Boncel Bersyukur

Boncel mau ngapain lagi sekarang ya? Entahlah… sudah lama Boncel tidak diajak main apalagi jalan-jalan oleh Mimi Imut dan Yoyo Imut. Padahal Boncel butuh refreshing. Boncel pingin lihat dunia luar. Selama ini Boncel terkurung di garasi yang pengap dan bau bersama Geol dan Jabrik. Makin gendut dan berisiko terkena stroke atau serangan jantung saja karena hanya diberi makan banyak tanpa ada exercise seperti lari-lari atau jalan-jalan. Padahal dulu Mimi Imut dan Yoyo Imut sering mengajak Boncel jalan-jalan keliling kampung. Sekarang? Mimi Imut dan Yoyo Imut semakin asyik dengan mainan baru mereka yaitu FB dan YM, entah makanan dari mana itu. Boncel nggak mau tahu. Boncel pingin bebas!!! Sudah saatnya untuk melakukan aksi!!!
“Pingin bebas ke mana Cel?” tanya Geol sambil menguap malas. Perut Geol pun ikut-ikutan membuncit. Padahal, dulu Geol termasuk pelari tercepat di antara mereka bertiga.
“Ah, mau tahu saja kamu, Ol,” jawab Boncel aras-arasen. “Mengganggu kenikmatan saja.”
“Lho, kamus sedang apa, Cel?” tanya Geol lagi.
Ternyata, sambil melamunkan kebebasannya, Boncel sedang asyik devekasi alias pup atau BAB. Tempatnya? Di mana lagi kalau bukan di dekat sumur.
“Ah, leganya…” seru Boncel senang. Memang aktivitas BAB itu kalau dinikmati dan dihayati akan menghasilkan inspirasi yang inovatif. Contohnya adalah pemikiran tentang kebebasan yang dialami oleh Boncel.
“Astaga, Boncel… bukannya kamu setengah jam yang lalu sudah BAB?” tanya Geol.
“Sssst… jangan bilang-bilang,” sergah Boncel. :”Kalau ketahuan, aku bisa kena marah sama ibu. Kita kan tahu ibu paling nggak suka mencium bau pesing dan prengus yang kita produksi.”
“Hahaha… bukan kena marah Cel, tapi kena malu!!! Kamu malu kalau ketahuan semua orang kebiasaanmu BAB di dekat sumur yang keseringan itu!!!” seru Geol kegirangan.
“Weee… ngawur!!!”
“Omong-omong, apa sih yang kamu pikirkan tadi sembari BAB?” tanya Geol.
“Mau tahu aja…”
“Ayolah, Cel… kita kan teman…”
“Teman apaan? Kita cuma dua ekor anjing malang yang terkurung di balik tembok penjara yang semakin lama semakin gendut dan tua. Nobody wants us anymore,” keluh Boncel.
“Wew, sejak kapan kamu bisa bahasa Inggris, Cel?”
“Jangan salah ya, jelek-jelek begini nenek moyangku dari Skotlandia, tahu?!”
“Iya, iya…” kata Boncel dengan agak sedih. “Dibandingkan denganmu yang punya garis keturunan murni, aku ini cuma ras campuran yang nggak jelas, Cel. Nggak bakalan laku dijual.”
“Lho, kok gantian kamu yang ikut-ikutan sedih?”
“Habis kamu mengingatkanku akan asal-usulku sih…” Geol semakin sedih saja.
“Sudah, nggak usah sedih…” hibur Boncel.
“Nggak sedih gimana? Kamu sendiri juga lagi sedih begitu… siapa lagi nih yang bakalan menghibur kita?”
Sunyi. Tidak ada jawaban. Hanya suara angina semilir dan kicauan burung yang nggak diketahui jenisnya apa. Maklum, Boncel dan Geol tidak pernah lagi bergaul dengan spesies lain semenjak mereka terkurung di dalam rumah berbulan-bulan.
“Kenapa kalian murung dan diam begitu, anak-anak?” tiba-tiba Jabrik memecahkan kesunyian yang menyiksa itu.
“Hm hm…” jawab keduanya.
“Ayolah, ceritakan sama aku, siapa tahu aku bisa bantu,” kata Jabrik lagi.
“Jabrik, kenapa kamu kelihatan biasa-biasa saja, bahkan cenderung menikmati kondisi yang kita alami saat ini?” tanya Boncel.
“Hah? Apa maksudmu? Kondisi yang bagaimana?” tanya Jabrik kebingungan.
“Yah, kamu bisa lihat sendiri… kita sudah lama terkurung di sini, nggak pernah lagi diajak keluar untuk sekedar jalan-jalan, jarang dimandikan, terlalu banyak dikasih makan, bisa-bisa kita obesitas dan berisiko terkena penyakit pembuluh darah…” keluh Boncel yang diiyakan oleh Geol.
“Astaga, separah itukah?” tanya Jabrik tidak percaya.
“Lihat saja kondisi kita sekarang ini… Beberapa tahun yang lalu kita masih langsing dan tidak seperti sekarang,” jawab Boncel.
“Hmmm…” Jabrik manggut-manggut.
Boncel melanjutkan keluh kesahnya dan begitu juga dengna Geol. Jabrik hanya manggut-manggut saja, mendengarkan dengan seksama kedua juniornya itu. Tiba-tiba, mereka bertiga merasakan tanah di bawah kaki mereka bergoyang-goyang semakin lama semakin kencang.
“Gempaaa!!!” seru mereka bertiga berbarengan.
Untunglah gempa cuma sebentar. Nggak seperti tahun 2006 dulu.
“Wew, untung kita nggak kejatuhan pohon di jalan,” seru Jabrik.
“Iya, untung kita nggak tertabrak motor yang oleng,” timpal Geol.
“Hm hm…” Boncel hanya berdehem.
“Untung ya, rumah ini masih kokoh berdiri dan penghuninya gak panikan,” lanjut Jabrik.
“Untung juga mereka bukanlah pemakan anjing,” kata Geol, (Geol tidak tahu kalau pada saat-saat tertentu, para penghuni rumah pun memakan anjing untuk merayakan tahun baru).
“Untung bla bla bla…” Jabrik dan Geol sibuk mensyukuri betapa mujurnya nasib mereka. Boncel mendengarkan mereka tanpa berkata apa-apa. Kemudian Boncel meninggalkam Jabrik dan Geol dan mengambil tempat di pojok garasi untuk merenung kembali.
Memang beruntung nasibnya jika dibandingkan dengan anjing-anjing lain yang berkeliaran bebas di kampung-kampung namun akhirnya mati diracun atau hilang diculik. Memang beruntung nasibnya jika dibandingkan anjing-anjing yang mati kelaparan atau mati disembelih. Bahkan jika dibandingkan dengan Mimi Imut dan Yoyo Imut yang tampaknya semakin sibuk dengan urusan masing-masing, Boncel masih merasa lebih beruntung karena dia tidak perlu bekerja untuk mendapatkan makanan. Meskipun semakin bau dan gendut, Boncel merasa bahwa dia masih disayangi oleh para penghuni rumah Pelem Kecut. Sungguh beruntung.
Dan saking lelahnya merenung, Boncel pun ketiduran. Tidur dalam damai. Boncel akhirnya sedikit bisa mensyukuri keadaannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.