Syukur (Sebuah Doa)
Senin, 30 Juni 2025
Ya Tuhan, terima kasih puji syukur untuk segala hal yang terjadi, semua adalah kasih karunia-Mu dan Engkau berdaulat penuh. Tanggung jawabku adalah memahami dan mencatat apa saya yang mampu kupelajari dari semua hal tersebut.
Rumah Cahaya
Yang pertama, aku bersyukur untuk 14 tahun kebersamaanku di Rumah Cahaya ini dengan suami pemberian-Mu yang demikian baik dan setia, penuh tanggung jawab dalam kesederhanaannya. Mazmur 127 sungguh menjadi terang dan pedoman bagiku dalam menghayati hidup berkeluarga. "Jika bukan karena Engkau, maka sia-sialah semuanya...". Selalu kuingat, bahwa hubungan kami bukan semacam jatuh cinta seperti di film-film, melainkan seperti tumbuh cinta yang harus konsisten disiram dan dirawat. Sana seperti konsistensiku menyiram tanaman hias setiap pagi dan sore sehingga tetap hijau dan segar sampai saat ini, demikian juga dengan cinta kasih di antara kami. Kami rawat komitmen setiap hari dengan membiasakan ngobrol ngalor ngidul tentang apa pun, layaknya sahabat karib terdekat. Aku bersyukur untuk iman dan kesatuan hati dalam hal rohani yang semakin kuat khususnya sejak pandemi COVID sampai saat ini dst. Semua ini bukan karena kami sendiri yang mencari-cari dan memilih, tapi aku sadar ini adalah kehendak-Mu yang menginisiasi. Engkau yang membuat kami concern dan teguh pendirian untuk menjaga kemurnian ajaran gereja yang konsisten berdasarkan kebenaran Alkitab, yang adalah firman-Mu. Persekutuan yang erat dan kuat di antara kami ini adalah sebuah berkat dan anugerah yang luar biasa. Ini adalah misi yang Engkau berikan pada kami untuk kami kerjakan denga setia dan sungguh-sungguh. Ini adalah alasan terkuat bagi kami untuk terus saling menjada dan menyemangati. Rumah Cahaya bagi kami bukan hanya sebagai tempat tinggal atau sebutan unik keluarga, melainkan juga sebagai wujud visi ilahi yang Engkau tanamkan. Rumah Cahaya bagi kami laksana mercusuar yang memancarkan sinarnya sebagai petunjuk bagi jiwa-jiwa yang membutuhkan kebenaran-Mu.
Hadasa
Yang kedua, aku bersyukur untuk Hadasa yang Engkau anugerahkan di Rumah Cahaya ini. Bukan kebetulan kami menamainya "Hadasa" dan nama panggilannya "Asa", yang berarti harapan. Semua itu menyiratkan maksud dan tujuan yang mulia, sebagai penanda zaman yang sedang berjalan ini. Hadasa, sesuai Ester 2:7, mengingatkan kami bahwa keberadaan kami di sini saat ini adalah untuk mengerjakan misi/tugas ilahi di tengah situasi dunia yang karut marut. Bukan "Henokh" yang terangkat ke surga tanpa mengalami kematian yang Engkau berikan bagi kami, melainkan "Hadasa" yang harus berhadapan dengan kejahatan Haman, dengan cara main yang sangat cantik yaitu memakai privilege sebagai ratu untuk menyelamatkan nasib seluruh bangsanya, tentu saja dengan risiko taruhan nyawa. Aku maknai ini sebagai tugas panggilan untuk mengerjakan misi yang tak bisa dikerjakan oleh orang lain. Aku telah Engkau anugerahi dengan berbagi macam talenta (berupa privilege-privilege dan berbagai macam bakat dan kemampuan) untuk kukembangkan semaksimal mungkin demi kemuliaan nama-Mu. Semua itu terjalin sedemikian rupa oleh penyelenggaraan-Mu yang ajaib sehingga aku ada seperti saat ini, siap sedia mengikuti bimbingan, arahan, dan penempatan-Mu. Seperti bidak catur di tangan Sang Grand Master yang paling ahli, demikian hidupku yang seperti syair lagu "Tiap Langkahku Diatur oleh Tuhan".
Ladang Anggur
Yang ketiga, aku bersyukur untuk pekerjaanku saat ini di Ladang Anggur-Mu di Jogja ini, RS Bethesda. Posisiku saat ini di rehab medik adalah rencana-Mu yang sudah Kau tetapkan sejak dari kekekalan. Sudah pasti ada maksud dan tujuan-Mu yang secara detil dari A-Z sudah Kau rancangkan dan semua itu pasti terlaksana, tidak ada yang gagal, tidak ada yang berubah, tidak ada plan B, C, D, E, dst. Bagian tanggung jawabku adalah terus mengkalibrasi kompas batinku seturut firman-Mu agar aku dapat menavigasikan laku komunikasi, koordinasi, dsb di rehab medik ini yang seturut kehendak-Mu, baik itu di dalam pikiran, perkataan, perbuatan, dan perasaanku. Aku tahu dan percaya bahwa Engkau senantiasa menjagaku sejak dari pikiranku, karena bagiku sangat sulit untuk bersikap adil sejak dari pikiran, mengingatk faktor risiko yang ada padaku yang membuatku rawan inkonsisten. Selalu kuingat akan "duri dalam daging" seperti yang Paulus tuliskan itu, dan selalu kuingat pula bahwa kasih karunia-Mu itu cukup bagiku, karena dalam kelemahanku, kuasa-Mu menjadi nyata. Untuk itu semua, sekali lagi aku bersyukur pada-Mu, ya Tuhanku. Firman-Mu selalu terbukti menjaga pikiranku dan hatiku tetap on the track.
Penutup
Masih banyak sebenarnya yang ingin kutuliskan di sini saat ini. Tapi keterbatasan waktu membuatku harus menyudahi dulu tulisanku saat ini. Semoga di lain waktu aku bisa menuliskan lagi semacam ini. Semoga tulisan-tulisan semacam ini bisa bermanfaat juga bagi orang lain yang entah bagaimana nanti mungkin akan membacanya. Jika demikian, maka itu semua bukan kebetulan, tapi memang sudah ada dalam kehendak-Mu yang sempurna.
Akhir kata, terpujilah nama Tuhan yang kusembah, yang ada sejak dari kekekalan sampai kekekalan, yang sempurna dan tidak berubah. Engkaulah Bapa, Putera, dan Roh Kudus yang maha kuasa, yang tidak pernah meninggalkan perbuatan tangan-Mu. Engkaulah Sang Imanuel. Terima kasih, terima kasih, terima kasih. Amin.
Komentar