Lagu Paskah dan Bahaya Universalisme Terselubung: Telaah Teologis dari Perspektif Reformed (TULIP)

Pendahuluan

Di tengah semangat menyambut Paskah dan kesukaan bernyanyi dalam ibadah, banyak umat Kristen terbawa suasana emosional tanpa menyadari bahwa lagu-lagu rohani yang mereka nyanyikan menyimpan potensi bahaya: pengajaran yang kabur, bahkan menyesatkan. Dua lagu yang menjadi sorotan kali ini adalah sebuah lagu Paskah ciptaan pendeta Gereja Kristen Jawa, dan lagu populer "Tuhan Sumber Gembiraku". Keduanya, meski tampak indah secara musikal dan puitis, mengandung muatan teologis yang perlu dikritisi, khususnya dari sudut pandang iman Reformed yang merujuk pada doktrin TULIP.


Bagian I: Analisis Lirik Lagu Paskah

Lirik lagu:

Pandanglah arah Golgota, Ia disiksa supaya kita ditebus-Nya
Ingatlah akan peluh-Nya, yang memikul semua derita dunia
Rasakan tubuh derita-Nya, supaya kita mensyukuri cinta-Nya
Lumuran merah darah-Nya, yang membasuh semua noda semesta
Ingatlah semua sakit-Nya, ngilu menanggung khianat nafsu kita
Ingatlah tubuh-Nya luka, yang memulihkan kita semua yang hina

Pujian ini menyampaikan perenungan yang dalam tentang penderitaan Kristus. Namun, secara teologis, terdapat kekeliruan serius dalam penggunaan frasa seperti "semua derita dunia" dan "semua noda semesta".

Menurut doktrin Limited Atonement (Penebusan Terbatas), salah satu pilar dalam TULIP Calvinisme, penebusan Kristus bukanlah untuk semua orang secara umum (universal), melainkan untuk umat pilihan Allah secara khusus (Efesus 5:25; Yohanes 10:11). Mengatakan bahwa Kristus membasuh "semua noda semesta" dapat menyesatkan, karena menyiratkan bahwa karya salib berlaku secara efektif bagi seluruh dunia dan alam semesta tanpa syarat.

Selain itu, Alkitab menyatakan bahwa ciptaan memang menanti pembebasan (Roma 8:19-22), namun pemulihan alam bukan karena darah Kristus membasuh semesta secara langsung, melainkan karena penebusan umat pilihan Allah yang membawa dampak kosmis. Maka, frasa seperti "semua noda semesta" dan "semua derita dunia" perlu direvisi agar tidak mengaburkan makna penebusan.


Bagian II: Lagu "Tuhan Sumber Gembiraku" dan Universalisme Terselubung

Lirik lagu:

Semua bunga ikut bernyanyi, gembira hatiku
Segala rumput pun riang ria, Tuhan sumber gembiraku
Semua jalan di dunia menuntunmu ke surga
Desiran angin nan mesra mengayunmu ke surga (Reff)
Semua lorong di bumi haruslah kau jalani
Bersama dengan sesama menuju pada Bapa (Reff)
Semua pematang sawah menanti telapakmu
Derita ria bersama meringankan langkahmu (Reff)
Semua roda hidupmu mendambakan imanmu
Di perjamuan abadi Bapa sudah menanti (Reff)

Sekilas, lagu ini tampak puitis dan penuh semangat hidup. Namun secara teologis, ada pesan bahaya tersembunyi: universalisme.

  • "Semua jalan di dunia menuntunmu ke surga" — Ini adalah klaim yang secara langsung bertentangan dengan Yohanes 14:6, di mana Yesus menyatakan: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." Menyatakan bahwa semua jalan membawa ke surga adalah bentuk pluralisme atau universalisme, yakni keyakinan bahwa semua orang akan selamat, terlepas dari imannya kepada Kristus.

  • "Bersama dengan sesama menuju pada Bapa" — Frasa ini menyiratkan bahwa kebersamaan sosial atau perjalanan moral bersama manusia lain sudah cukup untuk mencapai Allah, padahal Alkitab mengajarkan bahwa hanya melalui anugerah dan iman kepada Kristus seseorang dapat dibenarkan (Efesus 2:8-9).

  • "Desiran angin mengayunmu ke surga" — Ini menyamarkan kebutuhan akan iman sejati dan pertobatan. Keselamatan tidak datang dari harmoni alam atau perasaan, tapi dari karya penebusan Kristus dan panggilan efektif Roh Kudus.

Dalam kerangka Calvinisme, Total Depravity menyatakan bahwa manusia telah rusak total oleh dosa dan tidak mungkin mencapai surga kecuali dipulihkan sepenuhnya oleh kasih karunia Allah. Lagu ini mengabaikan fakta itu dan malah menekankan kebaikan ciptaan dan perasaan positif sebagai jalan keselamatan.


Kesimpulan: Mengapa Ini Penting?

Lagu gereja adalah alat pembentuk iman. Lagu yang menyampaikan doktrin yang tidak tepat dapat membawa jemaat pada pengertian yang keliru tentang Allah, dosa, dan keselamatan. Sebagai umat Reformed, kita dipanggil untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran (Yohanes 4:24), termasuk dalam puji-pujian kita.

Maka, marilah kita:

  1. Menguji setiap lirik lagu berdasarkan Alkitab dan pengakuan iman yang sehat.

  2. Menghindari lagu-lagu yang secara tersirat mengajarkan universalisme, pluralisme, atau keselamatan berdasarkan usaha manusia.

  3. Mengembangkan pujian yang indah namun tetap setia pada Injil.

Gereja yang sehat bukan hanya gereja yang bernyanyi dengan semangat, tetapi yang menyanyikan kebenaran dengan hormat dan gentar di hadapan Allah yang kudus.


Jika Anda adalah hamba Tuhan, penatua, atau pelayan musik, marilah kita memperhatikan hal ini demi kemuliaan Kristus dan kesucian pengajaran dalam gereja.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.

Highlight Obrolan: Isu Kesehatan Mental