TPA, Tempat Persiapan Agung
Apa yang terlintas dalam pikiran
kita apabila muncul kata TPA? Dalam konteks pengasuhan, TPA jamak dikenal
sebagai Tempat Penitipan Anak. Tempat ini berguna untuk menitipkan anak-anak
yang masih terbilang terlalu kecil untuk ditinggal maupun disekolahkan
sementara kedua orang tuanya bekerja. Kondisi zaman yang semakin menuntut peran
kedua gender dalam bekerja di luar rumah membuat jasa pengasuhan anak menjadi
semakin laris manis. Selain dengan tenaga pengasuh domestik (baby sitter), jasa TPA menjadi salah
satu pilihan strategis. Bagi saya dan suami, jasa TPA inilah yang kami pilih
karena alasan kepraktisan dan pendidikan. Praktis karena kami juga mempunyai
seorang pekerja rumah tangga (PRT) yang tidak bisa disambi pekerjaannya sambil
momong anak. Mendidik karena pada umumnya anak-anak yang dititipkan di TPA
lebih mandiri dan lebih biasa bersosialisasi dengan sesamanya.
Bagi
saya pribadi, TPA bukan hanya sekedar tempat menitipkan anak. TPA bisa juga
berarti “tempat pemberdayaan anak”. Saya sebut pemberdayaan anak karena di
situlah anak diberdayakan menjadi manusia yang utuh. Anak bukanlah barang yang
bisa dengan seenaknya ditinggalkan, dititipkan, kemudian diambil lagi begitu
saja. Selama dititipkan di TPA, anak mendapatkan pengasuhan yang cukup. Selain
itu, anak mendapatkan kesempatan untuk mengeksplorasi diri maupun
lingkungannya. Anak biasanya dibiarkan bermain sendiri untuk mengembangkan
imajinasinya. Anak yang lebih besar biasanya sudah dapat berinteraksi dengan
sesama anak yang lain. Dalam interaksi ini, mereka dapat belajar mengenal satu
sama lain. Meskipun masih terbatas, mereka dapat mengembangkan kecerdasan
emosional mereka. Pengasuh sigap mengawasi dan menolong anak-anak yang
mengalami masalah misalnya menangis, terganggu oleh anak lain, lapar, BAB, BAK,
dll. Kemandirian anak dapat terbentuk sejak ditinggalkan oleh orang tuanya
bekerja. Mereka tidak lagi terlalu melekat atau tergantung pada kenyamanan
dekapan orang tua manakala merasa tidak nyaman. Mereka juga sudah dibiasakan
sejak dini untuk mengenal orang lain yang bermaksud baik untuk menolong.
Selain
tempat pemberdayaan, TPA bisa juga berarti “Tempat Persiapan Agung”. Saya
namakan demikian karena di sinilah anak-anak disiapkan untuk menghadapi
kehidupan yang lebih luas lagi. Tidak lagi berkutat pada lingkungan rumah dan
sekitarnya yang sempit dan nyaman, anak mulai dipaparkan dengan lingkungan
kehidupan yang lebih luas. Mereka diperkenalkan dengan kebiasaan-kebiasaan yang
berbeda dari anak-anak lain. Mereka belajar
bagaimana mengemukakan isi hati dan pikiran kepada orang yang bukan
keluarganya sendiri. Dengan pengasuh yang terlatih, anak dapat belajar mandiri
dalam hal makan, minum, tidur, BAB, BAK, dll. Persiapan menjadi manusia yang bertanggung
jawab terhadap diri dan lingkungannya begitu ditekankan di sini. Anak yang satu
tidak boleh mengganggu anak yang lain. Anak yang satu tidak boleh mengambil
barang kepunyaan anak yang lain tanpa izin. Jika mengganggu anak lain sampai
menangis, maka ‘hukuman’ yang didapatkan adalah tidak boleh bermain bersama
anak lain selama beberapa waktu. Pengasuh yang peka dan kreatif akan berusaha
mengembangkan kepribadian anak sesuai dengan ciri khas masing-masing, bukan
hanya menjaga mereka sementara menunggu dijemput.
Saya
dan suami sepakat menitipkan Asa, anak kami, ke TPA yang dikelola di bawah
naungan rumah sakit di mana saya bekerja. Di situ, kami mempercayakan Asa untuk
dijagai dan diasuh oleh para pengasuh yang kami nilai cukup berpengalaman
dengan anak-anak kecil. Sebelum mulai menitipkan Asa, kami sudah mensurvey
terlebih dahulu tempat dan suasananya. Beayanya sangat murah. Kami pun cocok.
Maka, sampai saat ini pun kami mempercayakan Asa untuk dititipkan di sana.
Kebiasaan yang kami lakukan sebelum meninggalkan Asa ‘sendiri’ di TPA adalah
dengan menumpangkan tangan kami ke atas kepalanya sambil mengatakan, “Tuhan
memberkati!”. Kami percaya tindakan iman ini berarti besar bagi pertumbuhan dan
perkembangan Asa. Dan kami bersyukur karena dengan adanya TPA ini, kami dapat
berfokus pada pekerjaan kami masing-masing. Puji TUHAN! ^^
(Ladang anggur TUHAN di
Yogyakarta, Rabu, 13 Maret 2013)
Komentar