibandingkan yang lain. Satu pasien di sini dihargai lima ribu rupiah. Maka, aku yang kemarin dihitung menangani 8 orang pasien, hanya berhak mendapatkan 40 ribu rupiah. Hehe... tetap puji Tuhan!!! Jangan sampai aku jadi hamba uang. Nilai nominal itu bukanlah ukuran utama keberhasilan. Aku lebih mengutamakan kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja. Sehingga, pekerjaan yang membosankan ini dapat kupandang sebagai permainan yang menyenangkan. Betul? Kembali ke BP Maranatha. Meskipun sepi, aku mendapati bahwa suasana di BP ini cukup menyenangkan. Pegawak-pegawainya sejauh ini sangat baik dan ramah. Cewek semua!!! Maklum, BP ini juga merupakan Rumah Bersalin (RB). Jadi, gak ada pera

Chatting

Mengapa aku suka chatting? Meskipun kelihatannya gak berguna dan gak produktif... Karena dengan chatting, aku bisa mengaktualisasikan diriku sedemikian rupa sehingga aku merasa berarti. Aku bisa menyampaikan isi hati dan isi pikiran dengan lebih leluasa. Memang sih minus ekspresi wajah. Kata orang, ekspresi wajah dan bahasa tubuh itu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Hm hm... Sungguhkah demikian? Masih belum tahu jawabannya... mungkin karena aku lebih mengandalkan pendengaran daripada penglihatan sehingga kata-kata dan intonasi suara jauh lebih berpengaruh bagiku daripada gerak gerik atau ekspresi wajah. Aku mungkin lebih ke tipe audio person. Beda dengan para visual atau audio visual person. Yang lucu lagi, aku sering bingung kalo bercakap-cakap face to face dengan orang lain. Aku bingung mau lihat apanya, matanya atau mulutnya. Kata orang lagi, kalo bercakap-cakap itu perhatikan matanya. Itu menunjukkan respek atau perhatian yang penuh. Tapi aku malah tambah bingung kalau har

BP Wonosari tempat Mengungsi ^^

Gambar
Kembali ke BP Wonosari meskipun bukan jadwalnya karena menggantikan Yiska yang harus ikut pelatihan. Hati terasa ringan dan tidak ada beban. Karena ke wonosari, maka tidak bisa untuk ikut naik ke posko pengungsian Merapi di Banteng maupun Atmajaya. Dari 5 sekawan genk IGD, cuma aku saja satu-satunya yang belum pernah ditugaskan di posko merapi. Berpikir positif saja. Mungkin karena ada alasan yang lebih baik. Tetap semangat!!! Bagaimana tidak semangat... setiap kali ke BP Wonosari, pasti ada saja waktu untuk istirahat yang paling nikmat. Di manakah itu? Tidak lain tidak bukan adalah di "limosin putih" mobil ambulance yang tiap pagi mengantarkan pulang pergi Bethesda-BP-Bethesda. Entah kenapa, setiap kali naik si limo putih, rasa kantuk tidak dapat ditahan. Maka, tidak ada cara lain selain tidur untuk mengatasi rasa kantuk berat itu. Walhasil, aku jadi jarang banget ngobrol sama the driver, mas Arif. Padahal kan asyik tuh ngobrol... hehe... Meskipun BP Wonosari kecil dan tidak

Peaceful Mind--Once Upon A Time In Wonosari

Akhirnya kelegaan itu tiba. Istirahat. Entah bagaimana, aku akhirnya merasa tenang dan damai kembali. Meskipun tidur siangku nggak terlalu nyenyak, kualitas tidurku menurun, aku sekarang bangun dengan perasaan segar dan pikiran yang jernih. Kubaca-baca kembali tulisan-tulisanku sebelumnya yang kutulis waktu aku lagi kalut dan gak tenang. Kudapati bahwa Tuhan sungguh baik. Tuhan bekerja menenangkanku dan menyadarkanku bahwa aku nggak pernah ditinggalkanNya seorang diri. Bahkan ketika aku merasa amat sangat tidak nyaman dan tidak enak hati. Tuhan selalu ada besertaku. Imanuel. Haleluya. Kalimat-kalimat inspiratif dari Max Lucado di buku Just Like Jesus telah mencelikkan mata batinku. Aku disadarkan bahwa apa pun yang kupikirkan dan kurasakan, Tuhan tahu. Saat aku merasa sangat tidak nyaman seperti tadi pagi, Tuhan juga tahu. Dia pun turut merasakan. Dan dia memahaminya. Benar apa kata Max. Tuhan menerimaku apa adanya, tetapi Dia tidak membiarkan aku seadanya. Dia ingin aku menjadi sepert

Stiffness

Tuhan, kenapa aku kaku sekali sih? Apakah Engkau menciptakanku sekaku ini? Untuk apa aku harus menjadi kaku seperti ini? Bagaimana caranya aku menjadi pribadi yang memancarkan kasihMU yang luwes itu? Itulah segelintir pertanyaan dan kegelisahanku saat ini. Aku tidak ingin mendengar jawaban yang bukan dari Tuhan. So, aku tidak akan menanyakannya kepada siapa pun juga selain kepada Tuhan. Tuhan pasti mendengar. Tuhan punya jawabannya. Yang kuperlukan hanyalah sabar menunggu, menenangkan hatiku, dan mendengarkan saja jawaban dariNya. Bisa melalui apa saja. Sesimple itu. Nggak bertele-tele, nggak muluk-muluk. Aku sudah bosan omdo. Aku pingin yang lebih simple dan praktis. Bagaimana kalau jawabannya nggak enak? Nggak nyaman? Yah, aku akan berusaha untuk melembutkan hatiku supaya aku bisa dibentuk seperti yang Tuhan mau. Dibentuk menjadi seperti apa? Lebih tepatnya, seperti Siapa? Ya seperti Tuhan Yesus sendiri. Makanya, bukan suatu kebetulan kalau aku sekarang juga lagi baca-baca buku berju

The Silence of Mimi

Lagi-lagi aku mendapat masukan tentang kependiamanku... kali ini dari Pak Wahyu Martono. Dengan gayanya yang santai dan gak langsung secara frontal, beliau memberiku masukan tentang kelemahanku (atau kelebihanku) ini. Pak Wahyu tiba-tiba saja bertanya dengan santainya, gimana aku waktu periksa pasien di posko. Terus tanya-tanya seputar itu. Bahkan Pak Wahyu menawarkan untuk diperiksa, untuk sekedar latihan ngomong. Katanya lagi, aku bisa bikin semacam skenario untuk latihan ngomong biar kalau periksa gak diem aja. Wew... Meskipun kesannya cuma sambil lalu saja, aku cukup memasukkannya ke dalam hati. Tahu sendiri kan, kalau aku ini masih sangat sensitif. Meskipun chasingku dari luar kelihatan diem dan cool, di dalam ini kebat kebit nggak karuan. Semakin mencoba menenangkan diri, malah semakin nggak karu-karuan. Semakin berusaha untuk berpikiran positif, malah semakin banyak pikiran negatif yang menyerbu. Doh... susahnya jadi Mimi... T_T Aku tahu aku memang cenderung pendiam. So what? Sa

Kemenanganku

Aku sebenernya capek, tapi tidak boleh dan tidak mau mengeluh. Tidak mau menyalahkan diri sendiri maupun orang lain. Tidak hendak menyalahkan keadaan. Aku kan sudah berketetapan hati. Aku kan sudah mengampuni. Aku tahu aku sedang diuji. Masih lumayan gampang sih 'soal ujian' nya. Tapi aku hampir saja gagal. Hampir saja melarikan diri lagi. Untung tidak jadi. Untung aku ditolong Tuhan. Mentalitas pemenang mengalahkan mentalitas korban. Meskipun ada sedikit rasa nggak nyaman di hati, aku harus tetap maju. Aku tidak mau berhenti. Karena aku tahu bahwa apa yang kulakukan ini tidaklah sia-sia. Ada upah yang menantiku di surga. Ada sukacita abadi yang menantiku di sana. Jadi, buat apa menyesali diri? Tidak ada gunanya. Aku tinggalkan semuanya itu. Aku buang semua panas hati itu. Aku padamkan kemarahan yang tidak membawa kepada kebenaran. Hidupku terlalu indah untuk kuhabiskan dengan marah-marah. Aku lepaskan pengampunan. Aku nyalakan api kasih. Karena kasih itu sabar dan murah hati.

Bersyukur Saat Ini

Aku memilih untuk bersyukur saat ini. Ya, saat ini. Bukan besok atau nanti2 kalau aku sudah mencapai kesuksesan. Karena kesuksesan itu sangat relatif sifatnya. Apa yang aku anggap sukses untuk saat ini mungkin akan dianggap biasa2 saja suatu saat nanti. Karena hidup itu progresif. Selalu maju dan tidak pernah stag. Manusia selalu tidak pernah puas akan pencapaiannya. Selalu ingin lebih dan lebih lagi. Kalau aku tidak memutuskan untuk segera bersyukur saat ini, maka aku akan terjebak dalam lingkaran setan ketidakpuasan hidup. Misalnya begini. Saat ini aku sudah menceburkan diri sebagai bagian dari civitas hospitalia RS Bethesda. Beberapa waktu lalu aku anggap ini sebagai wujud kesuksesan. Tapi sekarang, rasanya malah biasa2 saja dan malah ada beban2 baru. Muncul lagi keinginan2 baru. Contohnya keinginan untuk segera mendapatkan tempat yang sesuai dengan passionku, entah apa itu. Aku yakin, kalau aku tidak segera mensyukuri keadaanku saat ini, aku nggak bakalan bisa menikmati hidup meski

Sang Ahli

Dulu aku sering merasa senewen atau gak bisa tenang saat mendengar orang lain memainkan komposisi musik yang begitu indah dan menawan. Rasanya pingin segera bisa memainkan lagu yang sama dengan lebih baik lagi. Rasanya seperti tertantang. Amat sangat tertantang. Tapi sekarang aku lumayan gak seterobsesi dulu. Dulu aku terobsesi untuk bisa bikin komposisi musik yang indah sedahsyat musik2 soundtrack film. Karena impian yang gak segera tercapai (lebih karena kurang gigih dan kurang tekun ^^), maka obsesi tersebut lambat laun memudar. Sekarang obsesiku malah di bidang tulisan. Aku terobsesi untuk menghasilkan karya tulis yang enak dibaca tapi tetap sarat makna. Serius tapi santai. Renyah, gurih, tapi tetap sehat. Kembali ke bidang musik. Aku sering dibuat takjub dan kagum oleh para pemusik yang mampu menghasilkan musik yang sedemikian rupa ciamiknya. Apapun alat yang mereka gunakan, sesederhana apa pun itu, mereka mampu menciptakan mahakarya yang aduhai dahsyatnya. Mau pakai piano grand,

Introspeksi yang Menyenangkan ^^

Gambar
Tiga hal yang menjadi perhatianku untuk berubah, sekarang menjadi dua hal karena lupa satu... ^^ apakah itu? Mereka adalah: "kurang ramah" dan "kaku". Ya. Kurang ramah. Aku merasa aku ini kurang ramah terhadap orang lain yang belum kukenal. Aku kurang bisa membuka dan mempertahankan obrolan yang asyik dengan orang lain. Lebih banyak menunggu dan pasif. Padahal, statusku sebagai seorang dokter mengharuskanku untuk lebih aktif berkomunikasi. Complain tentang kependiamanku sudah sering kudengar dari banyak pihak. Aku tahu aku memang cenderung pendiam. Dan kependiamanku ini sedikit banyak membuatku dan orang lain jadi terusik atau nggak nyaman. Aku sudah dan sedang berusaha untuk mengurangi intensitas diamku. Butuh proses memang. Harus bisa, pasti bisa, memang bisa. Itulah mottoku. ^^ Kemudian kaku. Sudah sering aku merasa sendiri bahwa gerak gerikku ini kaku, kurang luwes, kurang lincah, dan nggak nyaman dirasakan. Apalagi dilihat. Bahkan sudah ditegur. Aku harus lebih

Panggil aku Mbak atau Bu, hehe... ^^

Gambar
Aku lebih suka dipanggil dengan sebutan "mbak" daripada "dok", demikian juga sebaliknya, aku lebih suka memanggil "bu" atau "pak" daripada "dok"... dok is singkatan dari dokter, saudara-saudara... Ya, begitulah... sejak koas sampai sekarang, aku merasa risi dan canggung kalau harus memanggil senior dengan sebutan "dok" atau dipanggil orang lain dengan sebutan "dok"... rasanya ada semacam sekat pemisah antara aku dan mereka saat sebutan "dok" itu terucap... ada semacam perbedaan kasta yang membuat seseorang yang memanggil "dok" itu lebih rendah daripada seseorang yang dipanggil "dok"... hehe... bingung? Mungkin bahasaku terlalu mbulet... bertele-tele kalau orang Jawa bilang... ^^ Intinya adalah aku nggak gitu suka dengan sebut-menyebut "dok" kepada sesama rekan sejawat baik itu senior maupun junior... Aku lebih suka memanggil mereka "mbak", "mas", "pak&q

Lima Sekawan Genk IGD ^^

Gambar
Ini dia genk terbaru IGD... terdiri dari lima orang dokter junior yang lagi berstatus magang dan kontrak... empat cewek satu cowok... kebalikan dari Power Rangers ^^... tidak ada yang superior maupun inferior di sini... semua sama derajatnya, meskipun Mimi Imut terhitung yang paling tua usianya... masing2 punya ciri dan keunikan tersendiri... yang jelas, genk baru ini bakalan mewarnai hari2 Mimi Imut di IGD... IGD yang adem jadi terasa hangat deh... ^^ Siapa sajakah mereka? Ini dia profilnya... dr. Marlentine a.k.a. ranger Meril dr. Dian Puspita Dewi a.k.a. ranger Dede dr. Yohana Puji Dyah Utami a.k.a. ranger Mimi Imut dr. Yohan Cahyo Wibowo a.k.a. ranger Yohan dr. Gracia Yudo a.k.a. ranger Grace Meril yang cantik dan malu2 tapi ramah, Dede yang rajin dan murah senyum, Mimi Imut yang cool dan misterius, Yohan yang semangat dan optimis, dan Grace yang rame dan suka keramaian.... ^^ Itulah kira2 profil mereka... Diharapkan, mereka berlima dapat kompak selalu dan semakin memeriahkan suasa

Yoanito, Dokter yang Lucu ^^

Gambar
dr. Stephanus Yoanito... Itulah nama sahabatku yang satu ini. Orangnya lucu, ceriwis, blak2an. Teman seangkatan yang terkenal sekali akan kevokalannya. Dulu sempat di Bethesda juga selama kurang lebih dua tahun. Sekarang, Yoanito atau lebih sering dipanggil Yoyo, bekerja sebagai PNS (atau masih CPNS ya?) di Dinkes Propinsi atau di BP4 paru yang katanya mau jadi RS khusus paru. Masih dengan ciri yang melekat padanya itu, yaitu ceriwis dan vokal, Yoanito menjadi orang yang semakin diperhitungkan di tempat kerjanya. Kompetensinya? Jangan tanya! Kecil-kecil begini, Yoanito itu tergolong pandai lho. Otaknya tergolong tok cer. Yang lebih mengagumkan lagi, Yoanito sepertinya tidak menyombongkan kepandaiannya. Selalu saja dia mengakuinya sebagai berkat Tuhan. Begitu yang sering disampaikannya padaku. Tanggal 17 Oktober 2010, Yoanito akan melangsungkan pernikahannya dengan Esther di daerah Semin sana. Jauh ya. Sayang sekali sepertinya aku nggak bisa menghadiri acaranya karena pas tanggal 17 itu

Yohan, Dokter yang Penuh Semangat ^^

Gambar
Sekarang aku mau cerita dikit tentang seorang rekan sejawat dan temanku, yaitu dr. Yohan Cahyo Wibowo. Dimulai dari mana ya? Bingung. Aku pingin cerita tentang semangatnya yang selalu positif dan menular. Apa ya rahasianya? Dan siapakah Yohan ini? Ok... Kencangkan sabut pengaman anda, dan here we go... Yohan Cahyo Wibowo. Putra pertama dari pasangan dokter Sugiyanto dan drg. Jendwasti. Ketiganya membaktikan diri mereka di RS Bethesda Yogyakarta. Yohan ini baru masuk sebagai pegawak kontrak tahun 2010 ini. Berbekal ilmu kedokteran yang sudah ditimbanya di FK UGM sejak tahun 2004, Yohan melangkah dengan penuh percaya diri, semangat, dan optimisme tinggi di RS Bethesda. Terhitung sebagai adik angkatanku (aku angkatan 2002), Yohan malah lebih dulu masuk Bethesda kurang lebih 2 bulan dibandingkan aku dan Dede. Yohan terkenal dengan gayanya yang easy going, banyak omong positif, dan penuh dengan rasa humor. Kemampuannya berkomunikasi membuatnya makin mantap dan percaya diri saat menghadapi s

Semangat Pagi dan Sukacita ^^

Kembali lagi ke BP Maranatha yang adem ayem... apalagi cuaca hari ini mendung, nyaman untuk santai, kondusif untuk menulis... Prestasi hari ini, aku gak ketiduran selama perjalanan dari Bethesda ke Nanggulan ini... hehe... biasanya aku jatuh tertidur di mobil, padahal sudah kupaksakan untuk melek semelek-meleknya... tapi tadi, aku bisa tetap terjaga sambil mendengarkan radio Sasando sepanjang perjalanan... apalagi sopirnya (gak tahu namanya, doh) enak ngobrolnya... mungkin golongan darahnya B ya... hehe... Sepanjang perjalanan, aku menikmati sajian musik rohani kontemporer yang rancak... sangat sangat membangkitkan semangat... thanks to Sasando and Stevany yang telah dengan setia menyapa semua pendengar di Jogja dan sekitarnya... memang cocok pagi2 diisi dengan lagu-lagu pujian yang rame sehingga semangat pagi menjadi berkobar dan kerja menjadi menyenangkan... Semangat pagi yang sudah kucanangkan dalam hatiku beberapa waktu yang lalu cukup manjur membuatku senantiasa bersemangat dan me

Sukacita yang Hilang, Mari Nyalakan Kembali ^^

Sukacita... emosi positif... optimisme... itulah yang jarang sekali, atau bahkan tidak pernah ditampilkan dalam sinetron-sinetron striping di TV... yang ada hanyalah kesedihan, ratap tangis, dan kemarahan yang meledak-ledak... betapa mengerikannya... betapa suramnya... apakah hidup hanya seperti itu? Tanpa canda tawa? Hanya ada duka lara? Sungguh mengerikan kalau memang demikian halnya... Kata orang, apa yang tampil di TV itu merupakan gambaran atau cerminan kehidupan nyata sehari-hari... Kalau benar demikian, maka betapa kasihannya negeri ini... Tidak ada sukacita, keceriaan, kebahagiaan, dan damai sejahtera... yang ada hanya kesedihan, kemuramdurjaan, kesuraman, kengerian, dan seabreg hal-hal negatif lainnya... Kegelapan seolah senantiasa menyelimuti di mana bumi dipijak... Seolah-olah tidak ada lagi harapan akan hari depan... jangankan hari depan, hari ini saja sepertinya berlalu dengan begitu mengenaskan... malam terasa amat panjang... Di manakah terang? Di manakah harapan? Di mana

Hikmah Perjalanan... Kok malah Kotbah ya? ^^

Hari ini sungguh luar biasa... aku menikmati semuanya... sejak dari bangun pagi sampai saat aku menulis sekarang, tak ada satupun yang kusesali... bagaimana bisa menyesal kalau aku begitu diberkati luar biasa... mulai dari bangun pagi setelah tidur yang cukup pulas, ke Bethesda dijemput mas Cah naik motor, di Bethesda duduk manis sambil fb an di ruang pertemuan B lantai 3, pulang dijemput mas Cah lagi, di rumah melanjutkan fb an dan chatting, terus makan indomie goreng ala lek sar, doa bareng mas Cah, terus jalan2 motoran menyusuri jalanan jogja sejauh kurang lebih 20 km, dan kemudian menulis di blog ini... Wew... sibuk tapi menyenangkan... o iya, tadi sore jam 18.00 Yoanito datang ke rumah nganterin undangannya... semoga aku bisa datang... ya, semoga... Waktu hampir sampai rumah setelah motoran, ada yang melintas di pikiranku... apakah itu? Ini dia... aku ini sangat menikmati perjalanan... rasanya saat2 terindah dan ternikmat itu adalah saat masih di jalan, bukan saat sudah sampai ke

Miskomunikasi Hari Ini

Menjadi autis sejenak di tengah-tengah keramaian pelatihan EKG perawat di ruang pertemuan B RS Bethesda Yogyakarta. Karena aku nggak tahu apa yang seharusnya kulakukan, dan aku tidak berusaha mencari tahu, maka aku memutuskan untuk mengautiskan diri sendiri. Mungkin apa yang kupilih dan kulakukan ini salah atau belum benar. Mohon maaf. Mungkin hanya Tuhan yang tahu kondisi hati dan pikiranku yang sebenarnya saat ini. Didominasi oleh rasa capek dan kesal. Capek karena merasa belum melakuakan sesuatu yang berguna. Kesal karena masih tersisa perasaan dongkol akibat miskomunikasi dengan mas Cah. Kok bisa miskomunikasi? Begini ceritanya. Sehabis kembali dari BP Wonosari, aku diajak Yiska dan Bude Titin ke lantai 3 untuk menunggui acara pelatihan EKG. Aku sama sekali lupa bahwa sejak kemarin sampai besok Jumat ada acara ini. Bahkan aku lupa kalau aku juga menjadi anggota panitianya. Dengan motivasi yang nggak lurus karena ingin mangkir dari tugas dan tanggung jawab di IGD, aku pun naik ke la

Ngalor Ngidul Sejenak, about Passion

Saat aku berpikir hendak menulis apa, aku malah jadi bingung mau nulis apa. Saat aku berpikir untuk menuliskan sesuatu yang lebih berbobot, nggak sekedar nyampah, aku jadi blank dan semakin bingung. Daripada membuang-buang energi percuma untuk memikirkan sesuatu yang nggak juga muncul, lebih baik aku memulai menulis sesuatu. Ya seperti inilah jadinya. Dan hujan pun kembali turun. Tanda bahwa surga menyetujui apa yang sedang kupikirkan dan kulakukan? ^^ Ok deh... mari kita ngobrol ngalor ngidul. Maaf kalau obrolannya untuk sementara satu arah dulu. Ok. Mulai. Setelah jeda sejenak, aku mendapatkan satu pertanyaan penting ini. "Apa sih sebenarnya passionmu?" Pertanyaan yang dulu sempat kugembar-gemborkan dengan penuh semangat. Kupikir aku akan tahu dengan pasti. Kupikir aku akan segera tahu. Kupikir aku akan segera melakukannya. Eh ternyata... sampai detik ini aku masih belum juga menemukannya. Apa aku terlalu malas ya? Apa aku kurang mencari? Apa aku kurang serius dalam bergumu

Once Upon A Time in Wonosari ^^

Kembali aku ada di BP Bethesda, Selang, Wonosari... semangat? masih... mungkin tidak semenggebu waktu pertama kali ke sini... tapi setidaknya masih optimis... optimis bahwa aku akan bisa memberikan yang terbaik dan mendapatkan pelajaran yang berharga... sedikit merasa kesepian... tapi aku nggak mau larut dalam kesepian... kan aku nggak sendiri di sini... ada Tuhan Yesus, ada malaikat2Nya, ada para perawat dan pegawai yang lain, ada pasien dan keluarganya... aku pingin belajar ngobrol dengan para pasien dan keluarganya... ngobrol apa aja... setidaknya belajar mendengarkan dan berempati terhadap keluhan2 mereka tanpa ada tendensi apa pun... motivasinya untuk menjadi teman yang baik... sukur2 bisa membantu meringankan beban penderitaan yang dialami... dan kalau ada kesempatan, bisa mendoakan dan berbagi kasih Tuhan Yesus sama mereka... sampai saat ini aku baru sekali mendoakan pasien yang kutangani... pengalaman yang mengesankan... aku masih perlu belajar lebih banyak lagi nih... bukan cu