Oleh-oleh dari Bogor: Keluarga Besar yang Menginspirasiku

Kronologi

Hari Sabtu sampai Senin tanggal 21-23 Juli 2018, kami seisi rumah Cahaya pergi ke Bogor. Bersama keluarga besar Soegiyono, kami menghadiri acara pernikahan sepupu kami. Tiga hari dua malam kebersamaan yang sangat berkualitas bagiku. Aku menikmati jalanan kota besar yang macet sambil memdengarkan sekilas informasi seputar anggota keluarga besar saat ini. Ada yang dipenuhi semangat hidup yang berdampingan dengan keprihatinan yang cukup besar, ada yang sedang menapaki hari depan yang penuh harapan diiringi dengan sikap mawas diri yang terslamur dengan jiwa humoris ramai canda tawa, dan ada pula yang sekadar hadir turut meramaikan suasana. Apapun itu, aku menyaksikan betapa indahnya keakraban yang terjalin di dalam keluarga besar ini.


Inspirasi kehidupan

Hal yang sangat menarik dan amat berharga dalam keluarga besarku ini adalah beraneka ragamnya unsur suku, agama, dan pilihan politik yang ada di dalamnya. Ada yang beragama Kristen, Katholik, dan ada yang Islam. Ada suku Jawa, Batak, Minang, dan Tionghoa. Ada yang mendukung pemerintahan era Jokowi, ada pula yang sebaliknya. Meskipun demikian, keluarga besarku ini tetap bisa terlihat kompak dan guyub. Sungguh mengherankan. Selain itu, hal yang menarik lagi adalah meskipun masing-masing anggota keluarga punya beban dan "luka", hidup masing-masing dan bersama tetap terus berjalan dan terjalin dengan berbagai macam suka dukanya. Di situlah aku melihat anugerah Tuhan bekerja. Anugerah itu tampak dalam lukisan mozaik keluarga besarku ini.

Pesan untuk pribadi

Aku pulang membawa semamgat baru. Pelajaran berharga yang menjadi pemantik api semangatku adalah DISIPLIN. Aku menyaksikan bagaimana sikap hidup yang disiplin dari keluarga om dan tante, adik bungsu bapak, sangat mempengaruhi kualitas hidup mereka sekeluarga. Secara fisik, mental, spiritual, sosial, dan finansial sangat tampak buah dari sikap disiplin itu. Mereka tampak sigap, tidak ngluntruk. Pilihan-pilihan hidup yang diambil pun bukan pilihan yang mengenakkan daging. Dan semua bentuk penyangkalan diri dan harga yang harus dibayar itu pun nampak berbuah dan sangat membanggakan. Aku pun bertekad untuk meneladani sikap disiplin itu. Syukur pada Tuhan untuk pembaharuan sikap dan mental yang kualami ini. Kiranya aku pun dapat semakin berakar, bertumbuh, dan berbuah lebat dengan semangat yang baru. 

Komentar

Yohana Mimi mengatakan…
terima kasih
Gbu too

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.