Bab 6 – Jemaat dalam Bayang-Bayang
Sejak beberapa minggu terakhir, suasana ibadah berubah. Bukan karena tata liturgi—itu masih seperti biasa: lagu pujian, doa syafaat, kotbah yang makin dangkal. Tapi aura di dalam ruang ibadah itu… tegang. Seperti ada percikan api yang ditutup karpet tebal—tidak terlihat, tapi terasa panasnya.
Setiap kali Rio dan Nia datang, beberapa kepala langsung menoleh. Entah karena penasaran, atau karena mereka dianggap ancaman.
Rio tetap berjalan tenang. Senyum tipis. Duduk di bangku belakang seperti biasa.
Nia menggamit lengannya dan berbisik, “Kita kayak tokoh antagonis di sinetron gerejawi.”
Rio tertawa. “Tapi justru antagonis yang pakai ayat. Ironis.”
Satu hal yang menarik: makin banyak chat pribadi masuk. Kadang dari orang yang tak mereka duga.
Ada yang bilang, “Kami baca semua penjelasan Pak Rio. Jujur, kami baru sadar banyak hal yang selama ini kami anggap biasa, ternyata nggak sesuai Alkitab.”
Ada juga yang lebih hati-hati, “Tolong jangan sebut nama saya ya, tapi saya dukung. Teruslah bersuara.”
Nia bacakan satu per satu pesan itu ke Rio, biasanya sambil masak atau cuci piring. Lalu mereka menertawakannya. Bukan karena mengejek, tapi karena memang absurd: kebenaran diintip diam-diam, kesesatan dipeluk terang-terangan.
“Ini kayak underground movement,” Nia berkata suatu malam, sambil rebahan.
Rio menjawab, “Tapi bedanya, yang di bawah tanah justru terang. Yang di atas panggung malah gelap.”
Momen-momen itu justru bikin kami mereka kompak. Mereka diskusi setiap malam. Kadang debat, kadang saling menyanggah. Tapi selalu saling menajamkan.
Rio bilang Nia itu comic relief dalam drama perlawanan ini. Nia bilang Rio itu main tank, Nia cukup jadi support healer.
Mereka main peran dalam dunia nyata, tapi juga tahu ini bukan permainan. Ini peperangan rohani.
Dan lucunya…
Di antara semua pertempuran logika dan tekanan sosial itu, mereka malah makin sering tertawa. Tertawa karena mereka tahu mereka tidak sendiri—Tuhan menyertai. Dan mereka punya satu sama lain.
Tapi mereka juga tahu:
Saat terang bersinar terlalu terang, bayang-bayang akan semakin pekat.
Dan itu benar. Karena minggu berikutnya, mereka dipanggil secara resmi oleh Majelis.
Komentar