Restorasi Karakter
Siang itu di ruang kopi pecah
(coffee break) ladang TUHAN di Yogyakarta, aku dan sesama rekan sejawat
mengikuti acara pendalaman Alkitab. Acaranya cukup seru dan menarik. Dipimpin
oleh pak pendeta Christian Sutopo, kami semua berdiskusi dan saling berbagi
cerita dan pergumulan seputar kehidupan pelayanan di dunia medis. Pada akhir
acara, aku membagikan apa yang menjadi semacam visi atau harapanku untuk ladang
TUHAN ini. Dengan antusias aku ceritakan bahwa kami para dokter muda alias
junior ini telah membentuk diri sebagai satu tim yang kuat dan kompak. Kami
menamakan diri kami sebagai “Medical Dragon Team”, mengambil nama dari sebuah
judul komik Jepang. Masing-masing kami mempunyai julukan unik yang
menggambarkan ciri khas kami masing-masing. Aku yang jarang kelihatan di area
pelayanan klinis dinamakan “invisible dragon”. Yohan yang suka memberikan
kata-kata bijaknya dinamakan “wise dragon”. Julukan-julukan yang lain adalah
“brave dragon”, “smooth dragon”, powerful dragon”, “incredible dragon”, “honest
dragon”. Dengan kesatuan hati ini, kami dengan bangga mengusung visi yang
kusebut sebagai “restorasi”.
Restorasi
adalah mengembalikan sesuatu ke kondisi semula sebelum rusak, bahkan
menjadikannya lebih baik lagi daripada aslinya. Sebutan lainnya adalah
pemulihan. Apa yang perlu dipulihkan atau direstorasi? Banyak! Di rumah sakit
ladang anggur TUHAN ini ada banyak hal yang bisa dan harus dipulihkan. Mulai
dari hubungan antara karyawan dengan atasannya, hubungan senior dengan junior, hubungan
antar bagian, sampai rasa memiliki yang bertanggung jawab alias “handarbeni”
terhadap lingkungan kerja. Ada banyak mekanisme negatif yang selama ini
berlangsung sekian lama dan sudah dianggap sebagai kewajaran. Contohnya adalah
mekanisme gosip, favoritisme, saling menyalahkan, tidak transparan yang
berujung kecurigaan, dan lain sebagainya. Semua itu harus diubah! Tidak bisa
tidak! Ciri khas ladang TUHAN yang dilandasi kasih dalam pelayanan ini harus
dikembalikan ke posisinya semula.
Bagaimana
caranya? Untuk mengubah lingkungan, orang-orangnya harus berubah terlebih
dahulu. Supaya orang-orang mau dan dapat berubah, harus ada yang memberi
contoh. Siapa yang mau menjadi contoh atau teladan? Ternyata jawabannya
bukanlah dengan menunggu apalagi menyuruh orang lain berubah. Diri sendirilah
yang harus berubah terlebih dahulu. Apa yang harus diubah? Karakter! Sifat dan
sikap yang ada pada diri sendiri harus diubah sesuai dengan firman TUHAN. Harus
ada kemauan dan sikap bertobat terus-menerus setiap hari. Pembaharuan budi
harus terjadi dalam diri pribadi.
Karena
itulah, Pak Pendeta Christian Sutopo mengusung satu kosa kata lagi untuk
melengkapi kata restorasi. Sehingga, jadilah visi kami dilengkapi menjadi
“restorasi karakter”. Kami pun semakin tercerahkan dan tersemangati. Semua
menjadi bertambah dahsyat karena Pak Christian menutup acara pendalaman Alkitab
itu dengan doa yang penuh kuasa. Dalam doa itu, beliau meneguhkan supaya
restorasi karakter sungguh-sungguh terjadi dan dimulai dengan kuasa TUHAN. Memang,
kita tidak bisa melakukan sesuatu tanpa kekuatan dari TUHAN.
(Ladang TUHAN di
Yogyakarta, Senin 13 Mei 2013)
Komentar