Proklamasi Restorasi
SEBUAH AWAL
(ditulis pada hari Senin, 26 Januari
2009)
Cuaca di luar mendung, akan turun
hujan. Tapi tidak mengapa. Justru hujan akan meneduhkan jiwaku dan membuatku
merasa nyaman. Seolah seluruh surga bersorak menyetujui apapun yang aku
perbuat. Dan bunyi gemuruh hujan lebat itu seolah suara tepuk tangan yang
bergelora memberi dukungan padaku.
Aku sedang
duduk tenang di kamarku yang nyaman. Lantai dua rumahku yang bisa dibilang
besar dan indah. Aku sedang mencoba menuliskan apa yang kusukai, sesuai anjuran
sesepuh penulis yang aku kagumi, Pak Stephen King. Aku sedang menanti embusan
inspirasi dari sumber kreativitasku yang tertinggi, yaitu Sang Pemberi Hujan.
Entah apa yang akan kutuliskan dan apa pun nanti hasilnya. Aku tidak begitu
peduli akan hasil akhirnya, aku hanya ingin mencoba menikmati proses menulis
yang kata si bapak tadi merupakan proses yang mengasyikkan.
Kembali
terlintas di benakku akan satu kebiasaan yang dulu pernah dan sekarang sedang
aku geluti dengan sangat antusias, yaitu berdoa. Bukan sembarang doa, melainkan
doa syafaat yang penuh kuasa. Entah kenapa aku suka sekali berdoa. Mungkin
karena faktor kepribadianku yang terbilang cukup introvert ini. Aku lebih suka
dan lebih bisa merasa eksis saat aku sendirian di kamar seperti ini. Aku bisa
curhat sepuasnya sama Sang Pencipta mengenai apa pun, mulai dari yang paling
sederhana seperti sakit pilek yang sedang kuderita saat ini sampai ke hal-hal
kompleks seperti konflik Israel dan Palestina di jalur Gaza sana. Aku suka
menceritakan uneg-unegku yang paling pribadi seperti siapa orang yang sedang
kutaksir, kubenci, bahkan siapa yang ingin kubawa kepada Sang Juru Selamat.
Pendek kata, aku suka sekali sama yang namanya curhat, terutama curhat dengan
Sahabat Sejati.
Selain
curhat dengan Tuhan Yesus (ups, akhirnya kelepasan juga menyebut merk), aku
juga suka sharing dengan teman-teman via chatting di internet. Entah kenapa
kalau chatting aku bisa ngobrol panjang lebar. Padahal di dunia nyata aku ini
dikenal sebagai anak yang pendiam, jarang sekali ngomong atau ngobrol. Aku jadi
bingung sedikit, sebenarnya aku ini orangnya bagaimana sih? Mungkin aku bisa
menilai diriku demikian: aku sebenarnya hangat dan punya “passion” untuk
berbagi cerita dengan siapa saja tetapi terhalang oleh rasa malu dan kurang
percaya diriku yang keterlaluan besarnya itu. Maka dari itu, aku sekarang punya
target khusus untuk diriku sendiri. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah
bagaimana membuat diriku sendiri bisa terbuka dan percaya diri sedemikian rupa
sehingga hasrat untuk berbagi cerita dengan sesame dapat tersalurkan.
Oke, masalah
pertama sudah terpecahkan yaitu rumusan target jangka pendek. Selanjutnya
adalah bagaimana mewujudkannya. Langsung
menerobos tanpa ba bi bu, lihat keadaan, atau menunggu saat yang tepat? Hmmm…
sepertinya semuanya tergantung bagaimana situasinya nanti, apa yang bakalan
kuhadapi. Yang terutama adalah bagaimana keteguhan hatiku. Apakah aku akan
langsung loyo dan nglokro saat situasi di luar yang kubayangkan sebelumnya?
Misalnya, aku membayangkan akan bisa akrab dengan teman-teman yang selama ini
jarang aku ajak ngobrol bareng. Terus ketika saatnya “tampil” tiba, aku jadi
mati gaya dan mati kutu. Seperti itu… Apa yang bakal aku lakukan? Diam saja di
sudut dan menanti lain kali? Ya kalau ada yang namanya lain kali. Kalau tidak?
Jadi seperti berjudi atau gambling saja ya… Yang jadi taruhan adalah sikapku
sendiri yang sulit ditebak… Yang bertaruh adalah aku, Tuhan, dan entah siapa
lagi yang berminat… Yang jelas aku dan Tuhan harus dipastikan ada di pihak yang
sama supaya aku nggak mati konyol karena Tuhan adalah Masternya… (master of
gambling? Hehe… )
Untuk itu,
aku menetapkan hatiku mulai detik ini untuk benar-benar berserah dan
mengandalkan diri pada The Master, The One and The Only, Jesus Christ
(lagi-lagi menyebut merk). Bukan klise, bukan… biar lebih afdol, aku mau buat
pernyataan yang lebih resmi supaya berkesan tidak main-main…
“Dengan ini,
Saya, Yohana Puji Dyah Utami, mulai detik ini akan berserah total dan
sungguh-sungguh percaya serta mengandalkan Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan
satu-satunya dalam menghadapi hidup ini. Biarlah kiranya Tuhan Yesus,
malaikat-malaikat, dan seluruh penghuni surga menjadi saksi deklarasi ini.
Hanya di dalam satu nama saja deklarasi ini dibuat yaitu dalam nama Tuhan Yesus
Kristus. Amen.”
Tertanda,
Yohana Puji Dyah Utami
Komentar