Murakabi Selayang Pandang
Setiap Rabu sore sampai malam,
aku dan Mas Cah biasanya menghadiri acara persekutuan doa dan pendalaman
Alkitab kalangan keluarga berjiwa muda di lingkungan GKJ Gondokusuman
Yogyakarta. Persekutuan ini akrab disebut sebagai persekutuan keluarga
Murakabi, disingkat PKM. Pada awal pembentukannya, PKM ini merupakan singkatan
dari Persekutuan Keluarga Muda karena awalnya dibentuk sebagai wadah bersekutu
keluarga-keluarga anggota jemaat GKJ Gondokusuman yang masih terbilang muda usia
perkawinannya. Seiring berjalannya waktu, ternyata bukan hanya keluarga muda
saja yang menjadi anggota aktifnya, melainkan juga para ibu-ibu yang sudah
janda ataupun lama usia perkawinannya. Dengan hikmat dan kearifan yang ada,
maka dipakailah nama “murakabi” sebagai pengganti kata “muda”.
Murakabi
sendiri kurang lebih berarti menjangkau sampai luas, bukan hanya berguna bagi
lingkungan keluarga atau kelompok sendiri. Dengan filosofi yang indah itulah
persekutuan ini bertumbuh. Anggota yang datang dan berinteraksi semakin lama
semakin bertambah banyak dan erat hubungannya. Seperti layaknya persekutuan
pada umumnya, setiap Rabu acara diisi dengan puji-pujian, doa, berbagi
kesaksian hidup, dan pemaparan aplikasi firman TUHAN oleh para pembicara yang
berkompeten di bidang masing-masing. Acara sering berlangsung santai, tidak
kaku, selalu penuh canda tawa. Tidak ada kata bosan atau kapok bagiku dan Mas
Cah untuk mengikuti acara-acara persektuan bersama keluarga murakabi ini.
Ada
tiga hal penting yang menjadi catatan dari adanya persekutuan murakabi ini. Hal
pertama adalah pengenalan akan TUHAN dan kebenaran firman-Nya. Dalam setiap
acara persekutuan itu, setiap pembicara tidak melulu berlatar belakang
theologia atau kependetaan. Malah seringnya pembicara berasal dari kalangan
awam atau profesional seperti dokter, psikolog, pendidik, marketing, dan lain
sebagainya. Wawasan kami jadi bertambah luas. Kami menjadi mengerti mengenai
dunia kesehatan, psikologi, pendidikan, bisinis, dan lain-lain yang lebih
membumi dan relevan dengan kebutuhan sehari-hari. Setiap tema atau materi
dibahas secara mendalam dan diberi dasar kebenaran firman TUHAN-nya oleh
pendeta yang selalu hadir mendampingi persekutuan murakabi ini. Yang paling
menarik dari sesi ini adalah bagian diskusi interaktifnya. Setiap orang yang
merasa tergerak atau berkepentingan selalu melontarkan komentar atau pertanyaan
cerdas dan menggelitik yang semakin mempertajam perspektif kami akan tema yang
diusung. Bisa dikatakan, dalam persekutuan murakabi ini, selalu terjadi proses
pembelajaran yang tidak pernah berakhir. Pembelajaran akan hidup dan dasar
firman TUHAN yang menjadi penuntun bagi hidup itu.
Hal
kedua adalah tentang persekutuan antaranggota murakabi itu sendiri. Setelah
dibekali dengan firman TUHAN dan hikmat kehidupan sehari-hari, maka dalam
keseharian, para anggota murakabi selalu mempraktekkannya pertama-tama dengan
mewujudkan kasih yang tulus antara sesama anggota. Keakraban dan keguyuban yang
indah terjadi dengan luar biasa dalam kehidupan sehari-hari anggota persekutuan
murakabi ini. Hal itu tampak dari aktivitas dan kegiatan yang bersifat sosial
kekeluargaan yang sering terjadi. Misalnya, jika ada anggota yang sakit atau
tertimpa musibah, maka anggota-anggota yang lain selalu berinisiatif untuk menjenguk
dan memberikan dukungan dalam doa, daya, dan terkadang dana pula. Hal ini
pernah kurasakan ketika aku melahirkan anak pertama kami, Asa, di rumah sakit
ladang TUHAN di Yogyakarta ini. Sebagian besar anggota persekutuan murakabi
beramai-ramai datang menjenguk dan mendoakan kami waktu itu. Persekutuan yang
indah ini sungguh nyata kurasakan. Jika bukan TUHAN yang bekerja membentuknya,
maka tidak mungkin kesatuan hati dan keakraban yang murni itu dapat terwujud
sedemikian rupa.
Hal
ketiga adalah kegiatan atau aksi persekutuan murakabi terhadap lingkungan di
luar persekutuan. Selama ini persekutuan murakabi sering mempersembahkan
talenta dalam memuji TUHAN di gereja-gereja lain dan acara-acara tertentu,
seperti acara pernikahan dan penghiburan kematian. Dari hal-hal sederhana itu,
terjalin suatu komunikasi dan semangat yang nyata dalam berbagi kasih dan
berkat kepada sesama di luar tembok gereja. Selain itu, sedang dilakukan pula
usaha yang bersifat menjangkau semua orang di gereja yaitu usaha menyediakan
kebutuhan pokok sehari-hari dalam harga murah yang siap diantar sesuai pesanan.
Ke depannya, mungkin akan ada aksi yang lebih luas lagi yang dapat menjangkau
masyarakat yang lebih luas, bukan hanya masyarakat Kristen dalam lingkungan
gereja.
Murakabi
adalah persekutuan dengan semangat yang terus-menerus bertumbuh, mengalir, dan
bergerak menjangkau ke luar kepada lingkungan yang lebih luas, sama seperti
makna filosofinya. Aku sungguh bersyukur terlibat dan terhisap dalam persekutuan
yang indah ini. Kiranya murakabi dapat terus menjadi saluran berkat yang
memberkati setiap orang yang ada di sekitarnya. Bravo! Maju terus murakabi!
(Rumah Sakit Ladang
Anggur TUHAN di Yogyakarta, Senin 15 April 2013)
Komentar