Surat untuk Ibu (5): Istirahat itu Penting

28 Januari 2017

Ytk Ibuku yang kusayangi

Shalom!
Hari ini cerah dengan beberapa awan putih tebal menghiasi birunya langit. Mungkin nanti sore atau malam bakalan turun hujan. Dan sekiranya turun hujan, semoga tidak banjir ataupun disertai angin kencang. Semoga damai sejahtera Tuhan selalu beserta kita di kota Jogja ini. Amin!

Ibu, apa kabarmu hari ini? Apakah Ibu baik dan sehat? Sibukkah Ibu hari ini? Hari ini tanggal merah, libur Imlek. Dan hari ini adalah hari Sabtu atau sabat. Hari yang indah untuk beristirahat. Setelah disibukkan dengan kerja dan kerja yang menguras pikiran dan tenaga, namun juga berlimpah sukacita, marilah kita nikmati waktu istirahat ini, Ibu.

Istirahat itu penting, Ibu. Sepertiga waktu hidup kita dihabiskan untuk tidur karena kita sangat memerlukannya. Maka, benar kata bu Yohana supaya jangan menyesali manakala Ibu tertidur waktu malam dan tidak bangun sampai pagi. Meskipun rasanya gemes dan kesal karena banyak hal yang masih belum selesai, percayalah bahwa semua itu tidaklah sia-sia. Tidur Ibu pun tidak sia-sia. Karena dalam waktu tidur itu, Tuhan sudah merancang mekanisme regenerasi sel-sel tubuh. Oleh karena itu, bersyukurlah Ibu jika masih bisa menikmati dan merasakan tidur malam. Bandingkan dengan orang-orang yang sulit tidur sehingga memerlukan bantuan obat-obat tidur.

Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, itu kata firman Tuhan, Ibu. Nasihat yang sangat tepat sekali bagi kita yang memikul banyak beban dan tanggung jawab, baik itu di rumah maupun di tempat kerja. Bukan berarti kita tidak boleh memikirkan atau menggumulkan suatu atau banyak masalah, Ibu. Maksudnya, kita dinasihati untuk fokus pada hal penting yang sudah kita prioritaskan pada suatu waktu. Dan, urusan selebihnya kita serahkan pada yang lebih kompeten. Ini adalah prinsip yang bagus sekali untuk menjaga stamiba dalam bejerja. Bukan begitu, Bu?
Ibu pasti sudah mengenal dan akrab dengan hal-hal sbb: "Paretto 80/20", "first thing first", dsb. Itu adalah prinsip-prinsip praktis atau hikmat yang tergali dalam ruang lingkup manajemen. Dan aku percaya Ibu pasti juga sudah menghayatinya. Hal itu terbukti dari cara kerja Ibu selama ini. Aku pun belajar untuk bertumbuh dan berkembang seperti itu, Ibu. Mari kita pertahankan dan tingkatkan kinerja kita. Di atas semua itu, aku pikir yang terpenting adalah kita dapat menikmati setiap proses dan hasil jerih payah kita, Ibu. Saat kita benar-benar menikmati, orang lain yang melihat pun akan tertarik ikut. Sehingga, kita tidak sendirian dalam berjuang dan berusaha. Sikap positif dan optimis itu menular, begitu kata pakar-pakar manajemen. Mari kita buktikan, Ibu!

Terima kasih kepadamu, Ibu, untuk sikap positif dan antusiasme yang Ibu tularkan setiap saat. Aku akan teladani dan radiasikan semangat itu sehingga nama Tuhan dipermuliakan. Salam hangat dari anakmu yang terus-menerus belajar. Shalom!

Anakmu,
Yohana Mimi

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.