Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2011

menjelang siraman

Detik-detik menjelang acara siraman. Belum mandi. Belum siap-siap. Sedang asyik membaca-baca tulisan di blog (blogwalking), di FB, di buku. Sekedar untuk membuat sibuk isi kepala supaya jangan kosong melompong. Belum pula berdoa menenangkan diri, mengambil sikap-waktu-tempat khusus. Padahal sebentar lagi bakalan sibuk, menjadi pusat perhatian. Setelah menuliskan tulisan ini aku berjanji untuk segera mandi dan siap-siap. O iya, ada satu tugas lagi. Aku harus menuliskan tulisan buat Yoyo. Ok deh... sampai di sini dulu ya... ^^

Kegelisahan dalam Obrolan

kegelisahan... kembali terasa... dalam hatiku... Apa yang kamu inginkan? Yang kuinginkan adalah mengerjakan apa yang sungguh-sungguh kusukai. Kalau toh itu tidak terwujud, maka setidaknya aku bisa menyukai apa yang kukerjakan sekarang. Mustahilkan, Bapa? Sudahkah? Belum. Belum terasa... atau aku yang belum menyadarinya. Mungkin aku masih terpaku pada masa lalu dan masa depan, Bapa... penyesalan-penyesalan masa lalu dan ketakutan-ketakutan terhadap masa depan... Apa yang kamu cari? Aku sedang mencari kepenuhan hidup seperti yang Engkau pernah katakan berulang kali... hidup yang bebas dan belenggu kekuatiran... hidup yang bebas dari cengkeraman kesia-siaan... Kekuatiran dan kesia-siaan boleh saja masih merongrong/menerorku, Bapa, tapi setidaknya mereka tidak lagi menduduki singgasana hatiku... Perjuangan terus-menerus melawan intimidasi mereka mungkin tidak akan pernah berakhir. Apa yang kamu kuatirkan? Aku kuatir... kalau aku kalah... kalau aku berakhir tragis... kalau aku kehilangan ha

Hikmah dari Turba ^^ Amazing ^^

Selamat pagi, Bapa... Terima kasih seribu! Terima kasih untuk pengalaman turba ke bantaran kali Code kemarin. Terima kasih untuk acara jalan-jalan ke sana ke mari bareng mas Cah. Terima kasih untuk sentuhanMu melalui karya tulis Romo Mangun yang membuka hati dan pikiranku sehingga tumbuh kasih dan semangat sosial. Horisontal melengkapi vertikal sehingga sempurnalah "salib" kasihMu. Terima kasih untuk revolusi hatiku yang terus Engkau kerjakan, Bapa. Setelah turba kemarin, aku jadi makin bersemangat menyongsong hidup omah-omah bareng mas Cah. Tidak ada ketakutan atau pun keraguan. Aku akan makin banyak kesempatan untuk turba, mengidentifikasikan diriku dengan mereka yang ada di "bawah", merakyat. Aku ingin menghayati hidup seperti yang pernah dihayati oleh orang-orang berjiwa besar lainnya, yang sebenarnya punya kesempatan untuk "naik terus sampai ke puncak" tapi lebih memilih "turun ke bawah". Di antara orang-orang berjiwa besar tersebut terdapat

Turun ke Bawah

Turun ke bawah... turun... turun... lihat dunia sekitar... betapa indahnya... betapa hangatnya... betapa mesranya... bapak ibu anak-anak... dalam lingkungan rumah yang hangat... penuh kasih sayang... canda tawa... sungguh tiada terukur dengan harta... keramahan dan ketulusan ada di sana... melimpah ruah seperti limpahnya air sungai Code... meskipun sempat harus mengungsi menyelamatkan diri... rumah tergenang pasir lumpur air sungai... harta benda harus ditinggal demi jiwa... masih tersisa jejak-jejak lahar dingin... mengubur rumah-rumah sampai setengah... tapi saat ini keceriaan telah kembali... ketakutan masih membayangi... tapi tadi tidak kurasakan sengatnya... kasih yang sempurna telah mengalir... mengusir semua bentuk ketakutan... sungguh pengalaman yang berharga.,, turun... turun... turun ke bawah... terima kasih Tuhan... Puisi ini terinspirasi oleh pengalamanku sore malam ini saat pergi ke bantaran kali Code untuk mengurus administrasi buat nikah besok. Maklum, KTP ku KTP Kotaba

Kegelisahanku Kemarin, Jujur tapi Sakit... T_T

Selamat sore, Bapa... Aku harus menuliskan ini sebelum aku curhat-curhat sama orang lain, Bapa. Meskipun berat rasanya, aku harus menyampaikan terlebih dahulu isi hatiku kepadaMu. Urgent banget. Ya, ini penting sekali. Begini... Tadi waktu "nggak sengaja" baca-baca jadwal jaga di BP Wonosari, aku menemukan hal yang menggelitik hatiku. Di lembaran kosong, tertulis namaku (dr Yohana) dan angka-angka 7 deret dimulai dari angka 5, 8, 13, dst. Di atasnya tertulis "Juli 2011". Cukup mencurigakan, bukan? Aku pikir apa mungkin ini jadwal jagaku? Kok cum aku sendiri yang ditulis? Aneh, bukan? Kemudian, aku tanya ke Pak Budi dengan sopan dan ramah. Kata Pak Budi, itu memang benar jadwalku di bulan Juli. Aku tanya, kenapa cuma aku sendiri yang ditulis? Kata Pak Budi lagi, untuk mengatur jadwal perawat yang jaga malam. Khusus yang jaga aku, perawat yang jaga malam harus 2 orang. Kalau yang lain nggak perlu. Dah, aku nggak bertanya-tanya lagi. Langsung diem dan berpura-pura sant

Sekelumit Kesan Tentang Burung Burung Manyar ^^

Gambar
Akhirnya roman "Burung-Burung Manyar" sudah selesai aku baca dengan seksama. Kesan yang kudapat? Awal-awalnya sih dimulai dengan keriangan dan kegembiraan yang penuh romantika. Kemudian di pertengahan cerita berjalan dengan penuh makna. Tidak terasa kalau perjalanannya panjang dan berliku karena Romo Mangun menuliskan alur ceritanya diselingi wawasan-wawasannya yang sangat dalam tentang kehidupan berbangsa, bernegara, bermasyarakat. Yang bikin cerita roman ini makin terasa dalam mengiris adalah akhir cerita yang menurut psikologi populer tidaklah happy ending, karena kedua tokoh utama (Teto dan Atik) tidak bersatu sebagai suami istri. Malah, salah satu di antara mereka "dimatikan" oleh Romo Mangun dengan indahnya. Setelah membaca habis roman tersebut, aku cukup merasa kesepian. Jadi bertanya-tanya apakah itu juga yang dirasakan oleh Romo Mangun? Kesepian di tengah-tengah indahnya karya ciptanya. Memang indah dan manis kisah Teto dan Atik dalam roman ini, tapi sangat

Where Is My Sweet Spot?

Bapa, kembali aku mempertanyakan lagi akan visi hidup, arah tujuan, my SHAPE, my sweet spot, my passion. Sungguhkah menjadi SpKJ kelak merupakan panggilanMu atasku? Atau itu cuma kamuflase semu untuk memberikan ketenteraman palsu saat ini? Apakah aku sedang pergi menjauh dari rancanganMu? Bagaimana caranya supaya aku menemukan tujuan spesifik hidupku? Aku percaya, Bapa, bahwa Engkau saat ini bersamaku, dan aku bersamaMu. Engkau tidak pernah dan tidak akan pernah meninggalkanku kebingungan seorang diri seperti anak hilang di keramaian. Karena Engkau besertaku, maka aku pun tenang. Aku tidak panik atau gelisah. Cukupkah aku percaya saja, pasrah bongkokan, kepadaMu tanpa tahu hendak ke mana Engkau membawaku? Perlukah aku mengetahui tujuan hidupku secara spesifik itu atau tidak? Apakah aku hanya perlu berjalan selangkah demi selangkah meraba-raba dalam pencarian akan visi dan tujuanku? Hmmm... cukup berat dan sulit juga merumuskan kegelisahan hatiku dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan di at

Disturb Your Friends ^^

Kakakku pernah menulis status di FB yang mengatakan bahwa "peraturan dalam pertemanan: ganggulah temanmu sebanyak mungkin", kurang lebihnya begitu. Pernyataan itu senada dengan pesan yang pernah disampaikan oleh Mbah Edy waktu PA dewasa muda. Pesannya adalah: jangan punya prinsip "tidak mau mengganggu karena tidak ingin diganggu". Maksudnya, sebagai manusia yang adalah makhluk sosial, seharusnya kita hidup srawung dengan orang lain. Salah satu bentuk srawung adalah dengan "mengganggu" orang lain, jangan pasif. Salah besar jika kita bersikap acuh tak acuh terhadap orang lain di sekitar kita dengan alasan "tidak mau mengganggu dan diganggu". Wew, Bapa... prinsip yang sangat jauh dari kebiasaanku selama ini. (Mungkin) aku terlalu asyik dengan diriku sendiri sehingga lupa akan orang-orang lain di sekitarku. Aku tidak menegur/"mengganggu" mereka, mereka pun tidak menegur/"mengganggu"ku. Lama kelamaan aku terbiasa hidup solitaire da

Suatu Siang di BP Wonosari ^^

Selamat pagi jelang siang, Bapa... Kembali aku jaga di BP Wonosari. Tidak bisa lepas bebas nih perasaanku. Meskipun lagi sepi nggak ada pasien, aku tetap merasa tegang dan waspada, siap-siap kalau-kalau ada pasien yang gawat datang. Membaca dan menulis pun tidak bisa lepas dan lega. Yah, inilah konsekuensi dari pilihan-pilihanku. Konsekuensi dan pilihan mengapa aku mengambil profesi ini dan terjun dalam lapangan pekerjaan ini. Aku patut bersyukur, Bapa, karena sebenarnya pekerjaan apa pun itu pasti ada beban-beban tersendiri yang menyertainya. Kalau aku merasa berat seorang diri di sini, itu karena aku masih belum memperluas wawasanku. Sebenarnya aku maish bisa membuka cakrawala hati dan pikiran dengan salah satunya mengajak ngobrol orang-orang yang ada di dekatku saat ini. Misalnya, perawat. Aku bisa berbagi beban dan sukaccita kerja dengan mereka. Atau pasien dan keluarganya. Aku bisa membuka mata bahwa ternyata ada orang-orang lain yang jauh lebih terbeban dan tegang daripada aku se

Komitmen dan Tekad Hati ^^

Bapa, aku berkomitmen untuk tidak ikut-ikut menghujat ataupun mengkritik siapa pun dengan tidak adil. Aku bertekad untuk belajar dari siapa pun juga. Aku berketetapan hati untuk menarik saripati hikmat dari hidup orang lain, siapa pun itu. Roh Kudus, Engkaulah guruku, Engkaulah pembimbingku, Engkaulah penyelamatku! Ajarlah aku seluruh kebenaranMu. Berikanlah padaku sudut pandangMu. Biarlah aku bertumbuh di dalam pengenalan yang benar akanMu. Aku mau hidup sesuai janjiMu, Matius 6:33. Bapa, segala tulisan, kata-kata, ucapan, dan doaku tidak mampu merangkum seluruh gejolak hatiku yang dipenuhi kerinduan akanMu dan seluruh kebenaranMu. Terima kasih, Bapa, buat apa yang kurasakan saat ini. Hasrat yang terdalam hanyalah semakin dalam menyelamiMu. Aku tik akan pernah bosan minum dari air sungai kehidupanMu. Perkataan-perkataanMu sungguh hidup di dalamku. Hebat sekali, Engkau sungguh hebat, Bapa! Senang sening! Kenyang kenying! Aku masih ingin "bercakap-cakap" denganMu, Bapa! Aku ma

Terinspirasi oleh Karya Romo Mangun ^^

Selamat pagi dini hari, Bapa... ^^ Ada begitu banyak yang ingin kusampaikan kepadaMu, Bapa... Beribu kesan yang timbul dalam hatiku hari ini setelah aku mengkhatamkan membaca tulisan-tulisan Romo Mangun dalam buku "Esei-Esei Orang Republik" itu. Sungguh luar biasa! Romo Mangun sungguh cerdas, bernas, otentik, dan inspiratif, Bapa! Sungguh sulit dipercaya bangsa Indonesia ternyata mempunyai seorang pribadi pemikir dan aktivis yang sekaliber Romo Mangun! Aku perlu lebih banyak lagi melahap karya-karya tulis beliau, Bapa! Bertambah satu lagi bacaan-bacaan wajibku. Orang-orang yang begitu luar biasa, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, telah memperkaya batin dan wawasanku melalui tulisan-tulisan mereka. Syukur kepadaMu, Bapa! Sungguh luar biasa Engkau! Ada begitu banyak harta rohani yang terpendam di buku-buku karya orang-orang besar (jiwanya), yang menunggu untuk kugali. Syukur kepadaMu, aku menemukan beberapa sumber yang sarat akan hikmat dan pengetahuan. Tujuank

Chatting dengan Yayan ^^

Gambar
Penyertaanmu Sungguh Agung Tuhan… Keagungan-Mu pelita bagi jalanku Kebesaran-Mu …, membuat aku takjub Walaupun terdengar derapan kuda Aku tidak takut karena engkau ada Saat-saat yang menakutkan Engkau hadir menggendongku Walaupun gelap menghalangiku Engkau melindungiku Tuhan… Engkau mengulurkan tangan dengan kasih Engkau s’lamatkan aku dari bahaya maut Sungguh, penyertaan-Mu, luar biasa Aku hanya dapat mengucapkan terima Kasih Bapa Ku berjalan sejauh apa pun …. Tuhan. Engkau tetap tersenyum dan menyertaiku… Walaupun aku sesat, Engkau membimbingku Ya….. benar . Engkaulah Bapaku, Tuhan Karya Yayan amin bguz gak mbak???????????? sip sip, bagus... tugas sekolah? hehehhe iya wew seperti tulisan2 mazmur yg buat aku sendiri lho... sip sip kembangkan terus hehehehehe 1:45pm latar belakang atau cerita di balik tulisannya... adakah? ( send as a message ) Your chat message wasn't sent because Yayan Red Devi's is offline. Yayan is offline.

Hikmah dari Gondongen... Thank God... ^^

Gambar
Ternyata sakit itu nggak enak. Iya, nggak enak. Pikiran jadi mudah konslet. Hati jadi gampang panas. Emosi jadi labil. Belum lagi adanya masalah-masalah psikis yang mewujud dalam keluhan-keluhan fisik, alias psikosomatis. Padahal ini sakitnya tergolong "ringan", yaitu gondongen... atau istilah kerennya: parotitis. Bukan sakit berat atau parah semacam kanker. Masih taraf ringan yang dapat disembuhkan dengan obat dan cukup istirahat, apalagi jika ditambah dengan doa dan kasih. Tapi justru karena dianggap remeh itulah bahayanya. Kita jadi kurang waspada. Kurang sigap menjaga hati dan pikiran sehingga mudah jatuh dalam kemarahan yang tidak pada tempatnya. Kemarahan yang terpendam dan tidak disadari itu biasanya mewujud dalam bentuk sakit kepala, nggliyer, perasaan tidak enak badan seperti mau muntah. Pokoknya serba tidak nyaman deh. Ini yang kualami hari-hari ini. Beberapa hari terakhir ini aku mengalami sakit gondongen. Nggak terlalu parah sih. Paling parah juga cuma panas dua k