Semangat, Hasrat, dan Minat

Aku harus bersyukur kepada Tuhan, sang sumber ide dan semangat. Berkat anugerah-Nya yang tak terkira dan tak terduga, aku dimampukan untuk mengatasi kecemasanku dengan cara-cara yang kreatif. Berkat anugerah-Nya pula, aku boleh mengalami dan merasakan yang namanya determinasi dan usaha, ketekunan dan daya juang, di samping doa dan keberserahan total pada-Nya. Singkat kata, ora est labora, demikian istilah yang selalu kuingat dari Pendalaman Alkitab para dokter RS Bethesda dulu. Bukan hanya ora et labora, melainkan ora est labora. Artinya kurang lebih begini, doa yang melandasi setiap kerja, atau kerja yang dinafasi oleh doa. Setiap kerja yang kita lakukan dengan sepenuh hati itu adalah wujud nyata dari doa yang sungguh-sungguh.

Seminggu ke depan sudah kuatur jadwal kegiatanku dengan penuh pertimbangan. Ada tenggat waktu dan target yang mesti kupenuhi. Aku mesti mengatur waktu dan energi dengan pas untuk dapat mengerjakan hal-hal berikut ini secara sangkil dan mangkus:

  • melakukan audit klinis dan evaluasi clinical pathway appendektomi pada appendisitis akut simpel untuk kemudian menyusun laporan pencapaian indikator kunci dan indikator mutunya,
  • mempersiapkan proses audit rekam medis tertutup untuk pasien rawat inap yang pulang bulan September 2015,
  • mampir ke Instalasi Bedah Sentral untuk meminta data operasi tonsilektomi dan SC pada abortus inkompletus hari Senin sekitar jam 11-12 siang,
  • ekspedisi ke instalasi laboratorium RS di atas jam 12 siang,
  • mengerjakan audit klinis hernia dengan atau tanpa melibatkan rekan.
Dengan adanya tenggat waktu dan target itu, aku jadi merasa termotivasi secara ekstrinsik. Sedangkan motivasi intrinsikku adalah hasrat untuk belajar sebanyak-banyaknya, sepuasnya, sampai kapan pun aku ada. Hasrat dan minat belajar itulah yang menjadi bahan bakar semangatku. Apa saja bisa kupelajari sepanjang aku menetapkan hati untuk berada dalam modus pembelajar. Hal-hal tersebut di atas merupakan bahan-bahan yang bisa kupelajari. Aku bisa belajar berbagai hal dari situ. Aku bisa belajar mengatur waktu, mengatur energi, memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk tujuan yang baik dan benar. Di situlah aku beroleh nilai tambah. Di situlah karakterku terbentuk. Di situlah jiwaku bertumbuh. 

Untuk menyemangatiku lagi, aku akan mencuplik tulisan pemazmur Ibrani yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Lembaga Alkitab Indonesia ini:
Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil (Mazmur 1: 1-3, TB)
 Inilah iman dan pegharapanku. Shalom!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.