Residen Anestesi

Bicara tentang residen anestesi... hmmm... sebenarnya mereka rata2 baik sih... terutama yang cowok... tapi yang cewek... hmmm... kok pada jutek ya? Apa karena kecapekan? Memang sih, stase anestesi itu capek banget secara fisik (dan mental juga). Tiap hari kerjanya main di OK bergelut dengan obat bius dan berkecimpung dengan nyawa pasien yang berada di tangannya. Benar2 beban yang berat. Apalagi bagi cewek yang terkenal suka memadukan antara hati dan pikiran sehingga menjadi relatif lebih rumit jika dibandingkan dengan cowok yang katanya bisa memilah-milah mana urusan hati dan mana urusan pikiran. Rata2 para residen sudah pada berkeluarga sehingga ada kemungkinan perhatian mereka terpecah antara kerja dan keluarga. Maka wajar saja jika sikap mereka kadang terlihat kurang menyenangkan. Mungkin waktu itu mereka sedang be te karena masalah pasien dan keluarga campur aduk jadi satu dan aku serta teman2ku berada pada tempat dan waktu yang tidak tepat. Nasib, nasib... memang inilah risikonya masuk di dunia anestesi yang penuh dengan kejutan. Apakah melulu suram dan mengerikan seperti itu sih di anestesi? Tentu saja tidak!

Di balik semua kejutekan residen anestesi khususnya yang cewek, aku percaya pasti ada jiwa manusia yang hangat penuh kasih sayang dan senyuman manis tersembunyi yang belum ditampakkan karena terbentur kesibukan melayani pasien yang harus dinomorsatukan. Aku percaya bahwa mereka itu pada dasarnya baik. Pasti nanti ada waktunya di mana mereka dapat menunjukkan sisi protagonis yang manis. Ya, ini keyakinan dan harapanku. Karena aku yakin nggak ada manusia yang jahat 100%, pasti ada sisi baik di balik wajah sangar yang mengecilkan hati itu.

Kenapa aku tiba2 ingin menuliskan tentang residen anestesi yang jutek ini? Karena kemarin waktu jaga UGD, aku mengalami sendiri dijutekin tanpa alasan yang jelas oleh seorang residen cewek, sudah tentu residen anestesi. Rasanya kaget campur sedih. Memangnya apa sih salahku sehingga aku layak diperlakukan sedemikian rupa? Aku memang nggak suka diperlakukan kasar baik secara fisik maupun psikologis. Meskipun mungkin ada yang bilang bahwa perlakuan kasar atau bullying itu dapat mendewasakan dan membuat kita lebih tangguh, aku tetap tidak setuju dengan berbagai bentuk sikap kasar tidak bersahabat itu. Apa tidak bisa mereka bersikap sedikit lebih halus, lembut, dan ramah? Kalau memang demikian adatnya anestesi itu, pantas saja bapakku jadi seperti punya kepribadian ganda, di rumah jutek tapi di kantor bisa ramah.

Daripada menyalahkan orang lain, lebih baik aku introspeksi diri.. Kalau aku merasa nggak terima diperlakukan kasar oleh residen, bagaimana dengan Lik Sar yang sering aku perlakukan sedemikian rupa juga? Meskipun Lik Sar nggak melakukan kesalahan apa pun, dalam hati aku sering melontarkan kebencian tanpa alasan yang jelas. Aku ternyata nggak jauh beda dengan residen anestesi yang jutek itu, bahkan aku jauh lebih parah karena aku melakukan kebencian itu setiap hari, nggak cuma sekali. Padahal Tuhan Yesus sendiri yang bilang bahwa membenci orang lain itu sudah sama dengan membunuh. Berarti sudah berapa kali aku membunuh Lik Sar ya? Berkali-kali donk... hiii... seram... Aku bertobat deh... aku nggak akan lagi membenci Lik Sar dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatanku... Aku memohon pertolongan Roh Kudus untuk memampukanku mengasihi Lik Sar dengan kasih agape sama seperti Tuhan Yesus sudah mengasihi aku. Ya, ini komitmenku. So, no more bullying. Stop hating. Start to love. Make a new day. Amin. Haleluya!!!!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.