Bermain dengan Asa
Asa suka sekali bermain dan
bereksplorasi. Dalam usianya yang masih terhitung bayi saat tulisan ini dibuat,
tampak bahwa pertumbuhan dan perkembangan Asa begitu luar biasa. Bisa dikatakan
bahwa Asa adalah bayi yang sempurna. Pertumbuhan fisiknya di atas rata-rata
anak bayi pada umumnya. Perkembangannya juga aku lihat cukup optimal. Setiap
hari, Asa selalu bermain. Dalam bermain itu terlihat betul bagaimana jiwa
petualangannya. Tidak terlihat rasa takut atau ragu dalam setiap
gerak-geriknya. Seperti layaknya bayi yang sedang dalam masa emas
pertumbuhannya, Asa pun sangat peka terhadap berbagai stimulasi. Terhadap
bunyi-bunyian, Asa sangatlah responsif. Apalagi jika diperdengarkan bunyi musik
dan nyanyian. Kecerdasan musikal Asa tampaknya cukup tinggi. Ini mungkin karena
sejak dalam kandungan, aku suka memainkan musik-musik piano baik itu klasik
maupun pop rohani.
Asa
tampak memiliki beberapa mainan favorit. Yang paling sering disentuhnya adalah
boneka-boneka beruang mungil berwarna putih. Ada tiga buah boneka beruang.
Masing-masing kami beri nama unik dan lucu. Yang pertama kami namai Kumbro,
kependekan dari Kumbokarno. Asa paling sering memasukkan hidung Kumbro ke dalam
mulutnya. Mungkin enak rasanya. Yang kedua kami beri nama Sisri, kependekan
dari Srimanganti. Asa kurang begitu suka bermain dengan Sisri, mungkin karena
bulunya yang lebat atau dhiwut-dhiwut kalau orang Jawa bilang. Maka, kami
gantung Sisri ini di atas box tempat tidur Asa bersama dengan alat yang bisa
mengeluarkan bunyi musik pengantar tidur. Yang ketiga kami namai sebagai Juno,
kependekan dari Arjuno. Asa suka sekali mengenyot telinga Juno yang berwarna
merah biru.
Benda
favorit lain yang melebihi boneka bagi Asa adalah buku atau literatur. Asa suka
sekali melihat dan memegang buku atau majalah atau apapun yang ada tulisannya.
Pernah aku melakukan percobaan kecil. Aku tempatkan boneka di sisi yang satu
dan sebuah buku di sisi yang lain. Ternyata, Asa lebih memilih buku daripada
boneka. Berkali-kali aku ubah posisinya, tetap saja Asa memilih buku. Meskipun
belum bisa membaca, Asa suka sekali melihat tulisan-tulisan yang ada. Asa suka
pura-pura membaca dengan bersuara. Suaranya hanya berupa gumaman tidak jelas
dan terdengar sangat lucu. Kemungkinan besar Asa mempunyai kecerdasan verbal di
atas rata-rata.
Untuk
psikomotoriknya, Asa juga tidak mau ketinggalan. Saat tulisan ini dibuat, Asa
sudah bisa berdiri sendiri di boxnya meskipun susah untuk balik kembali. Jika
merangkak di lantai, cepatnya bukan main. Kami harus mengawasinya dengan penuh
perhatian supaya Asa tidak terbentur-bentur ataupun jatuh terjelungup. Satu
kebiasaan lucu Asa adalah “linjo-linjo”, demikian kami istilahkan. Linjo-linjo
ini adalah gerakan menyendal-nyendal seluruh tubuh naik turun. Jika Asa sedang
sangat euforia atau bersemangat, ia suka sekali linjo-linjo, apalagi jika
sedang digendong. Sehingga, semakin beratlah beban si penggendong Asa. Berat
badan Asa saat tulisan ini dibuat kemungkinan sudah sekitar sebelas kilogram,
padahal usianya masih sepuluh bulan. Tidak heran jika teman TPA-nya ada yang
menjuluki Asa sebagai bayi jumbo. Untuk ukuran bayi Indonesia memang besarnya
Asa tidak umum. Tapi mungkin ini umum bagi bayi bule. Mungkinkah ada gen bule
dalam diri Asa?
Sebagai
seseorang yang sedang belajar menjadi ibu yang baik, aku berusaha hadir 100%
bagi Asa. Ketika Asa sedang terjaga atau asyik bermain, maka aku singkirkan
semua buku maupun catatanku untuk sementara waktu. Aku berketetapan untuk tidak
meninggalkan Asa dengan membaca buku atau majalah apalagi menulis-nulis.
Karena, waktu untuk bermain bersama bayi itu terhitung cukup singkat. Tidak
dapat diulang kembali. Aku bisa membaca atau menulis kapan saja tetapi waktu
bermain bersama Asa tidak dapat digantikan dengan apa pun juga. Jika aku
kehiangan waktu yang sangat berharga ini, tidak ada gunanya segala macam buku
dan tulisan yang aku buat itu. Mario Teguh pernah mengatakan bahwa dalam cinta,
tidak ada yang namanya pengorbanan. Yang ada hanyalah kebahagiaan. Maka, kuatur
pola pikirku untuk memandang waktu bermain bersama Asa ini sebagai bentuk
kebahagiaan, bukan pengorbanan, karena aku mengasihi Asa. Tulisan ini sendiri
pun aku tulis setelah Asa tidur dengan nyenyaknya. Maka, ayo kita bermain, Asa!
Nanti, kalau kamu sudah bangun!
(Rumah Cahaya, Rabu 15
Mei 2013)
Komentar