Ajrih Asih
Hari Minggu
kemarin aku mendapat pelajaran yang berharga. Aku belajar tentang arti dari
mengasihi TUHAN. Dalam bahasa Jawa, terdapat ungkapan ajrih asih untuk menggabarkan bagaimana sikap kita seharusnya
terhadap Pribadi TUHAN. Ajrih secara hurufiah
berarti takut. Sedangkan asih berarti
mengasihi. Jika digabungkan, maka dapat diartikan bahwa di dalam kita mengasihi
TUHAN, sudah selayaknya terdapat rasa takut. Takut seperti apakah? Dari
pengalamanku kemarin Minggu, setidaknya aku mendapatkan sedikit gambaran
tentang sikap takut seperti apakah yang layak kita miliki terhadap TUHAN kita.
Hari Minggu kemarin merupakan
hari yang sangat sibuk buatku. Sejak pagi sampai sore aku disibukkan dengan
kegiatan mengiringi ibadah dan latihan (gladi resik) untuk acara kebaktian
Natal. Saking sibuknya, aku jadi kurang fokus terhadap hal-hal kecil tapi
penting. Salah satunya adalah hal komunikasi dengan pasangan. Aku ditegur
dengan keras oleh pasangan hidupku, Mas Cah, karena kemarin aku abai
berkomunikasi dengannya. Apa pasal? Begini ceritanya. Mas Cah sudah berpesan
supaya aku mengirim SMS padanya kalau latihan sudah selesai sehingga ia bisa
menjemputku. Tanpa diduga, aku lalai meng-SMS-nya karena ketika latihan sudah
selesai, aku langsung diajak ibuku naik kendaraan pribadinya untuk pulang.
Perlu diketahui, ibuku adalah anggota paduan suara yang akan mengisi ibadah
Natal sebagai pemandu pujian. Kami tidak bersama-sama berangkatnya karena
kesibukan masing-masing yang luar biasa. Ibuku terbiasa pergi-pergi dengan naik
mobil pribadinya, sedangkan aku terbiasa dengan diboncengkan Mas Cah naik
motor. Kupikir kami, aku dan ibuku, akan segera pulang. Ternyata tidak. Ibuku
mengajakku melayat salah seorang temannya. Ya sudah. Kupikir tidak ada salahnya
untuk ikut.
Ternyata, Mas Cah pun
menjemputku. Aku tidak tahu. Ponselku tiba-tiba berbunyi. Ada SMS dari Mas Cah,
menanyakanku apakah sudah akan pulang. Aku balas saja bahwa aku sedang diajak
melayat oleh ibu. Tidak disangka, balasan Mas Cah selanjutnya menunjukkan kekecewaannya.
Mas Cah kecewa mengapa aku tidak memberitahunya terlebih dahulu. Mas Cah sudah
terlanjur bolak-balik ambil mantol karena mau hujan. Aku pun menjelaskan duduk
perkaranya, bahwa aku diajak ibu untuk melayat. Tapi Mas Cah pun membalas bahwa
bukan masalah melayatnya yang membuat dia kecewa, melainkan kelalaianku
memberitahunya terlebih dahulu. Aku pun minta maaf atas kealpaanku. Dan
selesailah sudah percakapan lewat SMS itu.
Sepanjang perjalanan pulang dari
melayat, aku sibuk berpikir dan merenung. Tidak enak sekali rasanya ditegur
oleh pribadi yang mengasihi dan kita kasihi sedemikian rupa karena kita telah
menyakiti hati atau mengecewakannya. Ada rasa takut karena membayangkan
bagaimana reaksi Mas Cah jika bertemu setelah aku sampai di rumah. Aku pun
mempersiapkan hati untuk menerima apa pun juga yang akan disampaikan Mas Cah. Sesampai
di rumah, aku mendapati Mas Cah ternyata tidak semurka seperti bayanganku.
Sebaliknya, Mas Cah menyambutku dengan hangat dan ramah. Tidak tersisa satu pun
kemarahan ataupun kekesalan. Puji Tuhan! Melihat kebaikan hati Mas Cah, aku
bertekad untuk tidak lagi menyakiti hati atau mengecewakannya, sekecil apa pun
itu. Aku akan selalu ingat hal-hal apa saja yang tidak berkenan di hatinya
untuk kuhindari. Aku akan berusaha untuk selalu menyukakan hatinya.
Itulah pengalaman yang sangat
berharga yang mampu membuatku mengerti sedikit akan rasa takut yang didasari
oleh karena mengasihi pribadi yang juga mengasihiku. Jika dihubungkan dengan
TUHAN, maka aku menghayati bahwa dalam mengasihi TUHAN, aku harus berusaha
untuk tidak menyakiti hati-Nya. Sebab, TUHAN telah lebih dahulu mengasihi kita.
Maka, hendaknya kita pun menunjukkan kasih kita kepada-Nya sebagai ungkapan
syukur kita. Haleluya!
Bapa yang baik,
Terima kasih untuk pelajaran yang
berharga. Aku belajar bahwa dalam mengasihi-Mu, terdapat rasa takut yang kudus.
Terima kasih untuk pasangan hidup pemberian-Mu yang telah mengingatkanku akan
hal penting ini. Kiranya aku dapat mengasihinya dan menghormatinya sebagaimana
Engkau kehendaki. Berkatilah hubungan semua suami dan istri yang takut akan
Engkau serta mengasihi Engkau di segala tempat dan waktu. Kiranya para istri
dapat menunjukkan rasa kasih dan hormat mereka terhadap suami mereka dengan
tepat.
Dalam nama Tuhan Yesus
Haleluya
Amin
(Rumah Kemuliaan TUHAN di Pelem Kecut, Senin 24 Desember 2012)
Komentar