We Are Different, but We Are One... ^^

Capek dan agak pusing dikit. Itu yang aku rasakan saat ini. Seharian ini dan kemarin aku lumayan sibuk. Sibuk yang produktif. Sibuk di IGD dan sibuk di jalan bersama mas Cah. Untuk kesibukan di IGD sepertinya lain kali saja ya aku ceritakan. Sekarang aku mau sedikit berbagi tentang kesibukanku kemarin bersama mas Cah. Are you ready? Here we go!!! ^^

Biar aku ingat-ingat dulu. Kemarin aku ngapain aja ya...? Hmmm... Ok, kemarin sehabis sibuk di IGD, aku pulang ke rumah Pelem Kecut dijemput mas Cah. Sorenya, aku dan mas Cah jalan-jalan. Tujuan pertama adalah Toko Buku TogaMas di jalan Gejayan. Target operasi adalah mencari majalah Ethical Digest, majalah semijurnal farmasi dan kedokteran. Aku lagi pingin baca-baca sekaligus mengkoleksi majalah tersebut karena sepertinya menarik juga dan aku rasa perlu untuk memperluas pengetahuanku sebagai klinisi. Sayang sekali, setelah putar sana putar sini (dan menahan godaan nafsu membeli buku-buku nontarget ^^) di Togamas, aku tidak menemukan satu pun edisi Ethical Digest. Mas Cah juga sepertinya kurang sabar menungguku yang terpesona oleh buku-buku yang terpajang menggoda iman. Maka dari itu, dengan berat hati, kutahan hasrat hatiku untuk membeli satu dua buku yang menarik... bye bye novel Andrea Hirata yang baru... hiks...

Perjalanan berlanjut. Mas Cah mengajakku ke Amplaz. Tujuannya adalah untuk melihat-lihat harga mebel yang ditawarkan di Carrefour. Sekalian mampir di Gramedia, kalau-kalau ada dijual di sana apa yang kucari itu. Capek juga ngikuti mas Cah, dan agak bosan pula. Mas Cah begitu asyik melihat, memilih, menimbang, memutuskan, dan me- me- yang lainnya. Seperti mas Cah ketika ada di toko buku, demikianlah aku kalau ada di toko-toko mebel, elektronik, dan alat-alat rumah tangga. Bosan... Bosan... Bosan... untunglah, ada beberapa hiburan kecil seperti gambar bergerak, alias film gratisan, yang diputar di TV-TV yang dijual di bagian penjualan TV.

Akhirnya, 'penyiksaan' pun berakhir. Kami ke Toko Buku Gramedia. Dengan perhatian tetap fokus, aku mencari apa yang menjadi target semula. Godaan untuk menjamah dan membeli buku-buku menarik semakin besar saja. Tapi, dengan gagah berani kutangkis semua itu. Dan dengan sedih pula harus kuterima nasib, targetku tidak berhasil kutemukan. Setelah beli dan minum Milo dingin seharga satu CD obralan di Pondok Pujian, kami pun pulang. Sempat mampir di rumah kontrakan di Muja Muju. Tapi rasanya kurang puas. Rasanya capek sekali. Mungkin karena tidak berhasil mendapatkan apa yang kuinginkan.

Sia-siakah semuanya? O rupanya tidak begitu, saudara-saudara. Meskipun aku tidak berhasil mendapatkan barang yang kucari, aku tetap menemukan mutiara yang indah. Dari pengalaman jalan-jalan yang melelahkan tubuh kemarin, aku memperoleh pengalaman dan pembelajaran yang berharga. Aku mulai mengenal lebih lagi akan diriku dan mas Cah. Aku kembali diingatkan bahwa kami memang berbeda. Kalau mas Cah suka barang-barang yang berwujud nyata dan fungsinya jelas kelihatan saat itu juga, aku lebih suka hal-hal yang bersifat rohani dan jiwani. Misalnya, mas Cah suka barang-barang elektronik dan perkakas-perkakas yang praktis sedangkan aku suka merenungkan hal-hal idealis yang tidak kasat mata seperti konsep pendidikan yang ideal, karakter pribadi yang kuat, hubungan yang harmonis dengan Tuhan-manusia-lingkungan, dsb. Mas Cah suka sesuatu yang dapat dirasakan dampaknya saat itu juga sedangkan aku lebih suka menanam sesuatu yang masih berupa konsep abstrak untuk kemudian dituai dalam waktu yang tidak bisa ditentukan di masa yang akan datang. Mas Cah suka hal-hal jasmaniah/material sedangkan aku suka hal-hal rohaniah/spiritual. Pendeknya, inilah bedanya aku dan mas Cah.

Apakah ini merupakan awal dari suatu tragedi atau perpecahan? Tidak. Sama sekali tidak. Aku memandang hal ini sebagai konsep saling melengkapi. Mas Cah yang begini dan aku yang begitu. Tanpa mas Cah, aku tidak bisa apa-apa. Dan tanpa aku, mas Cah pun bukan apa-apa. Kami saling mengisi. Kelebihan kami menutupi kekurangan masing-masing. Biarlah mas Cah asyik dengan kesenangannya terhadap barang-barang elektronik sementara aku asyik dengan bacaan-bacaan yang menguatkan spiritual dan memperkaya batiniahku. Aku percaya, ke depannya kami dapat menjadi team work yang solid. Semuanya karena kami selalu melibatkan pribadi Tuhan dalam setiap keseharian hidup kami. Oleh karena itu, dalam rasa lelah dan capek ini aku mau kembali bersyukur telah diingatkan dan disadarkan akan hal penting ini. Kami memang berbeda, tetapi Tuhanlah yang menyatukan kami. Haleluya. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.