Presentasi Bak Tahta Pengadilan TUHAN
Siang ini, teman
sekerjaku, dr. Yohan, mendapat tugas mempresentasikan kasus menarik dalam setting pelayanan gawat darurat. Dr.
Yohan harus mempresentasikan kasusnya di depan Komite Medik, yaitu semacam
dewan perkumpulan dokter-dokter dalam rumah sakit. Tujuan dari presentasi ini
adalah terutama untuk menilai dan menguji apakah sang presentator sudah cukup
menguasai permasalahan dan apakah ia layak untuk ditempatkan di IGD. Sudah dua
setengah tahun dr. Yohan, begitu juga aku, berstatus sebagai pegawai kontrak di
Rumah Sakit Bethesda. Dalam waktu dua setengah tahun itu, kami para dokter
kontrak ini diwajibkan mengikuti rotasi di berbagai bagian dan jaga di IGD
maupun Balai Pengobatan satelit untuk belajar mengenal tugas-tugas sebagai
dokter umum dan mengetahui kompetensi apa saja yang harus kami miliki. Waktu
dua setengah tahun pun berlalu dengan suka dukanya. Dan, inilah saat salah satu
dari kami dinilai melalui presentasi kasus. Giliran dr. Yohan kali ini, yang
pertama dari angkatanku.
Dr. Yohan membawakan presentasi
kasus berjudul “Perdarahan Cerebellum” (perdarahan otak kecil). Suatu kasus
dari bidang saraf, sejenis serangan stroke. Dengan mantap, dr. Yohan memaparkan
presentasinya. Persiapannya yang matang tidak mengecewakan. Ia berhasil
menjelaskan kronologi pasien yang terkena serangan stroke itu dengan cukup
jelas. Diceritakan bagaimana ia ketika berjaga di Balai Pengobatan (BP)
Bethesda Wonosari harus menolong sang pasien tersebut. Dengan menilai cepat gejala
dan tanda yang diderita pasien, dan dengan kepekaan intuitifnya, dr. Yohan
dengan sigap segera memutuskan untuk merujuk sang pasien ke Rumah Sakit (RS)
Bethesda Yogyakarta yang peralatan dan sistem pelayanannya lebih lengkap.
Berkat keputusan cepat dan tepat itu, dapat dengan segera diketahui adanya
perdarahan di otak kecil pasien sehingga pertolongan yang tepat pun dapat
segera diberikan. Setelah mondok beberapa hari, sang pasien pun kondisinya
membaik dan dapat dipulangkan.
Bagaimana proses pemeriksaan dan
penanganan pasien stroke itu dipaparkan dengan cukup lengkap oleh dr. Yohan.
Dan akhirnya, tibalah saat yang mendebarkan itu. Yaitu, saat memberi masukan
dan komentar oleh para dokter senior. Ada yang mengomentari sistematika
penulisan pemeriksaan fisiknya, ada pula yang mengomentari
kekurangan-kekurangan yang ada, dan tidak ketinggalan pula
pertanyaan-pertanyaan untuk menguji sejauh mana wawasan dan pengetahuan dr.
Yohan. Puji Tuhan, dr. Yohan dapat menjawab dan menganggapi semua komentar dan
pertanyaan itu dengan baik. Sungguh luar biasa persiapan dan perjuangan dr.
Yohan!
Meskipun bukan aku yang
presentasi, aku merasakan tegang dan sedikit gugup. Bagaimana jika tiba
giliranku nanti? Apakah aku juga bisa menjawab setiap komentar dan pertanyaan
dengan baik dan lancar? Apakah aku bisa menguasai materi presentasi dengan
baik? Kapankah waktuku tiba untuk presentasi? Berbagai pertanyaan yang tidak
terucapkan sempat memenuhi hati dan pikiranku. Melihat jalannya presentasi dr.
Yohan menimbulkan kesan yang mendalam dalam benakku. Gambarannya kok cukup
mirip dengan proses penghakiman atau pengadilan Tuhan pada akhir zaman ya?
Maksudnya? Ya, pengadilan Tuhan yang maha adil itu sepertinya bakalan terasa
seperti tadi ketika dr. Yohan presentasi. Dalam pengadilan Tuhan, masing-masing
kita akan dituntut untuk mempertanggungjawabkan setiap perbuatan dan alasan
kita melakukannya. Sama seperti dr. Yohan yang dicecar dengan berbagai komentar
dan pertanyaan perihal kasus yang dipresentasikannya, demikian juga kita akan
dicecar dengan berbagai standar kebenaran atas perbuatan dan alasan kita ketika
pengadilan Tuhan itu tiba. Memang benar, kita yang sudah percaya, mengaku, dan
hidup di dalam Kristus Yesus sudah mendapat jaminan keselamatan. Hidup kekal,
dibenarkan oleh pengorbanan Tuhan Yesus. Tetapi tetap saja kita akan merasa
seperti ditelanjangi dan malu manakala setiap dosa dan kesalahan kita
dipaparkan di depan pengadilan Tuhan itu. Yang lebih mendahsyatkan lagi, yang
menghakimi kita adalah Pribadi yang sangat mengenal kita dan kita pun
mengenal-Nya, meskipun belum sempurna. Tidak ada satupun yang tersembunyi di
hadapan-Nya. Apa yang kita pikirkan dan rasakan pun diketahui-Nya. Ya, kita
memang sudah dijamin selamat, hidup kekal di surga, karena Tuhan Yesus. Tapi,
tetap saja kita akan merasa tegang di hadapan tahta pengadilan-Nya yang kudus.
Sama seperti yang kurasakan ketika melihat dr. Yohan ketika presentasi itu.
Bahkan, jauh lebih dahsyat lagi, sebab yang ‘mencecar’ kita nanti adalah TUHAN,
Sang pencipta langit dan bumi.
Sama seperti dr. Yohan yang
harus mempersiapkan sungguh-sungguh presentasinya, meskipun tetap saja belum
sempurna 100%, demikian juga kita hendaknya mempersiapkan hidup kita untuk
menghadapi tahta pengadilan Tuhan. Kita harus siap mempertanggungjawabkan
setiap pilihan hidup yang kita ambil. Kita harus siap memperlihatkan hasil
pekerjaan kita masing-masing. Kita harus siap untuk dinilai dan dihakimi TUHAN
yang maha adil. Rasa malu karena kesalahan yang tampak itu wajar. Namun, jika
kita mau mengakui kekurangan dan kelemahan kita, serta dosa-dosa kita, maka
kita akan beroleh pengampunan. Itulah anugerah TUHAN. Bagian kita adalah
menerimanya dengan iman.
Aku sangat bersyukur melihat
proses presentasi dr. Yohan hari ini. Aku jadi terdorong untuk mempersiapkan
diriku kelak jika tiba waktuku untuk presentasi kasusku sendiri. Bersiap untuk
menampilkan pengetahuan, wawasan, dan kompetensiku di hadapan rekan-rekan
sejawat senior. Dan perenungan tentang tahta pengadilan TUHAN itu pun cukup
menyadarkanku untuk tidak main-main lagi dengan hidupku. Aku pun harus
mempersiapkan diriku untuk berdiri mempertanggungjawabkan setiap aspek
kehidupanku di hadapan-Nya kelak. Maranatha!
Bapa, terima kasih untuk pelajaran yang bisa kupetik
hari ini dari apa yang kulihat dan kuarasakan. Kiranya Roh Kudus menolongku
mempersiapkan diri menjelang hari akhir di mana aku akan berdiri di hadapan
tahta pengadilan-Mu yang kudus itu, untuk mempertanggungjawabkan setiap
perbuatanku dan setiap motivasiku. Haleluya. Amin.
(Rumah Kemuliaan TUHAN di Pelem Kecut, Jumat 14 Desember 2013)
Komentar