Nasihat Ibu

Saat kuliah dulu, ibu menasihatiku untuk fokus menghadapi kenyataan yaitu belajar dan jangan terlalu banyak bermain (baca: berkegiatan di luar kuliah). Padahal, ibu tidak tahu kalau aku membutuhkan sistem penopang hidup supaya aku sanggup menghadapi kenyataan. Bagiku (waktu itu), kenyataan yang datar dan membosankan berupa belajar materi kuliah dapat disemarakkan dengan mengikuti acara persekutuan bersama teman-teman di luar lingkungan kampus. Ibarat anestesi (pembiusan) yang diperlukan supaya operasi dapat berjalan dengan aman dan lancar, itulah yang selama sekolah kujalani. Seperti lauk pauk yang mengiringi makanan pokok supaya tidak hambar, demikianlah makna hidup persekutuan di samping kuliah bagiku. Bukan substitusi, melainkan komplementer.

Namun itu dulu. Dan sejarah hidupku mengatakan hal yang menarik.

Kini aku kuliah lagi, dan nasihat ibu jarang kudengar karena aku jarang mengkomunikasikannya. Situasi agak berbeda karena kini aku tidak lagi sendiri, ada papa Cahyono dan anak Hadasa yang mengiringi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.