Avatar
Saya senang
mengikuti cerita Avatar-The Legend Of
Aang maupun Avatar-The Legend of
Korra. Cerita yang dikemas dalam serial animasi dua dimensi yang sangat
sarat akan hikmat dan pengetahuan. Di situ diceritakan tentang adanya
manusia-manusia tertentu yang memiliki kemampuan mengendalikan empat unsur
alam, yaitu air, udara, api, dan bumi/tanah. Biasanya satu orang hanya mampu
menguasai salah satu unsur. Sedangkan yang dinamakan dengan “avatar” adalah
orang yang menguasai keempat unsur tersebut. Avatar akan terus muncul dalam
setiap generasi manusia. Meskipun pribadi-pribadi avatar itu berbeda-beda,
mereka punya keterhubungan dengan avatar-avatar di masa lalu. Tugas utama
avatar adalah menjaga keharmonisan dunia (nyata dan roh).
Dalam kepercayaan tertentu,
avatar diartikan sebagai orang yang menjadi titisan dari pribadi yang lebih
unggul seperti dewa-dewi. Avatar menjadi penghubung antara manusia dengan roh
yang dihormati. Berbagai macam manusia muncul dan dianggap sebagai avatar atau
jelmaan dewa. Bahkan, Yesus sendiri, oleh beberapa aliran kepercayaan, dianggap
pula sebagai salah satu avatar yang pernah ada di muka bumi ini.
Lepas dari unsur kepercayaan
yang berseberangan dengan iman Kristen, saya ingin menyampaikan sedikit
perenungan yang timbul dari hasil menonton film seri Avatar tersebut di atas.
Sebagai orang yang percaya kepada TUHAN, saya memandang bahwa orang-orang yang
dimiliki dan memiliki Tuhan Yesus itu adalah avatar hidupnya Tuhan Yesus.
Maksudnya, setiap kita yang telah tinggal di dalam Tuhan Yesus merupakan
perwakilan atau perwujudan dari tubuh Kristus di tengah dunia yang mendambakan
keharmonisan hidup. Dengan Roh Kudus yang ada dalam diri kita masing-masing,
kita dituntun untuk mewujudkan keharmonisan tersebut. Harmonis ini berarti
damai dengan TUHAN, damai dengan diri sendiri, damai dengan sesama, dan damai
dengan lingkungan (alam) sekitar kita. Jika dalam film sang avatar itu
menguasai empat elemen, maka kita pun dapat dikatakan memiliki sifat seperti
keempat elemen tersebut. Api yang melambangkan semangat yang berkobat-kobar
untuk melayani TUHAN, air yang bersifat lembut dan memiliki daya untuk
menyembuhkan, angin yang lincah dan dinamis, serta bumi atau tanah yang teguh
dan kokoh berdiri.
Dalam syair pujian di Kidung
Jemaat 60 bait 2, 3, dan 4, dijelaskan dengan indah bagaimana keempat unsur
alam tersebut dapat memuliakan TUHAN. Di sana dikatakan bagaimana angin hebat
menderu, membawa awan-awan yang berarak. Sebagai avatar Tuhan Yesus, kita
memiliki sifat seperti angin yang tidak kelihatan namun dapat dirasakan secara
nyata dampak perbuatannya. Diceritakan pula tentang air murni dan jernih yang
berguna untuk menawarkan rasa haus dan dapat membersihkan (hati/jiwa). Kita
sebagai avatar Tuhan Yesus pun dapat memberi kelegaan kepada jiwa-jiwa yang
begitu haus akan TUHAN. Dikatakan bahwa api bersifat menghangatkan,
menyenangkan, gagah, periang, dan tenang. Begitu pula kita sebagai avatar Tuhan
Yesus, semestinya kita bisa menghangatkan suasana yang dingin di mana pun TUHAN
menempatkan kita. Dan terakhir, sifat bumi yang digambarkan bagaikan ibu
pertiwi yang melimpah dengan anugerah, menjadi tempat tumbuhan untuk hidup,
berbunga dan berbuah lebat. Kita sebagai avatar Tuhan Yesus juga bersifat dapat
menumbuhkan kehidupan yang semarak di samping sifat kokoh dan teguh seperti
gunung batu.
Tugas menjadi avatar seperti
yang digambarkan dalam tokoh Aang maupun Korra memang tidak mudah. Avatar
menjadi tumpuan dan harapan manusia-manusia, baik itu yang mempunyai kemampuan
mengendalikan unsur alam maupun yang tidak. Avatar dituntut untuk bersikap adil
dan membawa kedamaian di mana pun dunia membutuhkannya. Tokoh Aang pernah
melarikan diri dari tugas dan panggilannya sebagai avatar sehingga untuk
beberapa waktu dunia kehilangan kedamaian dan keharmonisan yang didambakannya.
Dan ketika Aang kembali, dia harus membayar mahal untuk mengembalikan
keseimbangan dan keharmonisan hidup dunia. Tokoh Korra pun juga menghadapi
masalah yang tidak kalah peliknya. Dia harus menjaga kedamaian antara
manusia-manusia pengendali unsur dengan manusia-manusia non pengendali.
Sebagai manusia milik TUHAN,
kita diperlengkapi dengan kasih dan kuasa Roh Kudus untuk bisa menjalankan
tugas dan kewajiban kita layaknya tokoh avatar di mana pun TUHAN menempatkan
kita. Sebagai apapun kita, sudah selayaknya kita menjadi pendamai dan penjaga
kedamaian. Perkataan Tuhan Yesus pun menjadi dasar dan panduan kita sebagai
juru damai, yaitu berbahagialah mereka yang membawa damai karena mereka akan
disebut anak-anak Allah. Oleh karena itu, janganlah kita berkecil hati atau
bersikap pesimistik menghadapi kondisi dunia yang gelap dan carut marut ini.
Justru di tengah kegelapan itulah sinar terang TUHAN yang ada pada kita sangat
dibutuhkan. Janganlah kita lari dari tugas dan tanggung jawab kita sebagai
“avatar”. Karena jika kita sembunyi, dunia akan semakin kacau dan gelap. Mari
kita bersama-sama maju sebagai “avatar”. Bukan dengan kuat dan gagah kita,
melainkan dengan kuat kuasa Roh Kudus yang telah dicurahkan dalam diri kita
masing-masing.
(Dipublikasikan di majalah Bahana bulan Mei 2013)
Komentar