Persahabatan yang Membangun
Salah satu hal yang termanis dan
terindah dalam hidup ini adalah persahabatan. Persahabatan adalah hubungan yang
terjadi antara dua atau lebih pribadi di mana terjadi saling memberi dan
menerima yang dilandasi kasih yang tulus dan sejati. Persahabatan tidak
terbatas pada usia, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, agama, suku,
bangsa, bahkan spesies. Banyak kisah atau cerita yang telah dibukukan dan
difilmkan yang terinspirasi dari hubungan perahabatan yang sejati. Bahkan,
kisah penebusan dan karya keselamatan manusia oleh Tuhan Yesus Kristus itu
adalah wujud dari persahabatan yang sejati dan abadi antara Tuhan dan manusia.
Tuhan yang baik telah menawarkan hubungan persahabatan dengan umat ciptaan-Nya
yang dinyatakan dengan amat dramatisnya di peristiwa salib itu.
Bagiku,
persahabatan adalah hal yang sangat penting. Aku bertekad menjadi seorang
sahabat yang sejati bagi mereka-mereka yang memang telah ditentukan untuk
menjadi sahabatku. Di rumah, aku mengembangkan hubungan persahabatan dengan
suami dan anakku. Maksudnya, aku tidak melulu berkutat pada tugas dan
kewajibanku saja sebagai istri dan ibu yang baik tetapi bagaimana aku bisa
membangun hubungan persekutuan yang akrab dan karib dengan mereka. Bukan hanya
melayani saja melainkan juga bermain dan bercanda tawa dengan suami dan anak.
Di tempat kerja pun juga demikian adanya. Bukan hanya berkutat pada urusan
pekerjaan yang kadang terasa menjemukan dan meletihkan melainkan juga
berinteraksi dengan hangat seperti layaknya teman dengan mereka-mereka yang
kutemui di tempat kerja. Sekedar menyapa, mengobrol, atau bersenda gurau itu
penting untuk mencairkan suasana dan membangun suasana tempat kerja menjadi
nyaman.
Dalam
persahabatan itu, kita dapat saling membangun karakter satu sama lain. Dengan
berbicara dan mendengarkan, kita dapat saling memahami dan dipahami. Komunikasi
yang baik terjadi manakala dua orang yang sudah berada pada frekuensi
persahabatan tengah berinteraksi dengan baik entah itu untuk urusan kerja
ataupun urusan di luar kerja. Banyak pengalaman yang berkesan selama aku
bekerja di ladang TUHAN di Yogyakarta ini. Suatu ketika, seorang rekan kerjaku
memintaku untuk mendukungnya dalam doa perihal masalah yang dihadapi keluarga
besarnya. Dengan sigap aku pun mendengarkannya. Dalam hati kudoakan supaya
masalahnya terselesaikan dengan cara TUHAN. Tanpa menunggu berlama-lama,
keesokan harinya, jawaban TUHAN sudah terjadi. Rekan kerjaku menceritakan
bagaimana sedikit demi sedikit, masalah itu terselesaikan meskipun harus
menembakkan banyak amunisi yang makan
hati. Sebagai teman dan rekan yang baik, aku ikut bersyukur. Lain waktu,
seorang rekan kerja yang lain bertanya padaku perihal obat yang penting pada
saat darurat. Aku pun dengan santai memberikan nama obat itu dan dia pun
mencatatnya. Tidak disangka, besoknya dia bercerita bahwa apa yang kusampaikan
itu telah menolong dia menyelamatkan ibunya yang terkena serangan jantung.
Sebelum dibawa ke IGD rumah sakit, temanku berinisiatif membeli dan memberikan
jenis obat itu sehingga pertolongan pertama dapat dilakukan dengan tepat. Aku
terheran-heran. Ternyarta, hal kecil yang aku lakukan sangat besar dampaknya.
Nyata
benarlah apa yang tertulis dalam Alkitab yaitu bahwa seorang sahabat menaruh
kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran (Amsal 17:17).
Seorang sahabat sejati bukan hanya hadir saat senang melainkan juga saat susah.
Kualitas seorang sahabat akan teruji saat sahabatnya sedang jatuh. Sahabat yang
baik akan tetap berada di sisi sahabatnya yang sedang jatuh, tidak ikut
menimpakan tangga ataupun menusuknya, apalagi menusuk dari belakang.
(Ladang TUHAN di
Yogyakarta, Selasa 14 Mei 2013)
Komentar