Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2013

Budaya Tulis dan Budaya Lisan

Aku masih melanjutkan membaca buku "Healing & Christianity", mungkin bakal aku perpanjang meminjamnya. Banyak hal menarik menarik yang aku dapatkan dari sejarah pelayanan kesembuhan ilahi dalam iman Kristen. Aku heran dan kagum akan ketelimam Pak Kesley, sang penulis buku, dalam menggali informasi dan memaparkannya secara runtut. Aku makin takjub pula dengan budaya tulis yang sudah mengurat akar dalam masyarakat Barat itu, sehingga menghasilkan karya-karya tulis yang membentuk sejarah dunia. Bagi masyarakat Timur, khususnya Indonesia yang lebih banyak bertutur lisan, budaya tulis baru dikembangkan kemudian. Tidak heran jika tidak/belum banyak dijumpai karya-karya tulis dari anak bangsa yang cukup menyejarah. Oleh karena itu, aku harus terus belajar menulis dan menulis lebih sering. Meskipun karya tulis ilmiah belum terlalu membudaya, bangsa Indonesia aku dapati kaya akan karya sastra. Bangsa Indonesia memang gagap dalam mengumpulkan dan memaparkan data-data secara ilmia

Tunduk dan Sabar

Sering terpikir olehku, mengapa aku yang cukup percaya akan kesembuhan ilahi ini harus membutuhkan obat rutin untuk menjagaku tetap stabil dari "mood swing" yang ekstrim. Untuk apa? Bukankah cukup hanya dengan percaya dan bergantung pada TUHAN, tanpa harus minum berbiji-biji obat mahal, aku sudah bisa disembuhkan? Mengapa harus repot-repot menunggu dinyatakan sembuh oleh dokter? Ini jawabanku saat ini. Mungkin aku perlu belajar berjalan dalam otoritas yang benar dengan penuh kesabaran, sebagai pelengkap dari imanku. Dengan hidup dalam otoritas yang benar, aku aman dari segala macam "tuduhan" dari si pendakwa. Dan mungkin dengan sikap tunduk itu, aku dapat menjembatani antara iman dengan pengetahuan. Maka, aku rela mnejadi pion TUHAN dalam rangka dialog iman dan pengetahuan ini. Dengan demikian, aku dapat melanjutkan hidupku dengan bangga dan penuh syukur.

Depresi yang Mengintip

Obat rutin yang kuminum sekarang diselingi absen 2 hari dalam seminggu. Untuk memudahkan, aku libur minum obat tiap hari Senin dan Kamis. Seperti puasa saja ya! Untuk kesekian kalinya, aku menjalani "tappering off" obat rutin. Semoga kali ini bisa sampai lepas obat secara perlahan-lahan. Tantangannya adalah kalau timbul episode mania dan/atau depresi yang hebat. Tapi berdasarkan pengalaman, biasanya ada "warning sign" terlebih dahulu sebelum episode yang nyata itu benar-benar muncul. Kalau mau mania, biasanya yang paling tampak adalah jam tidur yang makin berkurang. Sebaliknya, kalau mau depresi, jam tidurku menjadi bertambah. Dan saat ini aku sepertinya akan "swing" ke episode depresi. Untuk mengatasinya,  biasanya pada episode mania, aku menciptakan karya-karya yang kreatif entah itu tulisan, gambar, musik. Pada episode depresi, aku akan lebih banyak membaca, menulis, dan berinteraksi dengan sesama. Episode depresi harus kuatasi dengan tetap "terh

Tentang Kesembuhan Ilahi--Sebuah Pembelajaran

Hari-hari ini aku sedang membaca buku perpus berjudul "Healing and Christianity". Mengapa aku memilih buku ini? Atau, mengapa buku ini memilihku? Mungkin karena TUHAN ingin menyampaikan sesuatu secara khusus perihal kesembuhan ilahi. Mungkin aku memerlukan sepercik hikmat pengetahuan tentang kesembuhan, entah untuk diriku sendiri atau untuk kubagikan. Apapun itu, aku akan baca buku ini dengan hati yang terbuka dan penuh pengharapan. Selain membaca untuk kesenangan, aku membaca ini juga untuk belajar supaya terjadi transformasi hidup. Mungkin ini alasan aku memilih membaca buku tersebut secara khusus. Dalam hatiku, aku percaya akan "kesembuhan ilahi". Aku percaya bahwa TUHAN masih bekerja mengadakan mujizat kesembuhan sampat saat ini. Meskipun dunia medis klinis telah berkembang sedemikian rupa, aku percaya bahwa Dia masih sanggup dan mau melakukan intervensi kasih dan kuasa ke dalam dunia materi. Aku mendapati bahwa salah satu kendala adalah "bahasa". Ad

In Memoriam Boncel

Alkisah, hiduplah seekor anjing besar berbulu emas bernama Boncel. Sifatnya yang ceria dan suka tertawa membuat banyak orang yang melihatnya ikut senang dan gembira hati. Boncel terkenal dengan sifat ramah dan suka bersahabat, khas dimiliki oleh anjing serasnya, golden retriever. Tingkah polahnya yang suka pecicilan kerap menimbulkan gelak tawa orang-orang di sekitarnya. Keluargaku mengadopsi Boncel sejak ia berusia empat bulan. Waktu itu badannya masih kecil dan sifatnya masih malu-malu anjing. Pertama kali masuk ke rumah Pelem Kecut, anjing kecil berbulu emas itu belumlah bernama. Maka, kami sekeluarga mencari-cari nama yang tepat untuknya. Bapak sempat mengusulkan nama “Ribut” karena si kecil itu suka menggonggong keras-keras tidak tahu waktu. Ibu mengusulkan nama “Roy”, mungkin karena terdengar keren. Setelah berdiskusi dengan kakak yang waktu itu masih kuliah di Jepang, aku mengusulkan nama “Boncel” yang diterima secara aklamasi sebagai nama sah si anjing kecil berbulu emas. Bela

Perjalanan Menyembah Tuhan bersama Don Moen dkk

Sabtu sore tanggal 2 November 2013 kemarin, kami (saya, Mas Cah, Naomi dan suaminya, serta Stevany) melakukan perjalanan ke Solo untuk menikmati konser musik pujian penyembahan bersama Don Moen dan Lenny Le Blanc. Perjalanan yang ditempuh dengan mobil sewaan terbilang cukup menegangkan sehingga mampu membuat saya merapal kalimat doa mohon keselamatan sampai di tujuan berulang-ulang. Jalanan cukup padat merayap sehingga waktu tempuh yang kami butuhkan menjadi panjang. Belum cukup dengan itu, tiket gratisan yang kami punya mewajibkan kami untuk masuk pintu benteng Vas Ten Burg di seberang sana. Walhasil, jadilah perjalanan malam kami bertambah menu dengan lintas alam benteng cagar budaya yang menjadi landmark kota Solo itu. Tidak apa-apa, cukup menyehatkan jiwa dan raga kok. Beruntung, MaS Cah membawa lampu senter kecilnya yang amat sangat bermanfaat itu. Kami memasuki lokasi konser sudah terlambat lebih dari satu jam dari jadwal. Baru sekitar jam tujuh konser dibuka dengan menampil