Seandainya, Tapi Sudahlah...

Aku kembali merenungkan jalan hidup yang kupilih ini... benarkah ini jalan Tuhan? Haruskah aku melaluinhya? Kalo diterawang dan dipikir2 dengan mata manusiaku, rasanya berat dan seperti melalui jalan salib, via dolorosa... masih beberapa bulan lagi nih perjalanannya... tapi setelah itu, mau ke mana? Mau ngapain? Jadi bingung sendiri... aku merasa sendiri lagi nih... nggak ada tempat untuk bertanya-tanya dan mendapatkan jawaban yang pasti... Bicara soal jawaban, bagaimana bisa aku menyimpulkan bahwa perkataan seorang hamba Tuhan yang belum kukenal itu sebagai sebuah jawaban yang pasti dari Tuhan? Apakah aku sedemikian bodoh dan naifnya sehingga mudah percaya tanpa perlu menguji dan menimbang segala sesuatunya, untung ruginya? Apa aku kurang berserah dan bersyukur? Aku harus bagaimana?

Seandainya saja aku punya hubungan yang akrab dengan bapakku, seandainya saja aku bisa ngobrol asyik dengan bapakku, seandainya saja bapakku nggak hobby ngomong dengan nada membentak... mungkin aku akan lebih percaya diri dan percaya Tuhan... mungkin aku akan lebih berani lagi, nggak seperti sekarang... tapi apalah gunanya menyalahkan bapakku? Sudah berkali-kali aku diingatkan bahwa nggak ada yang bisa disalahkan... cukup menerima saja dan bersyukur dengan apa yang Tuhan kerjakan... bukankah aku masih punya Tuhan? Bukankah aku masih punya keluarga yang nggak cuma bapakku saja? Bukankah mereka bisa melengkapi apa yang nggak ada pada bapakku? Hmmm...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kasta

Doa bagi Kota Tercinta

Yehova Zebaoth, TUHAN semesta alam.