Hidup Penuh Makna

Keberadaanku di perpus yang bak kemewahan surgaawi ini bukanlah suatu hal yang harus membuatku merasa bersalah. Aku tidak harus merasa bersalah karena bisa menikmati kemewahan ini sementara di bawah sana rekan-rekan kolegaku berjibaku dengan sibuknya jadwal jaga. Aku mencoba bepikir demikian. Mereka yang berjuang setengah mati menolong pasien memperoleh derajat kesehatan yang lebih baik itu tentu berharap supaya dengan derajat kesehatan yang lebih baik, pasien dapat menjalani kehidupan yang penuh makna. Nah, apakah yang sedang kulakukan di perpus ini? Bukankah itu merupakan kehidupan yang penuh makna juga, setidaknya bagiku? Dengan demikian, bukankah aku sudah menikmati apa yang diperjuangkan oleh rekan-rekanku di garis depan? Untuk inilah--kehidupan yang penuh makna--perjuangan mempertahankan hidup di tengah gempuran maut itu berlangsung. Maka, tidak semestinyalah aku merasa bersalah atas anugerah yang kuterima ini. Sebaliknya, aku harus senantiasa bersyukur dengan mengingat bahwa segala hal baik yang kudapatkan ini adalah berkat perjuangan dan pengorbanan rekan-rekanku di sana. Sehingga, saat-saat istimewa di perpus ini harus kugunakan sebaik-baiknya untuk menimba kekayaan hikmat yang kuperlukan untuk memperlengkapi pula rekan-rekanku yang ada di garis depan itu. Di sinilah aku perlu pimpinan Roh Kudus untuk memilah dan memilih sumber informasi berdasarkan kepentingan dan keterdesakan kebutuhan. Jadi, selamat tinggal 'rasa bersalah'! Selamat datang 'hidup penuh makna'

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.