Bab 23 — Saat Api Kecil Menyala Terang
Lampu meja menyala temaram. Di depan layar, Rio mengernyit. Ia memutar video yang baru mereka unggah di kanal Sumunar untuk kesekian kali, memeriksa suara, pencahayaan, dan irama visual.
“Hmm, kayaknya volume backing track-nya masih agak ganggu waktu aku mulai ngomong,” gumamnya. Jarinya lincah menggeser audio track di aplikasi editing.
Di sisi lain ruangan, Nia duduk bersila dengan beberapa buku terbuka: Institusi Calvin versi Indonesia, tafsir Alkitab, dan print-out bahan dari Esra Soru. Highlighter-nya menari di atas lembaran, lalu berhenti di satu kutipan.
“Mas,” katanya sambil mendekat, “ini keren banget. Calvin bilang, ‘Tidak ada keamanan sejati kecuali dalam kepastian keselamatan.’ Bisa banget dimasukin buat episode lanjutan.”
Rio melirik. “Bagus. Bisa jadi punchline yang tenang tapi dalem.”
Setiap malam selama hampir dua minggu, ritme itu berulang: Rio menonton tutorial YouTube tentang pencahayaan dan algoritma SEO sambil ngoprek lighting murah buatan sendiri. Nia menggali bahan dan menyederhanakan istilah berat agar bisa dicerna penonton awam.
“Yang penting bukan viralnya,” kata Rio suatu malam, “tapi validnya.”
Namun ternyata, satu video Sumunar justru meledak tak terduga. Judulnya cukup berani:
“Gereja Kita Mengaku Calvinis, Tapi Ajarannya Pelagius?”
Dua hari setelah diunggah, views-nya melejit ribuan. Komentar berdatangan. Sebagian mengucap terima kasih karena akhirnya ada yang berani membongkar kebingungan mereka. Tapi sebagian lagi… penuh kemarahan.
WAG gereja tiba-tiba ramai. Screenshot video berseliweran. Salah satu majelis senior menulis, “Ini tidak bisa dibiarkan. Sudah diingatkan berkali-kali, sekarang malah bikin video publik!”
Rio hanya menatap notifikasi itu, lalu menoleh ke Nia. “Mulai panas.”
Nia diam sejenak, lalu menjawab, “Tapi kalau ini memang kebenaran, biar Tuhan sendiri yang jaga. Tugas kita hanya setia.”
Rio mengangguk pelan. “Kita bukan nyalain api buat bakar orang, tapi buat nyalakan pelita.”
Ia kembali ke layar laptop, menambahkan subtitle Alkitabiah di bagian akhir video. Nia duduk di depan piano, memainkan potongan nada dari lagu “Berbahagialah Orang yang Haus akan Kebenaran.”
Di balik layar, api kecil itu terus menyala—dan kali ini, ia mulai terlihat dari kejauhan.
Komentar