Aku yang Mudah Lupa vs Tuhan yang Setia

Orang kadang lupa akan berbagai hal yang sudah terjadi dalam hidupnya. Hal-hal yang menyenangkan dan penting untuk kesehatan jiwa seringkali terlupakan. Sebaliknya, hal-hal traumatis yang merongrong kalbu malah sukar dilupakan.

Aku ternyata mudah lupa. Aku sering lupa akan janjiku kepada Tuhan, diri sendiri, dan orang lain. Aku sering lupa akan perananku yang baru. Jika tidak kudokumentasikan dengan baik, hal-hal penting dalam hidupku bisa benar-benar terhapus dari lembaran sejarah ingatanku.

Ganti suasana hati mempengaruhi ingatan. Berkaitan dengan suasana hatiku yang rawan masuk dalam kondisi ekstrem (entah 'tinggi' atau 'rendah'), aku mendapati bahwa pergantian suasana hati itu berpengaruh juga terhadap ingatanku. Ingatan itu sangat mempengaruhi komitmenku, baik itu komitmenku dalam bekerja, melayani Tuhan, di rumah, tempat kerja, maupun di persekutuan gereja.

Perubahan-perubahan yang drastis dan bertolak belakang itu membuatku menjadi tampak tidak konsisten. Saat dalam kondisi 'tinggi', aku bisa sedemikian bersemangat, optimistis, percaya diri, dan yakin akan kemampuan diriku dalam memberi solusi. Namun sebaliknya, dalam kondisi 'rendah', aku kesulitan berpikir, diserang rasa minder, dan timbul semacam rasa tidak aman, seolah-olah sedang dirasani atau dibicarakan di belakang oleh orang-orang di sekitarku.

Satu hal yang menjadi penghiburan dan sauh bagi jiwaku adalah ini, yaitu bahwa TUHAN tidak pernah berubah. TUHAN tidak seperti aku yang sering dipengaruhi mood swing yang ekstrem dan ngeri ngeri sedap. Jika Dia seperti terlalu baik atau terlalu kejam, itu hanya sudut pandang kita saja yang kurang pas memandang-Nya. Bukan berarti aku membela Tuhan (karena Dia tidak perlu pembelaanku, Dialah yang malah menjadi pembelaku--keyakinan yang jangan sampai menjadi klise belaka). Aku hanya ingin mengkontraskan diriku yang labil dengan Tuhanku yang bagaikan gunung batu yang teguh.

Tuhan selalu ingat akan janji-Nya, apalagi janji yang tertulis abadi dalam Alkitab. Lain sekali denganku yang amat mudah lupa janji-janjiku, terutama yang kubuat saat kondisi tidak stabil secara mood. Dia berjanji selalu menyertai kita sampai kepada akhir zaman, tak pernah meninggalkan kita sebagai yatim piatu. Itu salah satu dari sekian banyak janji-Nya. Mengingat hal itu saja sudah sangat membuatku terhibur.

Tuhan setia meskipun kita tidak setia. Itu sudah menjadi sifat-Nya sejak kekekalan sampai kepada kekekalan. Kesetiaan Tuhan itulah yang membuatku tetap bertahan sampai kepada Maranatha. Aku tidak bisa mengandalkan diriku sendiri maupun orang lain. Hanya oleh kasih karunia-Nya sajalah aku ada sebagaimana ku ada.

Banyak hal boleh kulupakan. Tapi satu hal yang selalu kuingat, yaitu adalah senantiasa bersyukur pada Tuhan. Itulah yang menjagaku tetap teguh berjalan dalam rencana-Nya yang penuh damai sejahtera. Syukur kepada Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.