Doa bagi Kota Tercinta
Saya masih ingat, waktu itu saya
masih kelas satu SMP. Suasana negeri terasa sedemikian mencekam. Isu-isu akan
adanya pembakaran atau perusakan rumah-rumah ibadah menghantui kota-kota di
Indonesia, termasuk kota di mana saya tinggal, Yogyakarta. Kerusuhan-kerusuhan
dimulai dengan peristiwa penyerbuan markas sebuah partai politik pada tanggal
27 Juli 1996, menyebar ke Situbondo (meskipun mungkin tidak berhubungan secara
langsung), Surabaya, Kerawang, Rengasdengklok, Pekalongan, Tasikmalaya, dan
Kalimantan Barat. Suasana sungguh kelam dan mencekam.
Yang
masih menjadi ingatan yang sangat membekas adalah waktu itu, ketika masih
pelajaran agama, seorang kakak kelas dengan gaduh menangis mengabarkan berita
buruk. Waktu itu internet belum seperti sekarang, baru beberapa orang saja yang
bisa mengaksesnya. Ia, sang kakak kelas (mbak Tina), dengan sesenggukan melapor
ke Bu Indarti (guru agama SMP 5) tentang isu bahwa Yogyakarta akan segera
bernasib sama seperti Situbondo dll. Kami yang masih dalam suasana belajar
tentu saja kalang kabut. Dengan sigap, Bu Indarti menenangkan kami. Dengan
tenang meskipun bercampur emosi juga, beliau segera mengajak kami semua berdoa.
Doa yang diucapkan dengan sungguh-sungguh itu diiringi ratap tangis karena
ketakutan. Kami semua sepakat memohon supaya Tuhan melindungi kota Yogyakarta
tercinta.
Tidak
berselang lama kemudian, saya diajak kakak sepupu saya (mbak Etta—sekarang Bu
Siswadi ^^), untuk menghadiri suatu acara semacam persekutuan doa. Lokasinya saya
ingat betul, di gedung pertemuan GKJ Gondokusuman Sawokembar. Ternyata di sana
sudah banyak berkumpul kakak-kakak kelas saya. Dalam acara tersebut, kami
bersatu hati berdoa memohon belas kasihan TUHAN bagi kota tercinta, Yogyakarta.
Lagu yang menjadi theme song adalah
lagu berjudul “Doa bagi Kota Tercinta”. Begini syairnya:
Kami sujud di kaki-Mu, merendahkan diri
Bersatu dengan tangis-Mu, bagi kota tercinta
Biar belas kasih-Mu, Bapa, kian bertambah nyata
Dicurahkan atas kami, lawatlah umat-MU
Ampunilah, s’lamatkanlah, pulihakanlah kota tercinta
Sinari dengan terang kasih-Mu, dengar doa kami
Sungguh
ajaib dan luar biasa. Yogyakarta sampai hari ini tidak pernah diberitakan
mengalami kerusuhan berskala besar seperti halnya Jakarta (Mei 1998) ataupun
kota-kota lainnya. Dengan tidak bermaksud menyombongkan diri, Yogyakarta memang
istimewa. Istimewa dalam hal apa? Istimewa dalam hal anugerah TUHAN atas kota
Yogyakarta berupa keamanan dan kenyamanan. Saya percaya ini semua salah satunya
karena kesungguhan dan kesatuan hati umat TUHAN yang bersatu padu bergotong
royong menyengkuyung acara doa
bersama demi keamanan kota ini. Saya percaya kegerakan doa ini bukan hasil
pemikiran atau kecakapan manusia, melainkan murni dari hati dan pikiran TUHAN
melalui anak-anak-Nya yang rindu. Rindu kepada apa? Rindu kehendak TUHAN jadi
di bumi seperti di surga, di Yogyakarta dan di Indonesia seperti di surga. Dan sejarah
telah membuktikan bahwa hal ini tidak mustahil terjadi. Yogyakarta dikenal
sebagai city of tolerance, kota yang
penuh toleransi, sampai saat ini. Jika Yogyakarta aman, maka Indonesia pun
boleh bernafas lega. Tidak heran jika Yogyakarta disebut pula sebagai
barometernya keamanan Indonesia. Oleh karena itu, kita patut bersyukur.
Satu
hal lagi yang kita rindukan yaitu supaya Yogyakarta menjadi city of God, kotanya Tuhan. Bagaimana supaya
hal ini terwujud? Tidak lain dan tidak bukan yaitu dengan sekali lagi nyengkuyung doa yang sungguh-sungguh
bagi kesejahteraan kota kita. Tidak harus dengan skala massal, karena
kemungkinan akan digerebek polisi ^^, cukup dengan masuk ke kamar (atau ke
tempat khusus, yang penting tidak pamer, dan cukup diketahui TUHAN), kunci
pintu, dan berdoa syafaat. Apa yang perlu didoakan? Nah, semoga formulir kecil
ini dapat membantu kita. ^^
Kota di mana saya
tinggal: ____________________________________________________
Nama walikota/bupati
saya: ___________________________________________________
Hal yang tidak
saya sukai mengenai kota ini (kemacetan, dll): ________________________
___________________________________________________________________________
Bagaimana saya
melihat hal ini sebagai kesempatan untuk melayani kota saya:
___________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________
DOAKAN!
·
Pemerintah
dan para pimpinan kota lainnya (Gubernur, Walikota, Camat, Lurah, RT/RW dll)
agar hikmat dan takut akan TUHAN ada dalam kehidupan mereka.
·
Keamanannya
(angka kriminalitas menurun, tidak ada perpecahan dan kerusuhan), kestabilan
ekonomi, dan kesejahteraan kota secara umum.
·
Gereja dan
para pemimpin Kristen di kota kita, agar mereka mempunyai hikmat dan kesempatan
untuk mengabarkan kabar baik dan menegakkan kerajaan TUHAN di kota kita.
Daftar Kepustakaan:
·
Jimmy B.
Oentoro, City of Praise/Kota Pujian, Harvest
Publication House, Jakarta, 2003
(ditulis oleh dr. Mimi sebagai
bahan pelayanan literatur dalam Persekutuan Keluarga Murakabi GKJ Gondokusuman
Sawokembar Yogyakarta di Ladang Anggur TUHAN, hari Rabu tanggal 20 Februari
2013)
Komentar