Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2010

Minat Sejati? Hmmm...

Ada begitu banyak keinginanku saat ini. Keinginan jangka pendek untuk melakukan sesuatu yang tidak sia-sia. Salah satunya adalah menuliskan uneg-unegku di sini saat ini. Bukan uneg-uneg yang suram dan mengerikan sih. Cuma pingin membagikan sedikit cerita saja. Bukan cerita mungkin tepatnya. Sekedar bunga rampai kehidupan. Aku sebentar lagi akan memulai kegiatan baru. Apakah itu? Tidak lain tidak bukan yaitu mengajar anak-anak main piano di sekolah musik sawokembar. Wew. Kok bisa? Gimana tuh ceritanya? Jadi begini. Beberapa hari yang lalu, aku terima message di fb dari seorang pengurus sekolah musik sawokembar yang intinya meminta kesediaanku untuk membantu mengajar anak-anak main piano. Mereka kekurangan pengajar, katanya. Seorang pengajar akan segera bekerja di luar kota. Dan ketika omong-omong sama pak Paulus, kepala sekolah musiknya, beliau bercerita dengan gaya meyakinkan seorang guru bahwa terbersit nama Yohana (namaku) saat memikirkan siapa yang dapat membantu mengajar. Dibantu d

Perjalanan Jogja Nanggulan yang Menyenangkan

Hari ini aku mencetak satu prestasi. Nggak terlalu spektakuler sih. Cuma bisa bertahan nggak ketiduran di mobil sewaktu perjalanan pulang pergi Jogja Nanggulan-Nanggulan Jogja. Perjalanan dari Jogja ke Nanggulan, tepatnya ke BP Maranatha, diiringi oleh alunan rancak musik pujian yang diputer di Sasando 90.3 fm, thanks to Pak Sopir yang mohon maaf aku lupa namanya. Nggak ada yang terlalu menarik untuk diceritakan di sini. Perjalanan pulangnyalah yang lebih menarik. Dijemput tepat jam 13.00 WIB di BP, oleh pak supir yang lain yang sekali lagi mohon maaf aku lupa namanya, aku menghabiskan perjalanan pulang dengan melek semelek-meleknya. Thanks to pak sopir yang mengajakku ngobrol. Bisa-bisanya aku ngobrol ngalor ngidul tentang kecerdasan, kesuksesan, minat bakat, dan seputar kepuasan hidup. Pak sopir itu awal mulanya nanya gimana caranya supaya bisa pinter, karena dia punya anak yang masih duduk di bangku SMA. Dia prihatin dengan nilai bahasa Indonesia anaknya yang dikatakan cukup njompla

Reveal

Terbuka kembali satu sisi kehidupanku yang telah lalu dan mungkin terkubur. Mungkin ini salah satu penyebab mengapa aku sampai mengalami goncangan jiwa sedemikian rupa. Aku diingatkan akan hal ini setelah aku membaca sedikit dari novel Doctors. Aku ingat, usia 18 adalah usia di mana aku lulus SMU dan mulai masuk kuliah. Di usia itu pula, aku sedang begitu antusias dan semangat untuk mengejar hal-hal rohani. Mungkin lebih tepatnya, supaya dipandang rohani. Entahlah. Yang jelas, ada ketidakseimbangan jiwa yang kronis. Di satu sisi aku begitu ingin tampil serohani mungkin, di sisi lain aku kesulitan berkomunikasi dengan orang-orang terdekatku. Begitu keras dan kaku. Ketika beban hati semakin bertambah dengan hal baru, yaitu mulai pacaran back street, sementara masih ada ambisi yang kuat untuk ingin selalu menjadi nomor satu, maka semakin dekatlah aku pada kegoncangan jiwa. Seandainya waktu itu aku bisa bersikap jujur dan terbuka, bukannya sok kuat dan sok rohani, mungkin aku gak akan meng

Captivated

Ya Tuhan Yesus... bagaimana rasanya menanggung beban seluruh dunia di pundakMu? Bagaimana rasanya merasakan kepedihan dan kesia-siaan seluruh umat manusia di hatiMu? Aku baru membaca sedikit buku novel tebal berjudul Doctors karangan Erich Segal. Gila, sungguh gila. Benar-benar top markotop. Sungguh-sungguh mantap. Aku sampai kekenyangan dibuatnya. Maksudku, aku sampai kemlakaren. Jiwaku mendapatkan makanan berat yang membuatku merasa amat sangat kenyang kenying. Aku menjadi larut dalam haru biru perasaan yang campur aduk. Campuran antara kekaguman dengan kengerian. Aku merasakan pahit manisnya kehidupan manusia yang fana dan sia-sia. Kesia-siaan yang tergambar melalui cerita fiksi yang didasarkan oleh hasil riset dan pengamatan yang amat jeli. Ditambah dengan perenungan yang cukup dalam tapi tetap ringan untuk bisa dipahami oleh orang awam. Baru membaca sebagian kecil novel itu saja sudah membuatku merasa seperti memikul beban dunia. Hiperbolis ya. Maksudku, aku seperti dibukakan kemb

What Should I Do?

Aku merasa seperti kurcaci di tengah raksasa. Aku merasa diriku adalah orang paling bego di tempat di mana aku berada. Mungkin perasaan-perasaanku ini tidaklah benar 100%. Mungkin aku hanya kurang percaya diri saja. Tapi yang jelas, aku sungguh merasa terasing di sini. Meskipun aku ada backing yang kuat terutama dari Tuhan dan keluarga serta orang-orang yang mengasihiku, aku merasa sangat-sangat tidak layak berada di sini. Aku kembali merasa salah tempat. Aku kembali memikirkan tentang prospek masa depanku. Mungkin menurut orang lain begitu cerah dan gemilang, tapi di mataku ini sungguh mengerikan dan menegangkan. Sungguh aku perlu memetakan kembali kekuatan dan kelemahanku. Aku perlu mawas diri lebih lagi sebelum melangkahkan kakiku. Dimulai dari pertanyaan dr. Laksmi, apakah aku akan jadi pegawai tetap nantinya. Kurang lebihnya begitu. Pertanyaan yang sederhana dan lugas itu begitu mengena. Pertanyaan itu sukses membuatku meragukan kembali posisiku. Kembali berkecamuk dalam hatiku ap

What For

Kadang terbersit pertanyaan, mengapa aku sampai harus mengalami goncangan jiwa yang sedemikian besarnya. Kalau mencontoh sikap simbah putri Giyono, bukan pertanyaan "mengapa" yang seharusnya terucap melainkan pertanyaan "untuk apa". Maka dari itu, aku ubah pertanyaanku menjadi: untuk apa sampai aku harus mengalami goncangan jiwa yang sedemikia besarnya? Segala sesuatu yang terjadi dalam hidupku ini tentunya nggak pernah terlepas dari campur tangan Tuhan. Mulai dari sejak aku dibentuk di kandungan ibuku, lahir, tumbuh besar, sampai sekarang ini, bahkan sampai nanti, Tuhan senantiasa memeliharaku. Aku semakin bertumbuh dalam pengenalanku akan Dia. Ingin rasanya aku menuliskan perjalanan hidupku itu dengan runtut dan teratur, sebagai dokumen kehidupan yang dapat aku baca-baca kembali. Syukur syukur bisa menjadi berkat bagi banyak orang. Tapi aku masih belum memulainya juga karena kurang disiplin. Yah, mungkin sekarang lah saatnya untuk memulainya. Tuhan kiranya memberi

Salvation

Meskipun capek, aku tidak merasa terintimidasi. Aku merasa cukup nyaman dengan diriku sendiri. Hari ini sungguh luar biasa. Terima kasih, Tuhan. Dari pagi sampai siang pasien yang datang relatif sedikit, tidak sebanyak waktu Senin kemarin. Siang ini pun masih belum terlalu banyak pasien yang datang. Keluhannya pun masih dalam batas kompetensiku. Puji Tuhan. Tadi ada satu pasiennya ibu yang datang untuk kontrol. Post coloctomy. Aku nggak begitu mudeng dengan perjalanan penyakitnya. Sepertinya dulu aku juga yang periksa itu simbah di IGD, aku lupa. Tapi aku cukup senang dengan sikap si simbah. Beliau begitu tenang dan pasrah sama Tuhan Yesus. Nggak nggedumel, nggak menyerah, tapi penuh dengan ungkapan syukur yang nampak dari wajahnya. Karena sikapnya yang luar biasa itu, aku pun dengan pe de nya memperkenalkan diriku sebagai anak dari ibuku. Beliau pun sangat senang dan semakin sumringah. Beliau bercerita banyak tentang pengalamannya operasi dan bagaimana beliau senang kalau ibuku tersen

Reportase

Aku sudah menghabiskan lebih dari 200 ribu rupiah untuk membeli buku-buku yang kuharapkan bisa mengenyangkan lapar jiwaku. Buku yang pertama kubaca adalah novel tebal berjudul Doctors karangan Erich Segal. Aku berharap mendapatkan gambaran yang konkret dan memberiku semangat tambahan dalam menjalani kehidupanku sebagai seorang dokter. Aku kan sudah berulang kali gembar gembor bahwa aku nggak suka menjadi dokter dan aku nggak cocok jadi klinisi. Mungkin dengan membaca novel ini, aku mendapatkan inspirasi yang mendorongku untuk terus maju sampai aku mendapatkan minat sejatiku. Amin. Buku berikutnya yang akan aku baca adalah Eat, Pray, Love yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aku sudah nonton filmnya. Meskipun demikian, aku masih merasa kurang puas. Aku ingin menyelami lebih dalam lagi pergumulan batin yang dialami oleh si penulis. Siapa tahu aku pun mendapat masukan yang berharga sehingga semangatku untuk hidup semakin dikuatkan. Amin. Selanjutnya, aku mau membaca buku dwilogin

Tiredness

Capek, Tuhan... aku pingin tidur nyenyak... tapi bagaimana mungkin? Di tempat ini, BP Wonosari ini, tidur nyenyak tanpa gangguan merupakan kemewahan tersendiri... Aku sering mengalami lagi enak-enaknya tidur, ada saja pasien yang datang... tidur yang terganggu itu lebih nggak enak rasanya daripada nggak tidur sama sekali... dan aku mendapati bahwa suatu kenikmatan itu adalah berupa jatuh tertidur... Meskipun demikian, aku bersyukur, Tuhan... dan meskipun ada banyak alasan untuk mengeluh, aku mau tetap bersyukur saja... Aku bersyukur karena aku masih bisa merasa capek... aku bersyukur karena di tengar rasa capekku ini, aku masih bisa menuliskan sedikit uneg-unegku... Nggak jadi masalah kalau aku kurang banyak omong sama orang lain, itulah kelemahanku... Yang penting aku masih bisa menuliskan sepatah dua patah kata meskipun miskin arti, itu kelebihanku... aku belajar untuk nggak terlalu berfokus kepada kelemahanku. Aku mau berfokus tertutama kepada kelebihan yang Tuhan anugerahkan kepada

I Miss You

Tiada kata yang terucap... hanya hati yang merindu... karena lebih baik hati tanpa kata daripada kata tanpa hati... tiada nada yang terdengar... hanya jiwa yang menyanyi... semua ini karena aku begitu merindukanMu... karena aku tahu Engkau yang terlebih merindukanku... Engkau yang terlebih dahulu mengasihiku... Engkau yang pertama kali menunjukkan kasih kepadaku... aku hanya merespon... aku hanya bisa ini... mungkin tak sebanding dengan apa yang telah Engkau berikan... sangat jauh dari yang bisa kubayangkan... tapi semoga ini bisa mengisi ruang kosong dalam hatiku... terima kasih, Tuhan... Engkaulah sahabat sejatiku... Engkaulah yang terbaik bagiku... Engkau baik, dan jiwaku benar-benar menyadarinya... Haleluya...

Just Giving Thanks

Kalau hatimu dipenuhi rasa rindu, bersyukurlah... itu tandanya kamu masih sehat... itu tandanya kamu masih dipenuhi rasa cinta... itu tandanya kamu masih hidup... Kalau kamu begitu merindukan Tuhan tapi tak tahu apa yang mesti dilakukan, bersyukurlah... itu tandanya Tuhan sedang menunjukkan sayangNya kepadamu... itu tandanya Tuhan sedang mengusik hatimu yang sering terlalu asyik dengan dirimu sendiri... Itu tandanya kamu masih peka terhadap suaraNya... Jika kamu membaca tulisan ini dan kamu merasa ini sangat mirip dengan konidisimu, bersyukurlah... itu tandanya bukan suatu kebetulan kamu ada... itu tandanya hidupmu bukanlah suatu kecelakaan... itu tandanya Tuhan itu ada... Mari... kita berikan waktu yang ada ini untuk sejenak menikmati kebersamaan dengan Tuhan... inilah saat terindah... saat di mana kita berdiam dalam keheningan dan kekudusan hadiratNya...

Kangen

Aku merasa amat sangat kangen sama Tuhan Yesus. Bagaimana ya melukiskannya? Suatu kerinduan yang amat sangat besar sedang melanda hatiku saat ini. Entah kenapa. Aku merasa ingin sekali melakukan sesuatu, entah apa itu. Semacam ruang kosong dalam hatiku yang minta diisi tapi hanya satu yang dapat memenuhinya, yaitu pribadi Tuhan Yesus sendiri. Tapi bagaimana caranya ya? Aku sudah coba telpon mas Cah, dan ternyata mas Cah nggak bisa membuatku merasa terpuaskan. Memang harus Tuhan Yesus sendiri yang kuhubungi. Ok deh. I'll try... Mimi: Tuhan Yesus... God: Ya, Mi... Mimi: aku kangen... God: sembayang... Mimi: lho kok ikut-ikut gayaku? God: hehe... Mimi: Tuhan Yesus.. God: Ya, Mi... Mimi: piye ini? aku harus bagaimana? God: ya sembayang dulu... Mimi: dulu apa sekarang? hehe... God: hehe... Mimi: Tuhan Yesus... God: Ya, Mi... Mimi: yuk, ngapain kek... aku ingin berdua denganMu, nih... God: ya ayo... Mimi: sekarang ya... God: ok... Mimi: sip... God: ^^ Yah begitulah kira-kira dialog yang

Blessing in Disguise ^^

Berkat di balik bencana. Ada udang di balik bakwan. Hehe... begitulah kira-kira... ya, di balik suasana duka dan nestapa yang menggantung akhir-akhir ini akibat bencana alam di Indonesia, pastilah ada berkat tersembunyi yang tinggal tunggu waktunya saja untuk disingkapkan. Saat tirai terbuka, saat itulah suasana duka sontak berubah menjadi sukacita yang tak tergambarkan. Salah satu berkat yang menurutku layak untuk dirayakan adalah diundurnya jadwal ATLS. Advanced Trauma Life Support. Jadwal ATLS yang sedianya akan dilaksanakan tanggal 26-28 November 2010 ini terpaksa diundur hingga sekitar Januari 2011 akibat kondisi tanggap darurat bencana Merapi yang masih belum tahu kapan akan berakhir. Bagiku yang berpembawaan santai, ini merupakan berkat tersendiri. Karena, aku bisa punya waktu yang lebih panjang untuk belajar. Aku nggak suka diburu-buru oleh dead line. Makanya, dalam hatiku, aku mengucap syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yesus atas diundurnya jadwal ATLS ini. Meskipun de

BP Maranatha

Sekarang gantian donk BP Maranatha unjuk gigi. Di sini jauh lebih tenang dan tenteram dibandingkan dengan BP Wonosari (untuk mengatakan lebih sepi ^^). Bayangkan, sehari di sini bisa cuma dapat satu saja pasien. Rekor tersedikit!!! Bravoo!!! Tapi ya konsekuensinya, penghasilan yang kudapatkan pun jauh lebih kecil dibandingkan yang lain. Satu pasien di sini dihargai lima ribu rupiah. Maka, aku yang kemarin dihitung menangani 8 orang pasien, hanya berhak mendapatkan 40 ribu rupiah. Hehe... tetap puji Tuhan!!! Jangan sampai aku jadi hamba uang. Nilai nominal itu bukanlah ukuran utama keberhasilan. Aku lebih mengutamakan kepuasan dan kenikmatan dalam bekerja. Sehingga, pekerjaan yang membosankan ini dapat kupandang sebagai permainan yang menyenangkan. Betul? Kembali ke BP Maranatha. Meskipun sepi, aku mendapati bahwa suasana di BP ini cukup menyenangkan. Pegawak-pegawainya sejauh ini sangat baik dan ramah. Cewek semua!!! Maklum, BP ini juga merupakan Rumah Bersalin (RB). Jadi, gak ada pera

Chatting

Mengapa aku suka chatting? Meskipun kelihatannya gak berguna dan gak produktif... Karena dengan chatting, aku bisa mengaktualisasikan diriku sedemikian rupa sehingga aku merasa berarti. Aku bisa menyampaikan isi hati dan isi pikiran dengan lebih leluasa. Memang sih minus ekspresi wajah. Kata orang, ekspresi wajah dan bahasa tubuh itu berbicara lebih keras daripada kata-kata. Hm hm... Sungguhkah demikian? Masih belum tahu jawabannya... mungkin karena aku lebih mengandalkan pendengaran daripada penglihatan sehingga kata-kata dan intonasi suara jauh lebih berpengaruh bagiku daripada gerak gerik atau ekspresi wajah. Aku mungkin lebih ke tipe audio person. Beda dengan para visual atau audio visual person. Yang lucu lagi, aku sering bingung kalo bercakap-cakap face to face dengan orang lain. Aku bingung mau lihat apanya, matanya atau mulutnya. Kata orang lagi, kalo bercakap-cakap itu perhatikan matanya. Itu menunjukkan respek atau perhatian yang penuh. Tapi aku malah tambah bingung kalau har

BP Wonosari tempat Mengungsi ^^

Gambar
Kembali ke BP Wonosari meskipun bukan jadwalnya karena menggantikan Yiska yang harus ikut pelatihan. Hati terasa ringan dan tidak ada beban. Karena ke wonosari, maka tidak bisa untuk ikut naik ke posko pengungsian Merapi di Banteng maupun Atmajaya. Dari 5 sekawan genk IGD, cuma aku saja satu-satunya yang belum pernah ditugaskan di posko merapi. Berpikir positif saja. Mungkin karena ada alasan yang lebih baik. Tetap semangat!!! Bagaimana tidak semangat... setiap kali ke BP Wonosari, pasti ada saja waktu untuk istirahat yang paling nikmat. Di manakah itu? Tidak lain tidak bukan adalah di "limosin putih" mobil ambulance yang tiap pagi mengantarkan pulang pergi Bethesda-BP-Bethesda. Entah kenapa, setiap kali naik si limo putih, rasa kantuk tidak dapat ditahan. Maka, tidak ada cara lain selain tidur untuk mengatasi rasa kantuk berat itu. Walhasil, aku jadi jarang banget ngobrol sama the driver, mas Arif. Padahal kan asyik tuh ngobrol... hehe... Meskipun BP Wonosari kecil dan tidak

Peaceful Mind--Once Upon A Time In Wonosari

Akhirnya kelegaan itu tiba. Istirahat. Entah bagaimana, aku akhirnya merasa tenang dan damai kembali. Meskipun tidur siangku nggak terlalu nyenyak, kualitas tidurku menurun, aku sekarang bangun dengan perasaan segar dan pikiran yang jernih. Kubaca-baca kembali tulisan-tulisanku sebelumnya yang kutulis waktu aku lagi kalut dan gak tenang. Kudapati bahwa Tuhan sungguh baik. Tuhan bekerja menenangkanku dan menyadarkanku bahwa aku nggak pernah ditinggalkanNya seorang diri. Bahkan ketika aku merasa amat sangat tidak nyaman dan tidak enak hati. Tuhan selalu ada besertaku. Imanuel. Haleluya. Kalimat-kalimat inspiratif dari Max Lucado di buku Just Like Jesus telah mencelikkan mata batinku. Aku disadarkan bahwa apa pun yang kupikirkan dan kurasakan, Tuhan tahu. Saat aku merasa sangat tidak nyaman seperti tadi pagi, Tuhan juga tahu. Dia pun turut merasakan. Dan dia memahaminya. Benar apa kata Max. Tuhan menerimaku apa adanya, tetapi Dia tidak membiarkan aku seadanya. Dia ingin aku menjadi sepert

Stiffness

Tuhan, kenapa aku kaku sekali sih? Apakah Engkau menciptakanku sekaku ini? Untuk apa aku harus menjadi kaku seperti ini? Bagaimana caranya aku menjadi pribadi yang memancarkan kasihMU yang luwes itu? Itulah segelintir pertanyaan dan kegelisahanku saat ini. Aku tidak ingin mendengar jawaban yang bukan dari Tuhan. So, aku tidak akan menanyakannya kepada siapa pun juga selain kepada Tuhan. Tuhan pasti mendengar. Tuhan punya jawabannya. Yang kuperlukan hanyalah sabar menunggu, menenangkan hatiku, dan mendengarkan saja jawaban dariNya. Bisa melalui apa saja. Sesimple itu. Nggak bertele-tele, nggak muluk-muluk. Aku sudah bosan omdo. Aku pingin yang lebih simple dan praktis. Bagaimana kalau jawabannya nggak enak? Nggak nyaman? Yah, aku akan berusaha untuk melembutkan hatiku supaya aku bisa dibentuk seperti yang Tuhan mau. Dibentuk menjadi seperti apa? Lebih tepatnya, seperti Siapa? Ya seperti Tuhan Yesus sendiri. Makanya, bukan suatu kebetulan kalau aku sekarang juga lagi baca-baca buku berju

The Silence of Mimi

Lagi-lagi aku mendapat masukan tentang kependiamanku... kali ini dari Pak Wahyu Martono. Dengan gayanya yang santai dan gak langsung secara frontal, beliau memberiku masukan tentang kelemahanku (atau kelebihanku) ini. Pak Wahyu tiba-tiba saja bertanya dengan santainya, gimana aku waktu periksa pasien di posko. Terus tanya-tanya seputar itu. Bahkan Pak Wahyu menawarkan untuk diperiksa, untuk sekedar latihan ngomong. Katanya lagi, aku bisa bikin semacam skenario untuk latihan ngomong biar kalau periksa gak diem aja. Wew... Meskipun kesannya cuma sambil lalu saja, aku cukup memasukkannya ke dalam hati. Tahu sendiri kan, kalau aku ini masih sangat sensitif. Meskipun chasingku dari luar kelihatan diem dan cool, di dalam ini kebat kebit nggak karuan. Semakin mencoba menenangkan diri, malah semakin nggak karu-karuan. Semakin berusaha untuk berpikiran positif, malah semakin banyak pikiran negatif yang menyerbu. Doh... susahnya jadi Mimi... T_T Aku tahu aku memang cenderung pendiam. So what? Sa