Sepanjang Lorong Rumah Sakit
Rumah sakit ladang anggur TUHAN
di Yogyakarta ini sungguh menarik dan mengesankan. Bangunannya kuno, termasuk
cagar budaya. Di situ banyak peninggalan sejarah dan kenangan-kenangan yang
bernilai tinggi. Yang paling menunjukkan ciri khas adalah lorong-lorongnya yang
panjang itu. Katanya, tidak boleh diubah bentuknya. Itu adalah penanda bahwa
rumah sakit ini berdiri di atas tanah milik Kesultanan Yogyakarta. Lihat saja
tiang-tiangnya yang bercat hijau tua khas keraton itu! Lorong rumah sakit ini
panjangnya terhitung cukup lumayan untuk meningkatikan aktivitas fisik berjalan
kaki kita. Dari kelurahan Klitren sampai Kotabaru ia membentang, sekitar
setengah kilometer panjangnya. Jika kita kekurangan tempat untuk berjalan kaki,
maka manfaatkanlah lorong rumah sakit ini dari ujung timur ke ujung barat.
Cukup dua puluh menit sehari berjalan kaki untuk menambah kualitas dan
kuantitas aktivitas fisik kita.
Selain
lorongnya yang bersejarah, tentu saja di rumah sakit ini terdapat banyak
ruangan atau bangsal. Ada yang sudah kuno sekali, setengah kuno, dan baru. Yang
kuno sekali tidak boleh dirombak karena merupakan cagar budaya juga. Kalau toh
mau merombak, tidak boleh mengubah bentuk aslinya. Itu sudah ketentuan
undang-undang. Konon, di bagian bangsal yang kuno itu terdapat banyak kejadian
irasional yang melibatkan makhluk-makhluk gaib alias hantu. Sudah banyak orang
yang mengalami sendiri interaksi dengan para hantu, baik itu yang bersifat
sekedar gangguan iseng sampai gangguan yang mengerikan. Tapi sejauh ini, tidak
sampai terjadi gangguan yang mengancam nyawa.
Sebagai
seorang karyawannya, aku juga suka berjalan-jalan menjelajah lorong-lorong
rumah sakit ini. Biasanya aku ambil waktu pagi hari sekitar jam sembilan untuk
melakukan ekspedisiku. Sambil melakukan tugasku, aku berjalan dari ujung timur
sampai ke ujung barat mengunjungi bangsal-bangsal. Sambil berjalan, aku menyapa
dan menebar senyum kepada sesama karyawan rumah sakit. Kalau ada yang kenal,
aku sempatkan untuk berhenti sebentar sekedar berbasa-basi dengannya. Sungguh
menyenangkan berbagi senyum, sapa, dan salam itu. Aku jadi ingat cerita yang
berjudul “pay it forward”, yaitu tentang berbuat kebaikan kepada orang lain
yang berefek berantai menimbulkan mata rantai kebaikan lainnya. Aku percaya
secercah senyumku dapat mencerahkan hari orang-orang yang kusapa itu. Dan
mereka yang terkena efek senyum dan sapa itu pun akan melanjutkan energi
positif yang mereka terima ke siapa pun yang mereka jumpai berikutnya. Luar
biasa!
Banyak
hal yang kuperoleh dari kegemaranku berjalan-jalan di lorong rumah sakit ini.
Yang pertama adalah badan menjadi segar dan bugar. Tidak terasa aku sudah
berjalan sekitar satu kilometer setiap harinya. Aku tidak merasa capek atau
bosan karena ada interaksi yang hangat dan menyenangkan dengan sesama yang
kutemui sepanjang perjalanan. Tugas-tugas pun dapat kulakukan tanpa rasa
terbebani yang amat sangat. Selain itu, banyak hal inspiratif yang kudapatkan.
Salah satu hak inspiratif itu adalah merasakan kasih, sukacita, dan kebaikan
dari orang-orang yang kutemui di sana. Tidak peduli masalah apa yang sedang
menggelayuti hati mereka, saat mereka tersenyum itu seolah-olah ada beban yang
terangkat yang membuat mereka beroleh tambahan kekuatan untuk melanjutkan hidup.
Sukacita dan pengharapan seperti inilah yang kurasakan menjadi jiwa dan
semangat segenap civitas hospitalia rumah sakit ini. Kiranya dengan blusukan
dan penjelajahanku ini aku pun dapat menebarkan atmosfer pengharapan bagi
setiap orang yang melihatku. Shalom alaehim!
(Ladang TUHAN di
Yogyakarta, Rabu 15 Mei 2013)
Komentar