Memulai dan Menemukan Tujuan

Saat yang paling terasa berat adalah saat memulai sesuatu, misalnya saat hendak membaca, menulis, belajar, bekerja, dll. Rasanya seperti ada halangan tak terlihat yang menahan kita untuk sekedar beranjak dari stadium diam. Belum lagi jika stadium diam itu adalah kondisi jiwa terendah alias malas berbuat apa-apa. Diperlukan lompatan iman yang diikuti perbuatan yang nyata untuk merobohkan hambatan tak terlihat itu. Jika hanya lompatan iman, maka tidak akan terjadi apa-apa. Betul apa kata penulis Alkitab (kitab Yakobus) yaitu bahwa iman tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati. Untuk memulai sesuatu saja dibutuhkan iman dan perbuatan, apalagi untuk meneruskan secara konsisten sampai selesai.

Sesungguhnya, apa yang membuat kita malas dan tidak bersemangat? Mungkin itu karena kegagalan dalam menemukan passion yang tepat bagi jiwa. Hidup jadi asal mengalir saja, tanpa tujuan yang pasti. Kehidupan jadi tampak semu, karena hanya merupakan tiruan saja dari kehidupan sejati. Jika dibiarkan berlarut-larut, maka kita berangsur-angsur akan terjatuh (lagi) dalam jurang depresi yang kelam. Lalu bagaiamana? Apa yang harus kita lakukan? Berhenti, amati, renungi, resapi, dan dapatkan kembali semangat jiwa kita! Lawanlah kemalasan itu! Jangan menyerah! Kita belumlah kalah! Percayalah! Meskipun belum terlihat ujungnya, setidaknya kita tidak terjebak dalam kubangan depresi yang melumpuhkan.

Sesaat sebelum memulai sesuatu adalah saat yang paling berat. Tapi begitu sudah dimulai dan dijalankan, entah itu membaca, menulis, belajar, dan bekerja, rasa malas dan berat tahu-tahu sudah hilang entah ke mana. Yang ada hanyalah perasaan ringan seperti kereta api meluncur di atas relnya. Rasanya ingin terus menerus berlangsung, tidak ingin berhenti. Mungkin hukum kelembaman dan momentum berlaku di sini. Kita cenderung untuk mempertahankan kondisi kita saat ini, entah itu diam atau bergerak. Apapun itu, bergerak lebih baik daripada diam dalam kekelaman.

Setelah bergerak, satu hal yang harus kita lakukan adalah menentukan tujuan. Jika kita asal bergerak, kita hanya terjebak lagi dalam arus putaran waktu yang tidak menuju ke mana-mana. Kita hanya akan kehabisan tenaga dan hidup sia-sia. Aku mengistilahkannya sebagai hidup yang sia-sia. Oleh karena itu, diperlukan pikiran yang senantiasa terjaga dan awas. Pikiran yang terjaga itu akan mencari terus tujuannya sampai ketemu. Tujuan itulah yang menjadi dasar gerak kehidupan kita. Hidup menjadi penuh gairah, tidak lagi sia-sia.

Ada di manakah kita saat ini? Diam? Bergerak? Sudahkah kita menemukan tujuan kita? Sudahkah kita memulai melakukan sesuatu? Sudahkah pikiran kita hidup dan waspada?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.