Menjadi Juru Semangat
Kegiatanku sehari-hari diwarnai
dengan banyak mendengarkan celotehan menarik dari sesamaku manusia. Baik itu di
lingkungan keluarga, tempat kerja, dan persekutuan, aku sering mendengarkan
mereka bercerita tentang kehidupannya masing-masing. Ada yang menceritakan
tentang kegelisahan, kegaduhan, kegalauan, kesedihan, dan penderitaan yang
dialaminya. Ada pula yang menceritakan tentang pergumulan iman dan bagaimana
solusi atau jawaban Tuhan yang diperolehnya. Begitu penuh variasi isi
pembicaraan yang berseliweran di sekitarku membentuk mozaik kehidupan yang
penuh dinamika.
Kecenderungan
alami manusia adalah membicarakan keburukan situasi atau sesamanya dalam
percakapan ringan di mana pun mereka berada. Tidak terasa sudah sedemikian
banyak energi negatif yang dihasilkan akibat pembicaraan yang juga bernada
negatif itu. Tanpa terasa pula, semangat hidup yang ada menjadi negatif
dipenuhi kemarahan, pesimisme, dan apatisme. Di situlah diperlukan peran ‘juru
semangat’. Apa itu juru semangat? Ia adalah orang yang senantiasa mengobarkan
semangat positif dan optimisime di manapun dia berada, kapan pun, dan dengan
siapa pun. Di lingkungan keluarga, ia dapat berupa seorang ayah, ibu, anak,
atau kerabat yang lebih banyak mendengar tanpa ikut nimbrung membunuh karakter
anggota keluarga yang lain dalam perbincangan ringan manakala sedang ada
perkumpulan. Di tempat kerja, ia dapat berupa seorang pemimpin, manajer, atau
karyawan yang fokus pada pekerjaan sembari terbuka terhadap berbagai informasi
yang ada tanpa harus hanyut larut dalam berbagai isu yang menggembosi semangat
kerja. Di persekutuan, ia dapat berupa seorang gembala, guru, pemimpin
kelompok, atau anggota yang ikut senang ketika saudaranya senang dan ikut sedih
ketika saudaranya sedih. Pendek kata, juru semangat adalah seorang yang
sungguh-sungguh hadir dan ada, di mana kehadirannya itu berdampak positif
sehingga mempengaruhi atmosfer lingkungan sekitarnya yang cenderung negatif.
Menjadi
juru semangat dapat dilakukan oleh siapapun juga tanpa mengenal pangkat dan
kedudukan. Yang dibutuhkan adalah hati yang mau memberi dan berbagi dengan
tujuan menjadikan dunia menjadi lebih baik lagi. Dibutuhkan konsistensi dan
disiplin yang terus-menerus untuk menjadi seorang juru semangat yang
benar-benar berdampak. Syarat utamanya adalah menjadi pribadi yang bisa
dipercaya. Pikiran, perasaan, perkataan, dan perbuatannya tidak boleh ada yang
saling bertentangan. Tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan melakukan hal-hal
kecil dan sederhana setiap hari secara konsisten dan sepenuh hati. Misalnya,
datang dan pergi sesuai jam kerja. Kemudian, bekerja dengan sepenuh hati,
segenap pikiran, dan sekuat tenaga tanpa terjebak pada rutinitas. Selanjutnya,
bersikap ramah, sopan, dan hormat dengan kadang disertai humor sehat terhadap
sesama manusia di sekeliling kita. Jika ada masalah, jadilah bagian dari
solusi, jangan menambah masalah.
Jika
ada satu atau dua saja juru semangat di suatu tempat, maka atmosfer tempat
tersebut akan terpengaruh oleh keberadaan mereka. Sikap mereka yang positif
sedikit banyak akan menular kepada sekelilingnya. Dengan semakin banyak orang
yang tertular sikap positif, lahirlah juru semangat-juru semangat yang baru.
Mereka pun semakin banyak menularkan energi positif. Ada di manakah mereka?
Mereka bukanlah siapa-siapa. Mereka adalah kita yang mau dan bersedia menjadi
juru semangat itu. Mari!
(Ladang anggur TUHAN di
Yogyakarta, 24 Oktober 2013)
Komentar