Pak Ias, Rekan Penyemangat
Suasana ruangan di mana aku duduk
bekerja sungguh menyenangkan. Ada canda tawa, ada guyon-guyon, ada
ledek-meledek. Pendeknya, penuh sukacita! Tidak ada rasa bosan dalam kamus kami
yang ada di sini. Setiap pekerjaan dilakukan dengan hati riang gembira. Aku
yakin, TUHAN pun ikut bergembira pula bersama kami setiap hari. Di sudut
ruangan, duduklah seorang pekerja yang dengan rajin terpekur menekuni data-data
analisis di hadapannya. Angka-angka mati berubah menjadi data-data dan
informasi yang hidup dalam pikirannya. Sesekali terdengar celoteh riang
menghidupkan suasana. Itulah Pak Ias, begitu kami memanggilnya. Setiap hari aku
selalu mendapati beliau bekerja dengan semangat dan menyemangati orang lain.
Menyenangkan sekali!
Pak
Ias adalah orang yang ramah, terbuka, dan humoris. Setiap hal selalu
diperhatikannya dengan seksama, sekecil apa pun itu kelihatannya. Terlihat dari
setiap omonganku mulai dari yang berat-berat sampai yang remeh-temeh. Bisa
dikatakan, Pak Ias adalah seorang pendengar yang baik. Selain pendengar yang
baik, beliau ternyata juga seorang pembicara yang jempolan. Setiap perkataannya
selalu ada benarnya meskipun sering dilontarkan dengan nada bercanda. Mungkin
ini pengaruh lingkungan keluarganya yang kental dengan atmosfer surgawi.
Maklum, ayah Pak Ias adalah seorang pendeta jemaat.
Yang
paling aku apresiasi dari Pak Ias adalah kesediaan beliau untuk mendengarkan
setiap orang yang berbicara kepadanya dengan penuh perhatian. Setelah
mendengar, barulah beliau memberikan komentar yang relevan. Laki-laki dan
perempuan tidak ada yang segan atau enggan dalam menceritakan isi hati dan
pikiran mereka kepada Pak Ias. Bisa dikatakan, Pak Ias adalah seorang konselor
tidak resmi bagi rekan-rekan kerjanya. Masalah apa pun dapat disampaikan
kepadanya. Masalah pribadi, keluarga, pertemanan, pekerjaan, bahkan sampai
masalah-masalah spiritual. Aku banyak belajar dari Pak Ias bagaimana mendengar
dan menanggapi setiap keluhan orang lain dengan cara yang elegan.
Hal
lain yang aku apresiasi juga dari pribadi Pak Ias adalah kesediaan untuk selalu
mau belajar dan berbagi hal-hal yang dipelajarinya. Tidak ada rasa sombong atau
sok paling tahu sendiri yang terpancar dari sikapnya. Aku senang belajar dan
ikut berbagi pelajaran dengan Pak Ias karenanya. Dengan berbagi itu,
pengetahuanku bukannya semakin berkurang. Sebaliknya, malah semakin bertambah
dan semakin mudah mengendap. Aku jadi semakin percaya diri dalam berkomunikasi
verbal. Sebelumnya, aku merasa ada hambatan tidak terlihat dalam berkomunikasi
verbal terutama dalam berbagi ilmu pengetahuan kepada sesamaku. Dengan belajar
bersama, kemampuan bersosialisasi menjadi terasah dan tidak terasa hambatan
tidak terlihat itu pun teratasi. Puji Tuhan!
Berbagi
dan belajar bersama sesama rekan kerja memang menyenangkan. Apalagi jika rekan
kerja itu sama-sama berada pada jalur pertandingan iman yang sama. Saling
berbagi dapat berkisar seputar iman dan kehidupan yang muaranya pada
keselamatan dan penguatan semangat. Semangat yang diperbarui itu sangat penting
dalam menghadapi hari-hari yang penuh tantangan. Dengan hadirnya seorang rekan
dan sahabat dalam bekerja, pekerjaan tidak terasa berat dan membosankan. Karena
itu, bersyukurlah kita jika kita mempunyai teman seperti Pak Ias itu. Dan bagi
yang belum, mintalah kepada TUHAN supaya dikirimkan Pak Ias-Pak Ias yang lain supaya
terceriakanlah hidup kita. Selamat bersahabat dalam melayani!
(Ladang anggur TUHAN di
Yogyakarta, Rabu, 13 Maret 2013)
Komentar