Seruan Hati Nurani: Jangan Diam!

Hari-hari ini, kita disuguhi berita tentang manuver Jokowi dan keluarganya dalam hal kekuasaan. Lihatlah bagaimana keputusan Mahkamah Konstitusi dipakai untuk memuluskan jalan Gibran (putra sulung Jokowi) agar bisa lolos menjadi bakal calon wakil presiden. Lihat pula bagaimana Jokowi yang mengatakan netral di depan media, tetapi pada kenyataannya tidak demikian di aplikasinya. Dan lihatlah bagaimana semua hal memuakkan itu bisa terjadi tanpa ada rasa malu oleh pelakunya, bahkan dibungkus dengan sikap santun dan senyum ramah yang sering membutakan sebagian pendukung Jokowi, yang terus saja mengikuti tegak lurus apa katanya, sekalipun nyata-nyata menabrak etika dan membengkokkan konstitusi. 

Kesalahan kita juga pada umumnya adalah menganggap satu orang pemimpin yang memenuhi harapan dan seolah sanggup menjadi tokoh ksatria pembebas (baca: mesias) yang selama ini kita idam-idamkan, adalah manusia yang tanpa cacat cela dan haram hukumnya untuk dikritik. Bagaimanapun juga, Jokowi itu manusia biasa, pasti ada salahnya, pasti berdosa. Karena tidak ada manusia biasa yang tidak berdosa, sebaik dan setulus apapun kelihatannya. Selama ini kita terbuai dengan pemberitaan (baca: pencitraan) tentang kiprah Jokowi setiap hari, seperti yang pernah saya tuliskan pula sebelumnya di sini. Namun entah bagaimana, “ndilalah kersanipun Allah”, pencitraan yang konsisten di awal itu sekarang menunjukkan wajah aslinya. 


Di sini, saya kembali berefleksi, membandingkan pencitraan ala Jokowi dengan penggambaran Alkitab. Alkitab menggambarkan tokoh-tokoh iman apa adanya, hal positif dan negatif, tidak ditutup-tutupi. Contohnya Abraham yang tidak sabar dalam menunggu janji Allah sehingga mengambil Hagar menjadi istrinya kemudian lahirlah Ismael; Yakub yang membohongi Ishak, ayahnya, demi mendapatkan hak kesulungan; Musa yang tidak sabar terhadap sungut-sungut (nggresulo) bangsa Israel sehingga marah dan memukul gunung batu padahal hanya diperintah untuk berbicara kepada gunung batu, sehingga tidak diperbolehkan Allah untuk memasuki tanah perjanjian; Daud yang mengatur kematian Uria di medan perang demi menutupi perzinahannya dengan Batsyeba; dan masih banyak lagi. Hal ini terang-benderang menunjukkan betapa tidak konsistennya manusia itu.


Saya pun seperti diingatkan kembali bahwa tidak ada satu pun manusia yang bisa diandalkan sepenuhnya, baik itu orang lain maupun diri sendiri (baca Yeremia 17: 5-8). Saya kembali berefleksi dan mengaitkan dengan pesan Injil, betapa hopeless-nya manusia jika tanpa Yesus Kristus, sang mesias sejati. Hanya Yesuslah satu-satunya manusia sempurna yang paling bisa diandalkan. Karena Yesus adalah Allah 100% dan manusia 100% dalam 1 pribadi, maka Dia layak menjadi juru selamat, dan menjadi satu-satunya jalan ke surga (baca Yoh 14:6; Kis 4:12). 


Mari kita kembali ke tema awal tulisan ini, merenungkan peristiwa-peristiwa terkait kekuasaan. Karena kekuasaan itu sangat riskan untuk diselewengkan atau disalahgunakan oleh manusia yang sangat tidak konsisten, diperlukan sistem kontrol untuk saling mengawasi dan mengingatkan. Melihat situasi kondisi bangsa negara dan institusi yang demikian bobrok namun dicitrakan sedemikian agung dan salehnya oleh para penjilat yang munafik dan takut berkonflik, maka sebagai Calvinis sejati seharusnya kita, yaitu saya dan siapapun yang sehati, sepikir, dan setujuan dalam iman yang sama, jangan diam! Jangan cari aman! Beranilah bersikap dan bersuara! Tunjukkan kebenaran itu seperti apa adanya! Belalah yang benar! Berkawanlah (baca: bersekutu) dengan yang sama-sama mencintai kebenaran! Asah “pedangmu”, yaitu dengan menajamkan pikiran. Gunakan perkataan secara efektif di mana pun diperlukan. Dan ingatlah selalu, bahwa di dalam Tuhan, jerih payah itu tidaklah sia-sia. Karena untuk itulah kita dipanggil. Hidupi panggilan itu!


(NB: secara tidak kebetulan, tulisan ini saya susun dan rampungkan sebelum dan sesudah menyimak secara live konferensi pers Majelis Permusyawaratan Rembang yang berisi seruan atau nasihat dari para tokoh bangsa bagi para pemimpin negeri ini dan juga bagi kita semua, bangsa dan masyarakat Indonesia, agar demokrasi yang jujur dan adil dapat terus terjaga keberlangsungannya. Acara tersebut dapat disaksikan melalui tautan https://www.youtube.com/live/sDnHtCRfjKs?si=hb3Emr-HDtd5ZoAl)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.