Ganti Stase dan Sukacita yang Menghilang

Stase anestesi yang cuma 2 minggu ini akhirnya terlalui juga... Stase yang penuh dengan keseruan dan kesibukan di OK tiap hari... perasaan nggak terlalu melelahkan tuh seperti yang selama ini kubayangkan... aku bersyukur mendapat dosen pembimbing yang baik hati dan menyemangati seperti dr. Djayanti Sari, SpAn... malah kemarin waktu refleksi terakhir, kami sekelompok ditraktir oleh beliau di FoodFest jalan Kaliurang... dunia jadi terasa indah ya... hehe...Cuma sayang keindahan itu nggak berlanjut waktu aku ke gereja sorenya... entah kenapa aku nggak merasa getaran2 sorgawi seperti yang biasanya kurasakan... mungkin aku terlalu capek atau kurang persiapan waktu ke gereja, jadi waktu puji2an yang seharusnya bikin aku merinding, aku malah gak dapet banget soulnya.... padahal waktu lihat mas Prambanan yang jadi singer, aku bisa melihat bagaimana mas Prambanan begitu menikmati hadirat Tuhan... dan waktu doa syafaat juga, kedengaran banget kalo mas Prambanan begitu dekat dengan Tuhan... Sepertinya memang benar bahwa semuanya itu tergantung orangnya masing2, bukan lingkungan sekitarnya... kalau kita mau terus menerus melekat pada Tuhan, maka nggak peduli situasi apa pun yang terjadi di sekitar kita, kita akan terus menerus menikmati hadirat Tuhan.... dan semuanya itu akan dapat terpancar keluar sehingga dapat terlihat oleh orang lain... wow... pelajaran yang berharga sekali...

Kenapa ya aku kok bisa kehilangan moment yang berharga waktu di gereja kemarin sore? Apa benar cuma karena kecapekan? Atau ada dosa yang terselip dan bikin aku nggak bisa melihat Tuhan yang kudus? Memang sempat sih terlintas di pikiranku hal2 yang nggak kudus yang nggak layak untuk diceritakan... tapi aku segera mengcounter pikiran tersebut kok... terus kenapa ya? Apa karena pengaruh pengalaman waktu jaga terakhir yang bikin aku merasa seperti orang paling bodoh sedunia? Entahlah... yang jelas, perasaan sukacita kemarin sepertinya telah tercuri dari dalam hatiku.... aku merasa datar2 aja... benar2 boring...

Bicara soal perasaan, seorang hamba Tuhan bernama Bu Ninin (kenalannya Tante Ika di Samarinda) mengatakan bahwa hubungan kita dengan Tuhan tidak ditentukan oleh perasaan kita saja... Jadi, apapun yang kita rasakan, baik itu sukacita maupun tidak, kita tetap dapat menyembah dan memuji Tuhan.... Hmmm... sepertinya dulu Mbak Nina juga pernah mengatakan hal yang sama... kita memuji Tuhan itu tidak tergantung pada perasaan... tapi iman... Dan kita mendekati Tuhan dalam penyembahan itu bukanlah mengejar perasaan melainkan mengejar hadiratNya... yang terpenting adalah menyenangkan hati Tuhan terlebih dahulu... Sepertinya aku masih perlu lebih banyak belajar lagi akan hal ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.