Biografi dr. Kasmolo Paulus
Wajah Sederhana Seorang Tokoh Besar
Dr. Kasmolo Paulus, seorang ahli bedah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, dikenal bukan hanya karena keahliannya dalam dunia medis, tetapi terutama karena kehidupan dan keteladanan iman yang ia jalani. Dengan penampilan yang unik—berpakaian sederhana, berkacamata tebal, rambut pelontos, dan membawa payung hitam besar—ia sering kali mengingatkan orang pada sosok Mahatma Gandhi. Namun di balik penampilan luar yang sederhana, tersimpan jiwa yang kuat, penuh iman, dan teguh dalam prinsip.
Sebutan "nabi-nya Bethesda" melekat padanya karena kehidupan spiritualnya yang mendalam. Ia hidup dalam kesederhanaan dan tidak mengejar kemewahan. Salah satu contohnya adalah usulan beliau agar Tunjangan Hari Raya (THR) Natal bagi seluruh staf rumah sakit—baik dokter maupun pegawai kecil—diberikan dalam jumlah yang sama, sebagai bentuk penghormatan terhadap makna Natal dan solidaritas bagi mereka yang kecil dan kurang mampu.
Dedikasinya pada pelayanan rohani juga luar biasa. Ia senang membagikan Alkitab, bahkan kepada tukang becak atau siapa saja yang rindu mengenal Tuhan. Kerendahan hati dan semangat penginjilan yang ia miliki menjadikan hidupnya sebagai kesaksian yang kuat tentang kasih dan kebenaran Kristus.
Pelayan Medis dan Pendekar Pendidikan di Masa Perjuangan
Pada masa-masa genting pasca Proklamasi Kemerdekaan 1945, Yogyakarta menjadi pusat perjuangan dan pemerintahan Republik Indonesia sementara. Dalam konteks inilah, dr. Kasmolo berperan besar merawat para pejuang yang terluka dalam pertempuran di berbagai front. Bersama tokoh-tokoh medis lainnya, seperti dr. Samallo, dr. Picauly, dan dr. Sulianti Sukonto, ia menjadi pahlawan yang menyelamatkan banyak nyawa dengan ketulusan dan pengorbanan.
Ia juga turut membuka rumah pribadinya sebagai tempat tinggal bersama Menteri Muda Kesehatan dr. Satrio, sementara rumah sakit menyediakan barak dan kamar jenazah bagi pegawai yang tidak memiliki tempat tinggal. Ini menunjukkan kepeduliannya yang tulus terhadap sesama, tanpa memandang jabatan.
Gereja, Sinode, dan Diplomasi Iman
Pada akhir dekade 1940-an, ketika konflik Indonesia-Belanda masih berlangsung, dr. Kasmolo mendapat undangan untuk menghadiri sinode gereja di Amsterdam sebagai utusan Gereja Kristen Jawa. Keputusan ini tidak mudah karena situasi politik yang genting dan stigma yang mungkin muncul. Namun dengan keyakinan bahwa langkah ini penting untuk hubungan gereja dan zending, serta restu dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, beliau berangkat ke Belanda.
Di sana, ia bertemu dengan tokoh-tokoh zending Belanda, seperti dr. KP Groot dan dr. Pruys Jr. Meski tidak ada pembicaraan resmi tentang zending medis, pertemuan informal ini menjadi momen penting yang kelak berdampak pada penyerahan tanggung jawab misi medis dari Belanda kepada gereja-gereja lokal Indonesia.
Bethesda: Wajah Baru Rumah Sakit Kristen
Sekembalinya ke Yogyakarta, dr. Kasmolo kembali aktif dalam pelayanan rumah sakit. Pada tanggal 28 Juni 1950, ia menjadi salah satu tokoh penting dalam rapat yang menetapkan perubahan nama rumah sakit dari "Petronella" menjadi "Bethesda"—nama yang mencerminkan identitas rumah sakit sebagai lembaga misi Kristen. Ia kemudian menjabat sebagai bendahara Yayasan Rumah Sakit Kristen yang baru dibentuk.
Setelah dr. Samallo mengundurkan diri, dr. Kasmolo diangkat menjadi Direktur RS Bethesda. Dalam kepemimpinannya, rumah sakit tidak hanya berkembang dalam layanan medis tetapi juga dalam menghidupi nilai-nilai Kristiani yang menjadi jiwanya sejak awal. Ia memimpin dengan hati, mengedepankan pelayanan, keadilan, dan kasih dalam setiap kebijakan dan tindakan.
Penutup Sementara
Biografi ini masih akan dilengkapi dengan bagian-bagian lain, termasuk warisan nilai-nilai beliau dalam keluarga, dampak pelayanannya terhadap generasi penerus, serta refleksi dari rekan kerja dan penerus di lingkungan gereja maupun rumah sakit. Dr. Kasmolo Paulus bukan sekadar seorang dokter bedah. Ia adalah guru kehidupan, pelayan umat, dan saksi kasih Kristus di dunia medis dan pelayanan masyarakat.
Komentar