Sebuah Awal

Cuaca di luar mendung, akan turun hujan. Tapi tidak mengapa. Justru hujan akan meneduhkan jiwaku dan membuatku merasa nyaman. Seolah seluruh surga bersorak menyetujui apa pun yang aku perbuat. Dan bunyi gemuruh hujan lebat itu seolah suara tepuk tangan yang bergelora memberi dukungan padaku.

Aku sedang duduk tenang di kamarku yang nyaman. Lantai dua rumahku yang bisa dibilang besar dan indah. Aku sedang mencoba menuliskan apa pun yang kusukai, sesuai anjuran sesepuh penulis yang aku kagumi, Pak Stephen King. Aku sedang menanti embusan inspirasi dari sumber kreativitasku yang tertinggi, yaitu Sang Pemberi Hujan. Entah apa yang akan kutuliskan dan apa pun nanti hasilnya. Aku tidak begitu peduli akan hasil akhirnya, aku hanya ingin mencoba menikmati proses menulis yang kata si bapak tadi merupakan proses yang mengasyikkan.

Kembali terlintas di benakku akan satu kebiasaan yang dulu pernah dan sekarang sedang aku geluti dengan sangat antusias, yaitu berdoa. Bukan sembarang doa, melainkan doa syafaat yang penuih kuasa. Entah kenapa aku suka sekali berdoa. Mungkin karena faktor kepribadianku yang terbilang cukup introvert ini. Aku bisa curhat sepuasnya sama Sang Pencipta mengenai apa pun, mulai dari yang paling sederhana seperti sakit pilek yang sedang kuderita saat ini sampai ke hal-hal kompleks seperti konflik Israel dan Palestina di jalur Gaza sana. Aku suka menceritakan uneg-unegku yang paling pribadi seperti siapa orang yang sedang kutaksir, kubenci, bahkan siapa yang ingin kubawa kepada Sang Juru Selamat. Pendek kata, aku suka sekali sama yang samanya curhat, terutama curhat dengan Sahabat Sejati.

Selain curhat dengan Tuhan Yesus (ups, akhirnya kelepasan juga menyebut merk), aku juga suka sharing dengan teman-teman via chatting di internet. Entah kenapa kalau chatting aku bisa ngobrol panjang lebar. Padahal di dunia nyata aku ini dikenal sebagai anak yang pendiam, jarang sekali ngomong atau ngobrol. Aku jadi binggung sedikit, sebenarnya aku ini orangnya bagaimana sih? Mungkin aku bisa menilai diriku demikian: aku sebenarnya hangat dan punya "passion" untuk berbagi cerita dengan siapa saja tetapi terhalang oleh rasa malu dan kurang percaya diriku yang keterlaluan besarnya itu. Maka dari itu, aku sekarang punya target khusus untuk diriku sendiri. Apa itu? Tidak lain dan tidak bukan adalah bagaimana membuat diriku sendiri bisa terbuka dan oercaya diri sedemikian rupa sehingga hasrat untuk berbagi cerita dengan sesama dapat tersalurkan.

Oke, masalah pertama sudah terpecahkan yaitu rumusan target jangka pendek. Selanjutnya adalah bagaimana mewujudkannya. Langsung menerobos tanpa ba bi bu, lihat keadaan, atau menunggu saat yang tepat? Hmmm... sepertinya semuanya tergantung bagaimana situasinya nanti, apa yang bakalan kuhadapi. Yang terutama adalah bagaimana keteguhan hatiku... Apakah aku akan langsung loyo atau nglokro saat situasi di luar yang kubayangkan sebelumnya? Misalnya, aku membayangkan akan bisa akrab dengan teman-teman yang selama ini jarang aku ajak ngobrol bareng. Terus ketika saatnya "tampil" tiba, aku jadi mati gaya dan mati kutu. Seperti itu... Apa yang bakal aku lakukan? Diam saja di sudut dan menanti lain kali? Ya kalau ada yang namanya lain kali... jalau tidak? Jadi seperti berjudi atau gambling saja ya... Yang jadi taruhan adalah sikapku sendiri yang sulit ditebak... Yang bertaruh adalah aku, Tuhan, dan entah siapa lagi yang berminat. Yang jelas aku dan Tuhan harus dipastikan ada di pihak yang sama supaya aku nggak mati komyol karena Tuhan adalah Masternya... (master of gambling? hehe)

Untuk itu, aku menetapkan hatiku mulai detik ini untuk benar-benar berserah dan mengandalkan diri pada The Master, The One and Only, Jesus Christ (lagi-lagi menyebut merk). Bukan klise, bukan... biar lebih afdol, aku mau buat pernyataan yang lebih resmi supaya berkesan tidak main-main...

"Dengan ini, saya, Yohana Puji Dyah Utami, mulai detik ini akan berserah total dan sungguh-sungguh percaya serta mengandalkan Tuhan Yesus sebagai sumber kekuatan satu-satunya dalam menghadapi hidup ini. Biarlah kiranya Tuhan Yesus, malaikat-malaikat, dan seluruh penghuni surga menjadi saksi deklarasi ini. Hanya di dalam satu nama saja deklarasi ini dibuat yaitu dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Amen."

TTD


Yohana Puji Dyah Utami

Note: bagaimana? lumayan tidak untuk sebuah awal latihan menulis? Hehe...

Komentar

onlygrace mengatakan…
Hei aku sungguh suka tulisanmu. Tetep semangat ya!!! Tuhan Yesus tetap yang terbaik
Yohana Mimi mengatakan…
wah terima kasih ya... sudah mau meninggalkan komentar... yosh! Semangat! Tuhan Yesus memberkati!!!

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.