Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Yadi Si Dokter Galau

Perkenalkan, namaku Yadi. Komplitnya Suyadi. Jadul? Biarlah. Itu nama pemberian orang tuaku. Tidak akan  kurombak-rombak. Aku cukup bangga dengan nama pemberian orang tua karena bagiku, orang tua adalah figur wakil Tuhan di muka bumi, sehingga setiap pemberian mereka akan selalu  kuterima dengan ikhlas hati dan lapang dada. Aku hidup, tinggal, dan bertumbuh di sebuah kota paling nyaman di seluruh dunia—menurutku—yaitu Yogyakarta. Ya, nyaman. Nyaman bagi hatiku yang sedang dirundung galau ini, meminjam istilah populer anak muda zaman sekarang. Galau, sungguh galau memang. Bagaimana tidak? Aku harus merelakan istri terkasih pergi menuntut ilmu selama tiga tahun di negeri orang—bukan negeri binatang, tumbuhan, ataupun makhluk halus—di mana matahari dikatakan terbit di Asia, yaitu Jepang.                 Pasti kalian akan bertanya-tanya, bagaimana ceritanya sehingga makhluk galau seperti diriku  ini bisa menjadi sedemikian galaunya. Bagaimana bisa makhluk galau menjadi dokter, punya ist

Suasana di Rumah pada Hari Minggu

Selamat pagi Selamat hari Minggu Selamat berjumpa kembali Mari menulis lagi. Ya, aku mau mencoba menulis lagi secara spontan di blog ini. Rasanya kangen setelah sekian lama tidak melakukannya. Seperti ada yang hilang. Otot menulisku perlu dilatih kembali nih, salah satunya dengan menulis secara spontan di blog seperti ini. Ok, cukup pembukaannya. Sekarang mari menetukan tema. Xixixi... Tema kali ini adalah mengenai suasana di rumah Pelem Kecut saat ini, saat tulisan ini dibuat. Aku sedang duduk di depan monitor Lenovo sambil memijit-mijit papan ketik berhiasakan huruf alfabet (baca: keyboard). Mataku tertuju pada deretan huruf yang membentuk kata, kemudian membentuk kalimat, seterusnya paragraf, dan akhirnya terbentuklah karangan. Telingaku senantiasa terbuka lebar, menyaring desau-desau tak berarti dan hanya fokus pada hal-hal yang relevan dengan hidupku. Hidungku mencium aroma segar pagi hari yang tidak berbau. Lidahku masih merasakan sisa-sisa teh dan balok (singkong goreng) y

Terima Kasih, BPJS... ^^

Senang sekali aku malam ini. Diskusi singkat yang sangat bermakna dengan bapakku baru saja terjadi. Topik yang diangkat adalah tentang kepesertaan BPJS. Meskipun topiknya lumayan tidak populer, aku sangat menikmati jalannya obrolan dengan bapak karena cukup jarang kami bisa ngobrol dari hati ke hati seperti tadi (aku anggap tadi itu sebagai obrolan dari hati ke hati ^^). Makanya, kesempatan langka tadi tidak aku sia-siakan. Dengan pura-pura tidak tahu aturan BPJS, aku sambung percakapan dengan bertanya sana-sini. Yang penting obrolan berbalut diskusi itu terus terjalin. Maklum, gap generasi... ^^ Terima kasih, TUHAN, untuk kesempatan yang indah ini. Terima kasih, BPJS... sweet irony, ^^

Proyek Selanjutnya: Multitasking

Malam! Kembali aku bergairah dalam kegelisahan yang kudus. Aku gelisah ingin menghasilkan karya-karya tulis lepas dan bebas lagi. Dimulai dari artikel sederhana tentang kesehatan jiwa yang rencananya akan kukirimkan ke suatu majalah rohani populer. Aku mau menulis di sela-sela kesibukan yang kurang begitu bermakna bagiku di RMIK. Aku akan mengaktifkan kiembali semangat jiwa menulisku. Multitasking. Ya, itu! Dengan multitasking, aku dapat memecah impresiku sehingga tidak terlalu sepaneng. Aku bisa lebih santai dan nyaman dengan keberadaan diriku. Multitasking menyangga eksistensi dan aktualisasi diriku dengan menyediakan ruang cadangan sehingga aku terhindar dari kesuntukan (baca: ngelangut) akibat ketiadaan fokus. Bagaimana itu caraku multitasking? Sederhana saja! Aku tetap menyelesaikan tugas remeh di RMIK sambil mengisi waktu-waktu luang dengan menulis artikel dan/atau cerita yang sudah kurencanakan ini. Aku akan membawa buku Kiky besar untuk menjadi alat bantu menulis draft/ke

Bu Menteri yang Wow

Obrolan seru santai hari itu berkisar seputar bu menteri kelautan yang unik dan menarik itu. Saking menariknya, kakakku sampai bela-belain menyapaku dengan mengangkat topik almamater SMA sang ibu menteri yang tidak lain tidak bukan adalah SMAN 1 Yogyakarta. Wow! Wow untuk Teladan Jayamahe! Wow untuk sapaan kakakku yang sekian lama kunanti-nanti. Untuk itu, aku sangat bersyukur! Terima kasih untuk figur-figur inspiratif yang bermunculan menceriakan bangsa ini. Aku kagum dengan Bu Susi, sang menteri unik, karena meskipun hanya berijazah SMP, beliau mampu menjadi seorang pengusaha yang memimpin banyak orang. Mungkin aku akan menjadikannya salah satu tokoh inspiratif untuk memotivasiku. ^^

Pikiran Positif: TUHAN Punya Rencana

Si pemikir negatif ini sedang berlatih berpikir positif. Yang biasa memunculkan sikap pesimis ini sedang berupaya menjadi optimis. Aku yang pasif apatis ini sedang berusaha lebih aktif proaktif. Pagi hari itu meskipun bangun teralu siang, aku berjuang untuk bangkit mengatasi kesuraman pikiran. Aku mulai dengan menyentuh air sejuk sambil mencuci peralatan makan. Air jernih nan sejuk itu mampu membangunkan semangatku dan membuatku terjaga dari kantuk yang menggoda. Kusisihkan waktu terbaik 10 menit untuk menyapa TUHAN melalui perenungan singkat atau bahasa kerennya 'devosi'. Kata-kata doaku sangat singkat, cenderung spontan dan tidak tertata. Yang penting hatiku tetap tertuju pada TUHAN. Sepanjang perjalanan dari rumah sampai ke tempat kerja, aku mengaktifkan pikiran supaya tetap fokus pada karakter TUHAN. Satu hal yang menjadi penekananku pagi itu adalah mengenai maksud rencana TUHAN di ballik setiap peristiwa yang terjadi. Terngiang dalam benakku sepenggal lagu rohani berik

Masalah di Pintu Gerbang Kota

Selamat sore, TUHAN. Aku baru saja membaca habis buku Nick Vujicic ‘Unstoppable’. Ada satu pelajaran penting yang cukup berkesan, yaitu mengenai mewartakan kebenaran tanpa menyerang keyakinan orang lain meskipun tahu bahwa yang mereka percayai itu salah. Semua orang perlu mendengar kabar baik yang disampaikan dengan bahasa kasih yang kuat. Membaca kisah-kisah perjalanan dan perjumpaan Nick, aku jadi tertantang melakukan hal-hal yang serupa di mana aku Engkau tempatkan. Jargonnya, kalau Nick bisa, mengapa aku tidak?                 Jadi, ada di mana kita sekarang? Mari kita ‘berperkara’. Saat ini aku ‘ada’ di RS Ladang Anggur-Mu yang merupakan salah satu ‘pintu gerbang’ kota di mana banyak orang datang dari berbagai tempat dengan berbagai kebutuhan di bidang kesehatan. Apapun agama/keyakinan, suku bangsa, bahasa, jenis kelamin, usia, pangkat, jabatan, dan pekerjaannya, semua orang disambut dan dilayani sesuai kebutuhan kesehatannya masing-masing. Di sini, berhimpun pula para pekerja

Doa: Ujian JKN

TUHAN, Bapaku yang penuh hikmat dan pengetahuan, di sini aku hendak mengutarakan kegelisahanku mengenai sistem JKN di Ladang Anggur-Mu ini. Begini. Sepengetahuanku, Ladang Anggur-Mu ini terkenal dengan  jiwa kasihnya sehingga dijuluki sebagai RS Toeloeng pada zaman dulu. Sampai sekarang, motto ‘Tolong dulu, urusan belakang’ masih terpampang jelas di tembok IGD. Memang, RS ini cukup dikenal karena cepat, sigap, dan tanggap dalam melayani pasien. Dan itu menjadi kebanggan kami para civitas hospitalia-Mu di sini.         Namun, dengan adanya sistem JKN yang dicanangkan oleh pemerintah RI, kami mendapat tantangan yang cukup berat. Sistem JKN ini berorientasi pada azas pemerataan finansial, dan sepertinya bukan ada azas kesembuhan secara maksimal. Indikasinya adalah besarnya plafon yang ‘memaksa’ pihak RS khususnya swasta untuk meminimalkan standar pelayanan kesehatan. Selama ini, RS Ladang Anggur-Mu ini cukup nyaman dan tenang dengan standar pelayanannya yang dipandang cukup baik, manus

Merinding Saat Main Piano

Dengan dipenuhi semangat kasih, pada hari Minggu tanggal 11 Mei 2014, aku mengiringi jemaat Brayat Kinasih memuji TUHAN di kebaktian bahasa Jawa. Sudah kesekian kalinya aku mengiringi pujian jemaat di sana. Brayat Kinasih adalah keluarga besar rohani yang kupilih bersama Mas Cah sejak akhir tahun lalu (2013). Tidak salah kami memilih jemaat ini sebagai tempat kami berakar, bertumbuh, dan berbuah menjadi berkat. Kembali ke topik mengiringi pujian. Aku sedang belajar mengembangkan sikap yang benar saat bertugas melayani TUHAN. Aku belajar untuk tidak bergantung pada rasa merinding yang kerap terjadi saat aku main piano/kibor. Rasa merinding itu aku asosiasikan dengan urapan TUHAN yang mengalir menjamah setiap hati jemaat yang memuji-Nya. Namun, rasa merinding itu terjadi di luar diriku. Bisa saja aku tidak ikut terjamah oleh-Nya meskipun semua jemaat mungkin telah merasakan hadirat-Nya. Aku tidak mau begitu. Jauh lebih indah jika aku pun terhanyut dalam aliran kasih TUHAN meskipun ada ra

Perenungan tentang Hari Buruh

Pada hari Kamis tanggal 1 Mei 2014, bertepatan dengan Hari Buruh sedunia, aku menuliskan sedikit perenungan ini. Atmosfer kegeraman dan kemarahan begitu terasa hari itu. Ya, hari itu adalah hari buruh internasional. Kegeraman akan ketidakadilan ekonomi, kemarahan atas kesewenang-wenangan nasib, semua membundet dalam lingkaran sebab akibat yang begitu sulit diurai. Belum lagi ditambah dengan mental dan budaya korupsi bangsa ini yang sudah mengurat akar di semua lini kehidupan. Lengkap sudah daftar dosa yang dikeluhkan oleh bangsa ini. Kemarahan ini tidak kudus menurutku. Kemarahan ini dipicu oleh iri, dendam, dan mengasihani diri sendiri. Iri akan mereka yang linuwih dan terberkati, dendam oleh karena perlakuan orang lain yang menyakiti hati, dan mengasihani diri sendiri karena lupa akan siapa dirinya di dalam TUHAN. Mungkin penyebabnya multifaktorial dan tidak bisa digebyah uyah begitu saja. Tapi menurutku, reaksi para buruh yang mengumbar kemarahan itu juga dilandasi oleh motif

Sikapku: Menjawab Pertanyaan 'Sejauh Mana'

Pada hari Rabu tanggal 23 April 2014, aku mengobrol lagi dengan Pak Ias. Obrolan itu sungguh sarat makna dan perenungan. Kata kuncinya adalah 'sejauh mana'. Sejauh manakah kita harus berdoa ngotot mempertahankan hidup seseorang yang sakit parah dan lanjut usia? Sejauh manakah kita bersikap profesional sekaligus personal dalam melakukan tugas dan tanggung jawab di tempat kerja? Atas kedua pertanyaan tersebut, jawabannya tidak bisa digebyah uyah alias digeneralisasi. Tiap kasus punya keunikannya sendiri-sendiri. Beda kasus beda masalah. Beda masalah beda jawaban. Yang diperlukan di sini adalah sikap mau belajar dan terbuka atas apa pun jawaban TUHAN. Itulah hikmat yang sejati. Misalnya, sampai sejauh manakah kita berdoa ngotot untuk kesembuhan seseorang yang sakit terminal sekaligus lanjut usia? Apakah ngotot itu timbul dari sikap mengasihi (TUHAN dan sesama) atau hanya untuk unjuk/pamer iman? Ah, siapakah yang berhak menilai dan menghakimi sikap, motivasi, dan iman seseorang?

Harta Berharga: Pengharapan

Pada hari Sabtu tanggal 19 April 2014, aku bercakap-cakap dengan rekanku yang bernama Pak Ias. Kami bercakap-cakap perihal kesusahan-kesusahan di dunia, perihal kerusakan lingkungan, kebobrokan manusia dan masyarakat, perihal Indonesia. Banyak hal yang memprihatinkan dan membuat susah hati dan pikiran. Dalam mendengarkan, aku memahami dan turut merasakan keprihatinan yang mendalam. Dalam diam, aku bertanya-tanya dan mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan-pertanyaan itu. Aku tahu jawabannya ada di dalam TUHAN dan diperlukan hikmat serta wahyu untuk menyampaikannya secara tepat. Di dalamku ada iman dan pengharapan yang tidak berkesudahan akan penyelamatan TUHAN atas dunia ini. Dibutuhkan kasih yang besar untuk bisa mengkomunikasikan apa yang kupercayai dan kuharapkan itu supaya jawaban yang kuberikan tidak hambar. Aku pun membaca kitab Wahyu. Setidaknya, aku mendapat penghiburan akan apa yang bakal terjadi dari sudut pandang surga. Sebuah skenario ilahi yang jauh lebih spektakuler

Wajah Bangsa: "Syukur dan Terima Kasih"

Siang tadi, Pak Ias melontarkan bahan perbincangan menarik. Berdasarkan apa yang disampaikan pengkotbah dari Korea yang mengisi firman di gereja tempat Pak Ias berjemaat, ada fakta menarik yang membedakan bangsa Korea dengan bangsa Indonesia. Dikatakan bahwa bangsa Korea adalah bangsa yang sangat berterima kasih atas pengaruh misionari Injil yang masuk selama seratusan tahun di Korea. Hal ini tampak dari begitu banyaknya misi penginjilan modern Korea dari berbagai profesi ke seluruh dunia. Bandingkan dengan Indonesia. Indonesia dapat dikatakan lebih lama 'dipengaruhi' oleh misionari Injil, namun apa yang dihasilkan? Adakah Indonesia pun mempunyai wujud 'rasa terima kasih' atau syukur yang nyata atas pengaruh Injil tersebut? Jika ada, apakah itu? Jika tidak, mengapa bisa demikian? Dari sekilas obrolan yang tiba-tiba kuingat itu, aku jadi mikir. Apakah bangsaku ini sedemikian parah mentalnya sehingga tidak punya rasa terima kasih? Apakah sedemikian sukarnya bangsa Indon

Komodo Hijau Tosca

Komodo adalah julukan yang kuberikan bagi mobil Escudo dengan cat hijau tosca metalic atas nama ibuku yang diwariskannya kepadaku. Saat ini si Komodo ini menjadi pusaka keluarga di Rumah Cahaya, alias tidak pernah dioperasikan sebagaimana tugas panggilannya, sebagai kendaraan keluarga. Dulu, ketika masih jaya-jayanya, si Komodo pernah dikendarai kami sekeluarga sampai ke Bali, bahkan sampai mendaki ke Bromo. Bannya yang kuat dan kokoh mampu memanjat trotoar, meskipun itu bukanlah bagian dari tugas wajibnya. Bodinya yang imut dan lucu itu sering terbentur-bentur entah itu pagar, tembok, maupun kendaraan lain. Dengan Komodo inilah aku pertama kali belajar mengendarai mobil. Komodo ini pulalah yang setia kuajak ke sekolah dan kuliah. Hiasannya yang awet dan paling khas adalah gantungan berbentuk tulang paha mini di spion tengah depan. Di kaca belakang, tertempel stiker-stiker lucu dengan satu yang paling keren yaitu tulisan “Holy Spirit Team”. Yang paling penting dari si Komodo ini adala

Petualangan Naik Bus

Naik bus keliling kota. Siapa yang pernah melakukannya? Saya pernah, entah sendiri entah bersama-sama. Pengalaman naik bus kota satu putaran sendirian pernah saya lakoni sekali dua kali dulu ketika masih bujangan. Motivasinya hanya sekedar melepas kejenuhan dan melihat-lihat suasana kota sepintas lalu. Sedangkan naik bus bersama Mas Cah pernah saya lakukan satu dua tahun yang lalu. Waktu itu kami naik bus Trans Jogja jurusan RS Bethesda-Prambanan-RS Bethesda. Waktu itu bus Trans Jogja masih adem dan nyaman sekali. Waktu itu pula saya pertama kali naik bus Trans Jogja. Beberapa menit perjalanan saya sempat jatuh tertidur karena begitu nyamannya. Mas Cah berhasil mengambil gambar saya sewaktu tertidur dengan kamera ponselnya. Sungguh bukan hasil yang fotogenik tentunya. Pengalaman kedua kali naik bus Trans Jogja jurusan yang sama, RS Bethesda-Prambanan-RS Bethesda, mempunyai kenangan tersendiri. Kenyamanan sudah agak berkurang, penumpang pun banyak yang tidak kebagian tempat duduk. Sela

Ritual Jalan-Jalan

Sebelum membangun keluarga sendiri, aku dan keluarga intiku (bapak, ibu, dan kakak) punya ritual untuk melepas penat dan sekaligus mempererat hubungan antaranggota keluarga. Ritual itu adalah ‘berjalan-jalan’ naik mobil. Biasanya kami melakukan ritual itu setelah menghadiri kebaktian hari Minggu, entah siang atau sore. Rute yang ditempuh bervariasi, tergantung selera sang pengemudi, yaitu bapak. Jarak yang ditempuh bisa mencapai berpuluh-puluh kilo meter. Perjalanan pergi pulang dari Jogja dapat memakan waktu sampai larut malam. Capek atau lelah tidak terasa karena tertutup oleh kepuasan batin yang diperoleh. Masing-masing kami mempunyai kesenangan sendiri-sendiri. Bapak senang mengemudi dengan penuh konsentrasi, tanpa banyak omong, mungkin sambil mendengarkan obrolan atau celetukan para penumpang dengan latar belakang musik dari audio mobil. Ibu lebih senang tertidur menjelang pertengahan perjalanan sampai ke tujuan perjalanan. Aku dan kakakku cenderung suka mengamati sekeliling, men

Menjadi Juru Semangat

Kegiatanku sehari-hari diwarnai dengan banyak mendengarkan celotehan menarik dari sesamaku manusia. Baik itu di lingkungan keluarga, tempat kerja, dan persekutuan, aku sering mendengarkan mereka bercerita tentang kehidupannya masing-masing. Ada yang menceritakan tentang kegelisahan, kegaduhan, kegalauan, kesedihan, dan penderitaan yang dialaminya. Ada pula yang menceritakan tentang pergumulan iman dan bagaimana solusi atau jawaban Tuhan yang diperolehnya. Begitu penuh variasi isi pembicaraan yang berseliweran di sekitarku membentuk mozaik kehidupan yang penuh dinamika.                 Kecenderungan alami manusia adalah membicarakan keburukan situasi atau sesamanya dalam percakapan ringan di mana pun mereka berada. Tidak terasa sudah sedemikian banyak energi negatif yang dihasilkan akibat pembicaraan yang juga bernada negatif itu. Tanpa terasa pula, semangat hidup yang ada menjadi negatif dipenuhi kemarahan, pesimisme, dan apatisme. Di situlah diperlukan peran ‘juru semangat’. Apa it

Mengiringi dan Ngesound

Dalam ibadah atau kebaktian di gereja, selain kotbah dan doa, pelayanan musik memegang peranan yang tidak kalah penting. Rasanya ada yang kurang jika ibadah tanpa ada nyanyian atau musiknya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa gereja itu adalah jemaat yang bernyanyi. Kualitas musik dan nyanyian jemaat sangat menentukan kualitas ibadah atau kebaktian yang diselenggarakan. Jika jemaat menyanyikan dengan baik dan sesuai dengan tujuan, maka sebenarnya kotbah dan doa sudah termasuk di dalamnya. Unsur yang membuat kualitas musik dan nyanyian jemaat menjadi baik adalah pelayanan musik yang ditunjang oleh pelayanan sound system. Kedua hal ini saling menopang dan melengkapi. Tanpa musik, jemaat kadang kurang semangat untuk menyanyikan lagu-lagu pujian. Tempo kadang melambat, jemaat pun takut salah. Tanpa sound system, musik yang dimainkan pun tidak maksimal karena jemaat kadang terganggu oleh volume suara yang mungkin terlalu keras atau lemah. Di sinilah diperlukan kerja sama antara pemain musik

Mbak Ami Sang Pekerja

PRT atau pekerja rumah tangga menjadi fenomena tersendiri bagi masyarakat Indonesia khususnya dalam lingkup keluarga. Karena pada zaman sekarang, di Indonesia, sudah umum jika laki-laki dan perempuan sama-sama bekerja di luar rumah, kebutuhan akan PRT menjadi tak terelakkan. Memang ada juga keluarga yang mandiri dan modern yang tidak mempekerjakan PRT dalam rumah tangga mereka. Tapi, bagi sebagian besar keluarga yang mampu secara ekonomi, sepertinya sudah menjadi hal wajib untuk mempekerjakan PRT. Bermula atas dasar kebutuhan itulah, maka beberapa waktu yang lalu, kami mepekerjakan seorang PRT yang tugas utamanya adalah membantu menjaga Asa yang masih bayi sementara aku dan Mas Cah bekerja di luar rumah.                 Namanya Aminah. Aku memanggilnya Mbak Ami. Mbak Ami adalah PRT yang direkrut bekerja di rumah tangga kami di Rumah Cahaya selama beberapa waktu yang lalu. Pekerjaan utamanya adalah membantuku menjaga Asa terutama saat aku harus pergi bekerja di ladang TUHAN di Yogyak

Bermain dengan Asa

Asa suka sekali bermain dan bereksplorasi. Dalam usianya yang masih terhitung bayi saat tulisan ini dibuat, tampak bahwa pertumbuhan dan perkembangan Asa begitu luar biasa. Bisa dikatakan bahwa Asa adalah bayi yang sempurna. Pertumbuhan fisiknya di atas rata-rata anak bayi pada umumnya. Perkembangannya juga aku lihat cukup optimal. Setiap hari, Asa selalu bermain. Dalam bermain itu terlihat betul bagaimana jiwa petualangannya. Tidak terlihat rasa takut atau ragu dalam setiap gerak-geriknya. Seperti layaknya bayi yang sedang dalam masa emas pertumbuhannya, Asa pun sangat peka terhadap berbagai stimulasi. Terhadap bunyi-bunyian, Asa sangatlah responsif. Apalagi jika diperdengarkan bunyi musik dan nyanyian. Kecerdasan musikal Asa tampaknya cukup tinggi. Ini mungkin karena sejak dalam kandungan, aku suka memainkan musik-musik piano baik itu klasik maupun pop rohani.                 Asa tampak memiliki beberapa mainan favorit. Yang paling sering disentuhnya adalah boneka-boneka beruang m

Belajar dalam Bekerja

Dulu aku cenderung lebih banyak berdiam diri sehingga aku dikenal sebagai Mimi si pendiam. Bukan karena aku tidak bisa bicara, melainkan karena aku tidak ada bahan untuk dibicarakan. Selain itu, lingkunganku masih kurang kondusif bagiku untuk mengaktualisasikan diri melalui berbicara. Aku masih belum terlalu mengenal orang-orang di sekitarku. Memang bukan kebiasaanku untuk langsung bersikap sok kenal sok dekat dengan siapapun yang baru saja kutemui. Sehingga, kesan pertama orang-orang yang bertemu denganku adalah aku ini pendiam, cuek, dan dingin. Tapi begitu sudah kenal akrab, aku lebih banyak terbuka dan lebih banyak bicara. Di bagian di mana aku ditempatkan pertama kali, aku seperti kecemplung di kawah candradimuka. Banyak hal baru yang harus kupelajari dalam waktu yang singkat sementara aku belum menemukan orang-orang yang bisa kuajak berbincang-bincang dengan lebih akrab. Walhasil, aku kelabakan dan lebih banyak terlihat kikuk bin kaku. Tidak masalah bagiku sekarang, karena saat

Sepanjang Lorong Rumah Sakit

Rumah sakit ladang anggur TUHAN di Yogyakarta ini sungguh menarik dan mengesankan. Bangunannya kuno, termasuk cagar budaya. Di situ banyak peninggalan sejarah dan kenangan-kenangan yang bernilai tinggi. Yang paling menunjukkan ciri khas adalah lorong-lorongnya yang panjang itu. Katanya, tidak boleh diubah bentuknya. Itu adalah penanda bahwa rumah sakit ini berdiri di atas tanah milik Kesultanan Yogyakarta. Lihat saja tiang-tiangnya yang bercat hijau tua khas keraton itu! Lorong rumah sakit ini panjangnya terhitung cukup lumayan untuk meningkatikan aktivitas fisik berjalan kaki kita. Dari kelurahan Klitren sampai Kotabaru ia membentang, sekitar setengah kilometer panjangnya. Jika kita kekurangan tempat untuk berjalan kaki, maka manfaatkanlah lorong rumah sakit ini dari ujung timur ke ujung barat. Cukup dua puluh menit sehari berjalan kaki untuk menambah kualitas dan kuantitas aktivitas fisik kita.                 Selain lorongnya yang bersejarah, tentu saja di rumah sakit ini terdapa

Jiwa Korsa

Beberapa waktu yang lalu, kota Yogyakarta dikejutkan oleh peristiwa berdarah yang melibatkan aksi premanisme. Dimulai dari peristiwa tewasnya seorang anggota Kopasus di tangan empat preman yang katanya adalah mantan anggota kepolisian, dilanjutkan dengan drama aksi penembakan para tersangka di LP Cebongan oleh para anggota Kopasus. Ternyata, masyarakat Yogya lebih banyak bersimpati kepada tindakan Kopasus itu karena selama ini sudah merasa sangat dirugikan oleh premanisme. Maka, menjadi sangat populerlah istilah jiwa korsa. Jiwa korsa adalah semangat solidaritas yang ditumbuhkan dalam diri para prajurit TNI. Dengan jiwa korsa ini, para prajurit TNI menjadi sangat kuat dalam kesatuan. Jika ada satu yang dilukai, yang lain turut merasakan.                 Semangat jiwa korsa yang ditunjukkan oleh oknum Kopasus itu telah memberikan inspirasi yang luar biasa. Kopasus adalah pasukan elit TNI Angkatan Darat yang dilatih secara khusus untuk melindungi negara. Dalam latihan yang berat, mere

Persahabatan yang Membangun

Salah satu hal yang termanis dan terindah dalam hidup ini adalah persahabatan. Persahabatan adalah hubungan yang terjadi antara dua atau lebih pribadi di mana terjadi saling memberi dan menerima yang dilandasi kasih yang tulus dan sejati. Persahabatan tidak terbatas pada usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, agama, suku, bangsa, bahkan spesies. Banyak kisah atau cerita yang telah dibukukan dan difilmkan yang terinspirasi dari hubungan perahabatan yang sejati. Bahkan, kisah penebusan dan karya keselamatan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus itu adalah wujud dari persahabatan yang sejati dan abadi antara Tuhan dan manusia. Tuhan yang baik telah menawarkan hubungan persahabatan dengan umat ciptaan-Nya yang dinyatakan dengan amat dramatisnya di peristiwa salib itu.                 Bagiku, persahabatan adalah hal yang sangat penting. Aku bertekad menjadi seorang sahabat yang sejati bagi mereka-mereka yang memang telah ditentukan untuk menjadi sahabatku. Di rumah, aku mengembangkan

Obrolan yang Menyembuhkan

Aku mendapati bahwa di lingkungan keluarga, persekutuan, dan tempat kerja selalu ada kecenderungan yang satu ini. Itu adalah kesukaan orang-orang untuk mengobrol atau berbagi cerita. Cerita yang dibagikan bisa macam-macam. Ada yang menceritakan pergumulan pribadi, ada yang menceritakan kondisi bangsa dan negara, ada pula yang menceritakan tentang pergumulan orang lain. Tidak salah memang, karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial di samping sebagai makhluk pribadi. Sebagai makhluk sosial, maka kebutuhan dasarnya adalah membangun hubungan dengan orang lain. Dan salah satu cara terampuh untuk membangun hubungan itu adalah dengan mengobrol atau bebicara satu sama lain. Semakin dekat dan dalam hubungan, bahan obrolan pun bisa semakin banyak dan beragam. Hal-hal kecil pun dapat menjadi bahan obrolan yang menarik dan tidak berkesudahan.                 Obrolan itu dapat kukelompokkan menjadi dua. Yang pertama adalah obrolan yang mematikan. Mematikan di sini dapat berupa mematikan