Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2015

Bersyukur untuk Vertigo Bapak, Refleksi Tujuh Tahun

Bapak opname lagi karena vertigo. Sejak Jumat sore, bapak resmi menjadi pasien rawat inap di bangsal saraf. Syukurlah vertigonya terjadi saat bapak tidak sedang menyetir mobil atau sendirian. Bapak waktu itu sedang bekerja di kamar operasi sehingga segera tertolong. Singkat cerita, bapak dipondokkan lagi setelah tujuh tahun berlalu sejak serangan vertigo hebat itu. Terhitung sudah tiga kali bapak terserang vertigo hebat. Yang pertama saat aku sedang dalam fase depresi yang kelam. Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi. Bapak yang vertigo berat dan harus dibawa ke rumah sakit tidak membuat hatiku tergerak untuk melakukan hal baik. Depresi yang jahat telah melumpuhkan kebaikan hati yang TUHAN tanamkan di dalamku. Bersyukur, ada anggota keluarga besar yang mau menolong dan memperhatikan bapak. Serangan kedua adalah saat aku menjelang masuk masa koasistensi. Waktu itu aku sudah bebas dari cengkeraman depresi, namun masih sedikit apatis dan kurang semanak. Lihat saja posting

Pemahaman Baru tentang Bipolar: Desain Ulang Pola Pikir

Syukur kepada TUHAN untuk pemahaman baru yang kuperoleh mengenai diagnosis bipolar yang kusandang. Selama ini aku berpikir bahwa diagnosis bipolar ini adalah sebuah stigma yang membedakanku dari orang-orang pada umumnya. Dengan stigma tersebut, aku seperti sudah ditandai untuk menjadi objek tontonan dan pertaruhan antara TUHAN dengan yang bukan TUHAN. Dan aku pun menjalani kehidupanku setiap waktu dengan rasa waspada ekstra, berjaga-jaga penuh supaya tidak kalah dengan pihak yang bukan TUHAN. Pendek kata, bipolar bagiku adalah suatu beban yang harus kupikul sepanjang hayat. Kini, pandangan tersebut diperingan dengan satu pemahaman baru. Bipolar tidak lagi semata-mata menjadi beban bagiku. Bipolar menjadi semacam rahmat dalam penyamaran. Entah bagaimana, pikiranku terbuka untuk menyadari bahwa sebenarnya TUHAN sedang mendesain ulang pola pikirku dengan adanya bipolar itu. Kesadaran ini berawal dari menyimak baik-baik obrolan para ibu Kalyca melalui fasilitas grup WA. Waktu itu, ibu-

Ingat Bersyukur

Daya ingatku tidak bagus-bagus amat. Aku sering lupa banyak hal. Tapi satu hal yang selalu kuingat yaitu bersyukur. Dengan bersyukur, aku dapat merasa bahagia lebih lama. Dengan bersyukur, aku merasa dunia tidak jelek-jelek amat. Dengan bersyukur, aku semakin menyadari betapa Tuhan itu sungguh amat baik. Bersyukur adalah sikap yang bagiku sangatlah vital untuk memiliki kehidupan yang penuh makna. Tanpanya, hidup dapat dengan mudah tergelincir ke sisi kelam. Kita jadi mudah bersikap sinis, apatis, dan nyinyir terhadap segala sesuatu. Hal-hal yang kita lihat dan dengar sehari-hari dapat membuat kita terjebak dalam sikap pesimis berlebihan jika saja bersyukur tidak kita jadikan gaya hidup. Misalnya saja berita-berita seputar dunia, negara, dan profesi yang hari-hari ini dipenuhi oleh teror, kekecewaan, dan kemarahan yang dilampiaskan melalui hiruk pikuk dunia maya (dan nyata). Lihat saja status-status dan komentar-komentar yang saling sindir dan saling hujat setiap saat menanggapi peris

Teguran-Nya Menyadarkanku

TUHAN itu sungguh baik. Dia menegurku dengan lembut sehingga aku disadarkan bahwa aku telah tertipu dan terpikat. Ya, aku telah tertipu dan terpikat oleh ajaran dunia yang menyerupai kebenaran firman TUHAN. Sungguh licin caranya menipu dan memikatku itu, tanpa kentara. Tapi, sungguh lembut pula cara TUHAN menegurku, yaitu dengan melalui firman-Nya. Firman-Nya sungguh nyata lebih tajam dan berkuasa. Dan saat aku tersadar telah tertipu, aku pun hanya bisa bergumam, "Oooo... gitu to..." (jadi ingat pelajaran tentang mengatasi penipuan di School of Healing level dua ^^). Bagaimana aku bisa tertipu? Dan bagaimana cara TUHAN menyadarkanku? Begini ceritanya... Seminggu ini aku keranjingan dengan yang namanya 'law of attraction' yang gencar dikumandangkan oleh penulis buku RAHASIA (terjemahan). Aku mencoba mempraktekkan prinsip sederhana itu. Rasanya sangat enak dan membuatku ketagihan. Aku mencoba memikirkan hal-hal yang menyenangkan bagiku dan mengimaninya sungguh-sungguh