Mengiringi dan Ngesound
Dalam ibadah atau kebaktian di
gereja, selain kotbah dan doa, pelayanan musik memegang peranan yang tidak
kalah penting. Rasanya ada yang kurang jika ibadah tanpa ada nyanyian atau
musiknya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa gereja itu adalah jemaat yang
bernyanyi. Kualitas musik dan nyanyian jemaat sangat menentukan kualitas ibadah
atau kebaktian yang diselenggarakan. Jika jemaat menyanyikan dengan baik dan
sesuai dengan tujuan, maka sebenarnya kotbah dan doa sudah termasuk di
dalamnya. Unsur yang membuat kualitas musik dan nyanyian jemaat menjadi baik
adalah pelayanan musik yang ditunjang oleh pelayanan sound system. Kedua hal
ini saling menopang dan melengkapi. Tanpa musik, jemaat kadang kurang semangat
untuk menyanyikan lagu-lagu pujian. Tempo kadang melambat, jemaat pun takut
salah. Tanpa sound system, musik yang dimainkan pun tidak maksimal karena
jemaat kadang terganggu oleh volume suara yang mungkin terlalu keras atau
lemah. Di sinilah diperlukan kerja sama antara pemain musik dan petugas sound
system.
Setiap
Minggu, aku dan Mas Cah biasanya dijadwalkan melayani di kebaktian. Aku
dijadwalkan memainkan musik di GKJ Gondokusuman, sedangkan Mas Cah dijadwalkan
mengatur sound system di GKJ Ambarrukmo. Kami memang belum mengurus untuk bisa
tercatat di satu administrasi gereja pada saat tulisan ini dibuat. Aku
bersyukur karena proses belajar musik dari sejak kecil sampai sekarang,
meskipun sempat berhenti karena fokus sekolah, dapat berguna untuk memuliakan
Tuhan di gereja. Mas Cah pun demikian. Hasil belajar formalnya di bidang
elektronika sekaligus merupakan hobbynya itu sungguh berguna juga bagi
pelayanan ibadah di gereja. Aku dan Mas Cah sama-sama menerapkan prinsip
totalitas setiap kali melayani kebaktian. Aku minimal harus latihan terlebih
dahulu satu hari sebelum kebaktian. Kemudian, aku harus sudah siap paling tidak
setengah jam sebelum kebaktian dimulai. Yang kulakukan adalah memainkan
lagu-lagu pujian secara lembut untuk menciptakan suasana hening sebelum
kebaktian dimulai. Biasanya ada jemaat yang datang awal untuk berdoa sebelum
kebaktian. Di sinilah aku berperan membantu mereka memasuki suasana hening dan
syahdu dalam menikmati hadirat Tuhan melalui doa-doa pribadi mereka. Untuk bisa
mengiringi dengan baik dan penuh penghayatan, selain teknis latihan, aku perlu
mempersiapkan juga hati dan jiwaku. Aku perlu berdoa dan menenangkan hatiku
supaya aku bisa konsentrasi dan fokus pada saat bertugas mengiringi. Kadang
saat bermain musik, Tuhan mengalirkan ide-ide kreatif sehingga aku bisa
memainkan improvisasi cantik yang menambah meriah ataupun syahdu lagu pujian
yang dinyanyikan.
Dalam
bertugas mengatur sound system pun, Mas Cah juga bersikap profesional. Mas Cah
selalu datang awal jauh sebelum kebaktian dimulai. Ia selalu mengecek semua
mikrofon yang akan digunakan beserta spiker-spiker alat musiknya. Setelah semua
beres, diputarnya lagu-lagu instrumentalia lembut untuk menciptakan suasana
indah dalam gedung gereja. Sama seperti yang kulakukan dengan alat musik,
demikian juga yang dilakukan Mas Cah dengan peralatan sound systemnya. Ketika
kebaktian berlangsung, Mas Cah selalu siaga di tempatnya, mengatur volume di
sana sini dan sigap manakala ada feedback yang mengganggu. Pekerjaan pelayanan
Mas Cah selalu beres dan tidak pernah setengah-setengah. Aku sungguh kagum dan
bangga akan sikap Mas Cah itu.
Kami
sering mendiskusikan kebaktian yang kami layani masing-masing. Kami saling
mencurahkan gagasan mengenai musik dan sound system. Harapan kami, gereja di
mana kami berjemaat pun dapat bertumbuh dan berkembang dalam hal pelayanan
musik dan sound system di setiap kebaktiannya. Kami masih belum puas dengan
kondisi yang ada saat ini. Karena itu, kami senantiasa setia mengerjakan tugas
panggilan kami sebagai pemusik dan petugas sound system meskipun tidak banyak
diperhatikan orang.
(Ladang TUHAN di
Yogyakarta, Kamis 16 Mei 2013)
Komentar